Logo
>

Apa itu Uang Kartal dan Kelemahannya?

Ditulis oleh KabarBursa.com
Apa itu Uang Kartal dan Kelemahannya?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Mungkin masih ada di antara kita yang tidak tahu apa yang dimaksud dengan istilah uang kartal.

    Uang kartal adalah uang jenis kertas dan logam yang selama ini kita gunakan bertransaksi dalam sehari-hari yang dikeluarkan dan diedarkan otoritas moneter dalam hal ini adalah bank sentral.

    Ada sejumlah kelemahan dalam penggunaan uang kartal sebagai alat transaksi. Uang kartal, yang merupakan bentuk fisik dari uang dan berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah dalam kegiatan sehari-hari, memiliki beberapa kekurangan.

    Mata uang ini diakui serta digunakan oleh pemerintah dan masyarakat sebagai alat pembayaran yang sah.

    Secara umum, terdapat dua jenis uang kartal. Pertama, uang kertas yang terbuat dari bahan kertas atau bahan lainnya dengan fitur keamanan khusus. Uang kertas ini diterbitkan oleh bank sentral atau otoritas moneter negara.

    Kedua, uang koin yang terbuat dari logam juga diterbitkan oleh bank sentral atau otoritas moneter negara. Contohnya adalah koin rupiah di Indonesia.

    Kelemahan Uang Kartal

    Meskipun uang kartal memiliki banyak manfaat, terdapat beberapa kelemahan yang harus diperhatikan.

    Berikut adalah beberapa kelemahan uang kartal yang dirangkum dari buku Mengenal Uang karya Febby Mutiara Rahayu:

    • Pemalsuan: Uang kertas sangat rentan terhadap pemalsuan. Meskipun telah dilengkapi dengan berbagai fitur keamanan, tetap saja ada kemungkinan uang palsu beredar di masyarakat.
    • Mudah rusak: Uang kertas mudah robek, luntur, atau rusak jika tidak ditangani dengan hati-hati. Meskipun uang logam lebih tahan lama, namun tetap bisa mengalami keausan seiring waktu.
    • Kenyamanan dan keamanan: Membawa sejumlah besar uang kartal tidak praktis dan berisiko, baik dari segi kenyamanan maupun keamanan. Risiko pencurian dan kehilangan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan uang elektronik atau giral.
    • Volume dan berat: Uang logam dalam jumlah besar dapat menjadi berat dan merepotkan untuk dibawa dan disimpan. Uang kertas dalam jumlah besar juga bisa memakan banyak ruang, membuatnya tidak praktis untuk transaksi besar.
    • Biaya produksi dan distribusi: Mencetak uang kertas dan memproduksi uang logam memerlukan biaya yang tidak sedikit. Selain itu, ada biaya tambahan untuk mendistribusikan uang kartal ke seluruh wilayah, yang dapat menjadi beban ekonomi.
    • Keterbatasan dalam transaksi besar: Untuk transaksi dengan nilai yang sangat besar, penggunaan uang kartal tidak praktis. Transfer bank atau metode pembayaran elektronik lainnya lebih efisien dan aman untuk menangani jumlah uang yang besar.
    • Kurangnya jejak transaksi: Transaksi dengan uang kartal sulit dilacak dibandingkan dengan transaksi elektronik yang memiliki catatan digital. Hal ini dapat menimbulkan masalah terkait transparansi dan pengawasan keuangan.
    • Inflasi dan devaluasi: Uang kartal dapat terdampak oleh inflasi dan devaluasi mata uang, yang pada akhirnya dapat mengurangi daya beli uang tersebut seiring berjalannya waktu.

    Rupiah Diprediksi Perkasa

    Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo sangat meyakini bahwa Rupiah akan kembali perkasa. Keyakinan tersebut semakin terjawab setelah adanya berbagai kemungkinan yang mempercepat potensi bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (the Fed) menurunkan suku bunga acuannya pada tahun ini. Perry menyatakan bahwa dengan probabilitas penurunan Fed Fund Rate yang lebih maju, peluang rupiah untuk lebih menguat dan stabil menjadi lebih besar.

    Perry memperkirakan bahwa penurunan suku bunga acuan The Fed kemungkinan besar akan terjadi pada November 2024, berdasarkan data terakhir yang mereka pantau. Meskipun beberapa pelaku pasar keuangan memperkirakan penurunan bisa terjadi pada September, Perry lebih konservatif dan belum berani memasang proyeksi tersebut, tetapi mengakui adanya probabilitas besar penurunan pada November.

    Saat ini, Fed Fund Rate berada pada level 5,25-5,50 persen. Penurunan suku bunga acuan di AS akan berdampak pada aliran modal asing yang kembali menuju pasar ekonomi berkembang, termasuk Indonesia.

    Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan penguatan jelang pengumuman suku bunga Bank Indonesia. Berdasarkan data Refinitiv pada perdagangan Rabu, 17 Juli 2024, nilai tukar rupiah tercatat Rp16.130 per dolar AS, menguat 0,28 persen dibandingkan posisi sebelumnya. Per pukul 14.56 WIB, pergerakan rupiah semakin menguat hingga ke level Rp16.095 per dolar AS, atau menguat 0,49 persen dari posisi pembukaan perdagangan pagi tadi.

    Perry menekankan bahwa pasar biasanya bereaksi sebelum perubahan suku bunga acuan terjadi, sehingga optimisme terhadap penguatan rupiah ini sudah tercermin dalam pergerakan nilai tukar yang ada. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi