KABARBURSA.COM - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam resmi merombak jajaran pengurus melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Rabu, 13 November 2024.
Direktur Utama Antam Nicolas D Kanter mengatakan bahwa rapat tersebut menyetujui pemberhentian FX Sutijastoto dari posisi Komisaris Utama sekaligus Komisaris Independen secara terhormat.
“Perubahan ini diharapkan membawa energi baru bagi Antam untuk terus berkembang sebagai perusahaan tambang yang kompetitif secara global dan inovatif,” kata Nicolas dalam konferensi pers usai RUPSLB di Jakarta, Rabu, 13 November 2024.
Nicolas juga menyampaikan apresiasi dari jajaran dewan komisaris dan direksi atas dedikasi Sutijastoto selama masa jabatannya.
Dalam rapat tersebut, Rauf Purnama diangkat sebagai Komisaris Utama sekaligus Komisaris Independen menggantikan posisi Sutijastoto.
Antam berharap susunan pengurus baru ini dapat memperkuat komitmen perusahaan dalam menjaga pertumbuhan dan performa yang solid.
“Antam siap menghadapi tantangan industri tambang nasional dan global dengan tetap berfokus pada tata kelola yang baik serta menciptakan nilai berkelanjutan bagi pemegang saham,” tambah Nicolas.
Berikut adalah susunan terbaru dewan komisaris dan direksi Antam:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen: Rauf Purnama
Komisaris Independen: Gumilar Rusliwa Somantri
Komisaris Independen: Anang Sri Kuswardono
Komisaris: Bambang Sunarwibowo
Komisaris: Dilo Seno Widagdo
Dewan Direksi
Direktur Utama: Nicolas D Kanter
Direktur Operasi dan Produksi: Hartono
Direktur Pengembangan Usaha: I Dewa Bagus Wirantaya
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko: Arianto Sabtonugroho
Direktur Sumber Daya Manusia: Achmad Arianto.
Antam Beli Emas dari Freeport Senilai Rp200 Triliun
PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Aneka Tambang (Antam) menandatangani kerja sama dalam hal jual beli logam mulia emas.
Penandatangan kerja sama dilakukan di Jakarta, Kamis, 7 November 2024 disaksikan sejumlah pejabat tinggi negara, di antaranya Menteri BUMN Erick Thohir, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung, serta Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso.
Sementara itu dari pihak PTFI yang menandatangani perjanjian adalah Direktur Utama Tony Wenas, dan dari Antam dilakukan Direktur Utama Nicolas Kanter.
Kerja sama ini menjadi langkah penting dalam pengembangan industri hilirisasi dan industrialisasi logam mulia di Indonesia.
Sebagai bagian dari perjanjian, kedua perusahaan sepakat untuk melakukan transaksi jual beli emas yang akan diproduksi oleh fasilitas pemurnian logam mulia (precious metal refinery, PMR) milik PTFI.
Dalam sambutannya, Tony Wenas mengatakan bahwa fasilitas PMR milik PTFI kini telah selesai dibangun dan siap beroperasi.
“Dengan fasilitas ini, perusahaan berharap dapat segera memulai produksi emas batangan pada minggu kedua bulan Desember 2024,” kata Tony.
Kata Tony lagi, bahwa fasilitas tersebut dapat menghasilkan sekitar 50 hingga 60 ton emas per tahun, bergantung pada kadar bijih yang diproses. Kadar bijih yang lebih tinggi diperkirakan akan meningkatkan volume produksi emas.
Selain emas, PMR PTFI juga berpotensi menghasilkan logam mulia lainnya, seperti perak dengan kapasitas lebih dari 200 ton per tahun.
Fasilitas ini juga mampu memproduksi platinum, dengan target sekitar 30 kilogram per tahun, dan palladium sekitar 375 kilogram per tahun.
Selain itu, sejumlah mineral lainnya, seperti selenium, juga diproduksi sebagai bagian dari operasi PMR tersebut.
