KABARBURSA.COM - PT Aneka Tambang Tbk atau Antam akan membentuk perusahaan patungan guna mengembangkan pertambangan nikel di Blok Pongkeru, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Sebagai prosesnya, perusahaan dengan kode saham ANTM ini bakal berkolaborasi dengan PT Sulsel Citra Indonesia (Perseroda) atau SCI dan PT Luwu Timur Gemilang (Perseroda) atau LTG.
Direktur Utama ANTM Nico Kanter menjelaskan, pengerjaan perusahaan patungan ini merupakan bentuk sinergi antara badan usaha milik negara (BUMN) dan badan usaha milik daerah (BUMD) dalam mengoptimalkan potensi nikel di Blok Pongkeru.
Menurut dia, kerja sama itu menjadi langkah penting dalam pengelolaan sumber daya nikel secara bertanggung jawab dan berkelanjutan, sesuai dengan prinsip good mining practice.
"Kami berharap, kolaborasi BUMN dan BUMD ini mampu memberikan nilai tambah jangka panjang bagi industri nikel nasional," ungkap Nico dalam keterangan resmi dikutip, Sabtu, 14 September 2024.
Adapun Antam berperan sebagai pemegang saham mayoritas dalam kerja sama ini. Sementara SCI dan LTG, mempunyai saham minoritas dengan porsi signifikan agar BUMD mampu meningkatkan peran di dunia pertambangan.
“Kami yakin, dengan dukungan para pemangku kepentingan, perusahaan patungan ini akan berkontribusi pada pengembangan ekonomi lokal dan kesejahteraan masyarakat,” tambah Nico.
Perusahaan patungan ini akan mengelola wilayah pertambangan di WIUPK Blok Pongkeru, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri ESDM No. T-304/MB.04/MEM.B/2024. Nantinya, perusahaan ini diharapkan menjadi pemain kunci dalam rantai bisnis nikel di Indonesia, dengan kontribusi optimal bagi sektor pertambangan nasional.
Pendapatan Naik Antam Naik
Sebelumnya diberitakan, Antam mencatatkan hasil kinerja yang solid pada semester pertama 2024 dengan penjualan bersih mencapai Rp23,19 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Menurut informasi dari perseroan, peningkatan ini terutama didorong oleh penjualan dalam negeri yang dominan, menyumbang Rp21,12 triliun atau sekitar 91 persen dari total penjualan bersih perusahaan.
“Pertumbuhan ini tidak lepas dari keberhasilan kami dalam mengelola produksi dan penjualan komoditas utama dengan efisien,” kata Direktur Utama Antam, Nico Kanter, pada paparan publik ANTM 2024 yang diadakan Selasa, 27 Agustus 2024.
Dia juga melanjutkan bahwa pengendalian biaya yang baik juga menjadi faktor kunci yang mendukung pencapaian EBITDA sebesar Rp2,42 triliun dan laba bersih sebesar Rp1,51 triliun. Di sisi lain, Nico juga menyoroti posisi keuangan perusahaan yang kuat pada semester pertama 2024, dengan neraca yang sehat, kas yang kuat, dan leverage yang rendah.
“Kondisi ini memberikan kami dasar yang kokoh untuk melanjutkan investasi dan pertumbuhan di masa depan,” tambahnya.
Dari sisi lainnya, Antam berkomitmen untuk mempercepat pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia, bekerja sama dengan mitra strategis untuk mencapai target perusahaan di tahun 2024.
“Kami optimis bahwa dengan kerja sama ini, kami dapat mencapai milestone yang telah kami tetapkan,” ujar Nico.
Dari sisi hilirisasi komoditas nikel, anak perusahaan Antam, PT Gag Nikel, telah menandatangani Conditional Share Purchase Agreement dengan Newton International Investment Pte Ltd. pada 3 Mei 2024.
“Kerja sama ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan berkelanjutan di masa mendatang,” ujar Nico.
Dari sisi hilirisasi komoditas nikel, anak perusahaan Antam, PT Gag Nikel, telah menandatangani Conditional Share Purchase Agreement dengan Newton International Investment Pte Ltd. pada 3 Mei 2024.
“Kerjasama ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan berkelanjutan di masa mendatang,” ujar Nico.
Untuk pengembangan hilirisasi bauksit, Antam tengah menyelesaikan pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) dengan kapasitas 1 juta ton per tahun.
Sementara itu, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), Arianto Sabtonugroho, menyatakan optimisme perusahaan untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di semester dua 2024 dalam meningkatkan produksi emas, bauksit, bijih nikel, dan feronikel.
Terkait produksi nikel, Arianto mengatakan bahwa Antam telah memperoleh izin produksi untuk mencapai hingga 12 juta ton bijih nikel. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan atau menyamai volume produksi tahun lalu.
“Kami masih dalam proses untuk mendapatkan izin produksi tambahan, dengan target menyamai volume produksi bijih nikel seperti tahun 2023, yaitu sekitar 13 juta ton,” ujar Arianto.
Dia menambahkan bahwa permintaan bijih nikel domestik terus meningkat seiring dengan kebutuhan kapasitas produksi nikel kelas 2 di dalam negeri. Hal ini mendorong Antam untuk memperluas pasar domestik melalui peningkatan kapasitas produksi dan konsistensi pengiriman bijih nikel ke smelter-smelter di Indonesia.
Antam Beli Emas Freeport
Antam juga berencana untuk melakukan gebrakan baru dalam rangka pengadaan produk emas. Nico mengatakan pihaknya sedang menjajaki potensi untuk membeli emas dari PT Freeport Indonesia. Kedua perusahaan ini diketahui berada dalam satu induk, yaitu holding pertambangan BUMN MIND ID.
Menurut Nico, Antam sedang memanfaatkan potensi permintaan besar untuk produk emas di pasar. Selain bekerja sama dengan Freeport untuk memperkuat pasokan produk, Nico mengatakan pihaknya juga akan menggencarkan pemasaran emas baik secara fisik maupun digital untuk meningkatkan penjualan.
“Antam akan memanfaatkan potensi demand besar di sektor emas, Antam akan mengupayakan pertumbuhan penjualan emas melalui perkembangan marketing channel baik fisik maupun digital. Antam juga akan menjajaki sourcing emas domestik yang kompetitif dari Freeport,” ujar Nico.
Pada paparan Nico, dijelaskan rencana Antam untuk menjadi offtaker emas Freeport dilakukan untuk mendapatkan kepastian pasokan emas dari pasar domestik. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasional dan modal kerja. Pihaknya juga berharap dengan mendapatkan emas dari pasar domestik pihaknya dapat mengurangi risiko valuta asing pada proses impor emas dari luar negeri.
Selain bekerja sama dengan Freeport, Nico juga menjelaskan pihaknya sedang menjajaki akuisisi smelter nikel milik pihak China, Tsingshan yang memiliki fasilitas pengolahan di Morowali. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan upaya hilirisasi nikel dari Antam. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.