Logo
>

Analis: IHSG Diprediksi Bergerak ke Level 6.000

Jelang pembukaan perdagangan pascalibur panjang, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan menghadapi tekanan berat

Ditulis oleh Deden Muhammad Rojani
Analis: IHSG Diprediksi Bergerak ke Level 6.000
Layar utama Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG di main hall Bursa Efek Indonesia (BEI). (Foto: Kabarbursa/Abbas Sandji)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Jelang pembukaan perdagangan pascalibur panjang, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan menghadapi tekanan berat dan berpotensi bergerak menuju level psikologis 6.000. 

    Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, menyebutkan bahwa IHSG saat ini berada dalam fase volatilitas tinggi dan sedang menguji kekuatan area support terdekat di level 6425 hingga 6.350.

    “Investor perlu mempersiapkan mental apabila indeks harus ambrol ke arah 6.150 atau bahkan menyentuh level 6.000 kembali,” ujar Liza dalam laporan riset Kiwoom Sekuritas yang diterima Kabarbursa.com, Selasa 8 April 2025. 

    Ia menambahkan bahwa kombinasi sentimen pasar global, dari indeks Asia hingga Wall Street, akan menjadi faktor penentu arah pergerakan IHSG dalam waktu dekat.

    Pagi ini, kata dia indeks Nikkei 225 Jepang menguat 5,7 persen ke zona hijau, namun mayoritas bursa China masih tertekan dan berwarna merah. Kondisi ini menjadi cermin bahwa pelaku pasar global tengah menyusun ulang portofolionya menghadapi risiko perang dagang yang meningkat.

    Liza juga menegaskan bahwa pihaknya telah merekomendasikan penipisan portofolio sebelum masa libur panjang dua pekan lalu. Saat ini, investor disarankan mengambil posisi wait and see sambil mencermati arah pasar secara cermat.

    Dampak Ketegangan Global dan Kebijakan Tarif Trump

    Liza menerangkan, situasi pasar global semakin tidak kondusif setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali memicu perang dagang dengan memberlakukan tarif impor universal sebesar 10 persen yang mulai berlaku 5 April, disusul tarif tambahan untuk mitra dagang utama seperti China, Jepang, dan Uni Eropa pada 9 April. Ketegangan ini menjadi katalis negatif yang memukul pasar keuangan dunia.

    Indeks S&P 500 telah merosot lebih dari 10 persen dan menghapus nilai pasar hingga USD 5 triliun, bahkan mendekati USD 9 triliun dari puncaknya pada Februari lalu. Dow Jones Industrial Average turun 0,91 persen ke 37.965,60, sementara Nasdaq Composite masih naik tipis 0,10 persen.

    Trump juga mengancam akan menaikkan tarif hingga 50 persen untuk barang dari China, jika negeri tersebut tetap memberlakukan tarif balasan sebesar 34 persen pada 8 April. Ketegangan serupa mulai merembet ke Eropa, di mana Komisi Eropa menyatakan kesiapan untuk menanggapi jika diperlukan.

    Dampak dari perang dagang ini turut memperbesar potensi resesi global. Goldman Sachs meningkatkan peluang resesi menjadi 45 persen, sementara JPMorgan bahkan menempatkan probabilitas di angka 60 persen. Indeks Volatilitas CBOE (VIX) melonjak hingga melewati angka 60, mencerminkan ketakutan pasar yang ekstrem.

    “Pasar saat ini sedang pricing in kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh The Fed hingga lima kali sepanjang 2025,” tambah Liza. 

    Meski kebijakan moneter pelonggaran diantisipasi, ketidakpastian tetap mendominasi dan membayangi prospek pemulihan jangka pendek.

    Indonesia tak luput dari tekanan eksternal. Dengan pertumbuhan ekonomi 2024 sebesar 5,03 persen—sedikit melambat dari tahun sebelumnya—dampak negatif dari perdagangan global mulai terasa. Kontribusi negatif dari net ekspor sebesar minus 0,01 persen menjadi indikator lemahnya permintaan eksternal.

    Ekspor Indonesia juga stagnan, bahkan mencatat kontraksi nilai PDB eskpor barang dan jasa menjadi Rp513,7 triliun dari sebelumnya Rp514,36 triliun. Sementara itu, inflasi Maret diproyeksi naik 1,16 persen secara tahunan, didorong oleh musim Ramadan.

    Dalam konteks kebijakan tarif kata Liza, Indonesia saat ini sedang mempersiapkan jalur diplomasi untuk menegosiasikan kembali tarif 32 persen yang dikenakan oleh Amerika Serikat. Namun, pengamat menilai posisi tawar Indonesia masih lemah mengingat daya saing ekspor yang belum optimal.