Kerja Sama Jangka Panjang Freeport dengan Antam
Sebagai bagian dari kesepakatan ini, PTFI dan Antam akan melakukan kerja sama untuk memasarkan emas yang dihasilkan oleh PTFI.
Setelah melalui sejumlah diskusi dan pembahasan, kedua pihak menyepakati bahwa Antam akan melakukan offtake atau pembelian sekitar 30 ton emas setiap tahunnya. Namun, Tony Wenas menyatakan bahwa jika Antam membutuhkan lebih dari 30 ton, PTFI siap untuk memasok jumlah yang lebih besar.
Perjanjian ini juga mencakup durasi kontrak yang panjang, yaitu lima tahun. Nilai kontrak yang disepakati diperkirakan mencapai sekitar USD12,5 miliar Dolar AS atau sekitar Rp 200 triliun, meskipun nilai ini dapat disesuaikan dengan fluktuasi harga emas di pasar global.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun nilai kontrak awal cukup besar, kedua pihak menyadari bahwa pasar logam mulia sangat dipengaruhi oleh dinamika harga.
Lanjut Tony Wenas, bahwa kerja sama ini menjadi kebanggaan bagi PTFI, karena produk emas yang dihasilkan tidak hanya akan dipasarkan di luar negeri, tetapi juga dapat dikonsumsi di dalam negeri melalui Antam.
Katanya, Antam, sebagai perusahaan milik negara atau BUMN yang bergerak di sektor pertambangan dan pengolahan logam mulia, berperan penting dalam memberikan nilai tambah pada industri retail dan industrialisasi di Indonesia.
Sementara itu, Direktur Utama Antam Nicolas Kanter, mengatakan kerja sama ini merupakan salah satu langkah penting dalam mewujudkan hilirisasi dan industrialisasi sumber daya alam Indonesia. Ia mengapresiasi kesiapan PTFI untuk memasok emas lebih dari 30 ton per tahun, yang menunjukkan komitmen perusahaan untuk mendukung pengembangan sektor logam mulia di Tanah Air.
“Saya sangat bangga dengan pencapaian yang kita raih hari ini. Pak Tony tadi melaporkan bahwa PTFI siap untuk memasok lebih dari 30 ton, bahkan lebih jika Antam membutuhkan,” ujar Nicolas dengan nada antusias.
Kerja sama ini juga diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pemain utama dalam industri logam mulia global, dengan memberikan keuntungan ekonomi yang signifikan bagi negara.
Selain itu, kolaborasi antara PTFI dan Antam diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru, memperkuat kapasitas industri nasional, serta meningkatkan kontribusi sektor pertambangan terhadap perekonomian Indonesia.
Tak hanya itu, Nicolas menyebut langkah kerja sama ini sejalan dengan kebijakan pemerintah Indonesia yang terus mendorong hilirisasi industri berbasis sumber daya alam.
Melalui inisiatif ini, diharapkan produk-produk logam mulia yang dihasilkan di Indonesia tidak hanya diproses di luar negeri, tetapi juga dapat memberikan nilai tambah di dalam negeri.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian BUMN dan Kementerian ESDM, terus mendukung upaya-upaya yang dapat memperkuat industri hilirisasi. Dengan adanya fasilitas pemurnian logam mulia di dalam negeri, Indonesia dapat memanfaatkan potensi sumber daya alamnya secara lebih optimal, mengurangi ketergantungan pada pengolahan luar negeri, dan membuka peluang ekspor baru.
Secara keseluruhan, penandatanganan perjanjian antara PTFI dan Antam merupakan langkah strategis dalam memperkuat sektor logam mulia Indonesia, yang diharapkan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi perekonomian nasional, serta mendukung industrialisasi yang berkelanjutan. Dengan adanya fasilitas PMR yang siap beroperasi dan komitmen kedua belah pihak untuk melakukan kerjasama jangka panjang, Indonesia semakin memperlihatkan potensi besarnya dalam pengelolaan dan pengolahan logam mulia secara domestik. (*)