KABARBURSA.COM - Harga batu bara saat ini sedang terkoreksi sehingga berpengaruh terhadap saham serupa. Berdasarkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, hari ini harga saham batu bara pada beberapa emiten tercatat turun selama dua hari berturut-turut, bahkan sejak akhir Juli 2024. Menjawab hal ini, analis Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta, menjelaskan bahwa penurunan harga batu bara saat ini sangat wajar, karena dipengaruhi oleh supply yang meningkat.
"Mudah-mudahan ini bersifat temporer karena dipengaruhi oleh efek global," jelas Nafan kepada Kabar Bursa, Kamis, 5 September 2024.
Jika Tiongkok membaik dan terjadi peningkatan batu bara, maka secara otomatis harga batu bara meningkat. Untungnya, IHSG berada pada zona hijau meskipun harga batu bara mengalami penurunan. Bahkan pada hari ini IHSG dibuka meenguat pada level 7.114 dengan kenaikan 41,13 poin setara dengan 0,54 persen .
Sebagai informasi, kini harga batu bara di pasar global harus meninggalkan level psikologis USD140 per ton. Penurunan disebabkan mulai digesernya energi fosil dengan energi terbarukan.
Melansir data Refinitiv, pada perdagangan Rabu 4 September 2024 harga batu bara acuan ICE Newscastle anjlok 1,83 persen di level di USD139,5 per ton. Penutupan tersebut menambah penurunan harga batu bara selama dua hari beruntun dan menjadi level terendah sejak 30 Juli 2024. Dalam dua hari terakhir, harga batu bara sudah ambruk hampir 3 persen.
Harga batu bara didorong perkiraan permintaan yang lebih baik. Meskipun kapasitas energi terbarukan meningkat pesat, pertumbuhan permintaan listrik yang signifikan di negara-negara ekonomi utama menunjukkan bahwa konsumsi batu bara global akan tetap relatif stabil tahun ini dan tahun depan, menurut Badan Energi Internasional.
Selain itu, data terbaru menunjukkan bahwa impor batu bara China melalui jalur laut meningkat sebesar 11 persen (yoy) pada periode Januari-Juni 2024, sementara ekspor batu bara Rusia melalui jalur laut menurun sebesar 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Angka-angka ini menyoroti pengetatan pasokan batu bara di pasar selama beberapa bulan terakhir.
Di sisi lainnya, harga batu bara Rotterdam untuk September 2024 turun USD 0,9 menjadi USD 120,35. Sedangkan, Oktober 2024 jatuh USD 1,3 menjadi USD120,35. Sedangkan pada November 2024 terkoreksi USD 1,65 menjadi USD 121,2.
Pertanyaannya sekarang, apakah penurunan harga batu bara yang terjadi sejak beberapa waktu lalu hingga saat ini apakah berpengaruh terhadap saham batu bara seperti UNTR, ADRO, ITMG, PTBA?
Menelisik saham UNTR, pada hari ini memang dibuka di zona merah pada level Rp2.575 atau turun 0,27 persen setara dengan 75 poin. Begitu pula dengan saham ADRO yang ikut anjlok pada level Rp3.520, menurun 1,12 persen atau setara dengan 30 poin.
Kondisi serupa dialami saham ITMG yang juga menurun 1,09 persen atau setara dengan 300 poin di level Rp2.720, disusul dengan saham PTBA yang memerah juga pada level Rp2.740 menurun 1,09 persen setara dengan 30 poin.
Prospek Batu Bara
Dalam keterangannya, BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan peringkat overweight untuk sektor batu bara, karena prospek harga batu bara tetap utuh di tengah kondisi yang terus menurun. Namun, mengingat risiko jangka pendek akibat meningkatnya pasokan Indonesia, BRI Danareksa Sekuritas mengalihkan preferensi atau prioritas di sektor batu bara ke United Tractors (UNTR). Sebab, prioritas sebelumnya yaitu Adaro Energy Indonesia (ADRO), telah mengungguli sektor ini karena harga saham ADRO naik 12 persen selama sebulan terakhir.
Dalam risetnya, BRI Danareksa merekomendsikan untuk saham-saham batu bara tersebut adalah buy. Target harga saham UNTR sebesar Rp29.200, ADRO Rp3.770, ITMG Rp31.300, dan PTBA Rp3.100.
Dari segi lainnya, Stockbit menilai meskipun pasar cenderung pesimis terhadap sektor batu bara dengan ekspektasi penurunan laba bersih signifikan pada 2024-2025, pihaknya melihat peluang investasi yang lebih positif.
Stockbit memperkirakan harga batu bara akan bertahan di kisaran USD130 hingga USD135 per ton pada periode 2024 sampai 2025, lebih tinggi dari konsensus USD118–USD126 per ton, yang berimplikasi pada estimasi laba bersih yang lebih tinggi sekitar 5 sampai 30 persen dibandingkan konsensus.
Menurut analisis IEA, penurunan permintaan akan diimbangi oleh penurunan produksi. Sementara, kata Stockbit, kebutuhan listrik dari kendaraan listrik dan data center akan mempertahankan relevansi batu bara lebih lama.
Risiko utama dari prediksi di muka, masih mengikuti argumen Stockbit, adalah pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah di pasar utama batu bara.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.