    Strategi Investasi dan Saham Pilihan

    Dengan kondisi yang penuh ketidakpastian ini, investor dianjurkan untuk mengelola portofolio secara defensif. Beberapa saham yang direkomendasikan untuk diperhatikan antara lain ANTM, ASII, EMTK, dan EXCL, yang diperkirakan masih memiliki potensi teknikal untuk rebound jangka pendek.

    Liza mengatakan, berdasarkan hasil tiset Kiwoom Sekuritas bahwa meski ada peluang teknikal, tekanan fundamental dari kebijakan global dan arus modal keluar akan terus membayangi kinerja IHSG dalam waktu dekat. Oleh karena itu, pendekatan konservatif dan disiplin pengelolaan risiko menjadi kunci bertahan di tengah volatilitas pasar yang tinggi.

    Diberitakan kabarbursa.com sebelumnya tiga tekanan besar dari luar negeri siap menyergap kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat pembukaan perdagangan Selasa, 8 April 2025, usai rehat panjang lebaran Idulfitri 1446 Hijriah. Dari kebijakan proteksionis Amerika Serikat (AS), anjloknya harga komoditas, hingga sinyal resesi dari bank sentral AS, semua bersatu dalam satu benang merah: ketidakpastian global yang makin tebal.

    “Sepanjang Bursa Efek Indonesia libur Lebaran, terjadi disrupsi di pasar saham global dengan beberapa sentimen,” kata VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, kepada Kabarbursa.com, Senin, 7 April 2025.

    Pertama adalah keputusan mengejutkan dari Presiden AS, Donald Trump, yang mengumumkan tarif dasar 10 persen untuk semua impor dan tarif tambahan berdasarkan defisit perdagangan. Indonesia, yang tercatat memiliki surplus perdagangan nonmigas tebesar dengan AS, sebesar USD16,84 miliar dari total surplus tahun 2024 sebesar USD31,04 miliar, ikut kena getahnya.

    Karena itu, Trump menjatuhkan tarif resiprokal kepada Indonesia sebesar 32 persen. "Surplus perdagangan non-migas terbesar Indonesia adalah dengan AS sehingga sentimen ini akan berdampak signifikan terhadap produsen ekspor, seperti CAD (defisit transaksi berjalan) membengkak hingga depresiasi rupiah," ujar Audi.

    Dengan skema tarif baru, ekspor Indonesia ke AS terancam kompetitivitasnya, memicu potensi CAD dan tekanan di pasar valas. Ini bisa menjadi pemicu pelemahan IHSG, terutama sektor manufaktur dan barang konsumsi ekspor. 

    Masalah tak berhenti di sana. Pasar komoditas global juga sedang dilanda badai. OPEC+ menyatakan rencana menaikkan produksi hingga 440.000 barel per hari mulai Mei 2025, yang langsung menyeret harga minyak turun. Harga-harga komoditas unggulan Indonesia pun ikut tertekan.

    Audi membeberkan, harga komoditas andalan Indonesia juga tertekan. "Seperti batu bara (coal) yang bergerak ke level USD97 per ton, tembaga yang drop 9 persen, crude palm oil (CPO) yang kembali bergerak ke bawah MYR4.300 per ton, dan nikel yang anjlok ke bawah level psikologis USD15.000 per ton," beber dia.

    Pelemahan ini bisa memukul sektor energi, pertambangan, dan agribisnis di bursa, yang selama ini jadi tulang punggung performa IHSG. 

    Terakhir, pidato Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell memberi sinyal kekhawatiran soal perlambatan ekonomi dan tekanan inflasi di AS. Nada hawkish The Fed ini membuka potensi kenaikan suku bunga lebih lanjut, yang bisa memperburuk arus modal keluar dari emerging markets, termasuk Indonesia. 

    "Sehingga dikhawatirkan hal ini akan menaikkan potensi gejolak ekonomi global," tutur Audi. 

    Melihat tumpukan sentimen tersebut, Audi memandang pasar akan membuka perdagangan dengan tekanan kuat sebagai dampak dari tiga sentimen tersebut.

    Ia memperkirakan, IHSG akan bergerak cenderung melemah di tengah tekanan dengan support psikologis direntang 6.000-6.100 dan resistance direntang level 6.600-6.670. 

    "Bahkan jika Selasa, 8 April 2025, IHSG breakdown psikologis support, maka kami melihat skenario bearish hingga level 5.700-5.750. Tekanan asing juga berpotensi berlanjut seiring meningkatnya ketidakpastian ekonomi," terangnya. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Deden Muhammad Rojani

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.