KABARBURSA.COM – Saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) mencatat lonjakan tajam pada perdagangan Selasa siang, 14 Oktober 2025, menutup sesi di level Rp1.395 per saham. Saham menguat 12,50 persen atau naik 155 poin dalam sehari.
Kenaikan signifikan ini menandai kembalinya minat investor terhadap sektor pertambangan emas, seiring dengan meningkatnya prospek fundamental emiten dan potensi besar masuknya ARCI ke dalam indeks bergengsi global, VanEck Gold Miners ETF.
Sepanjang sesi perdagangan, pergerakan ARCI tergolong volatil namun terjaga dalam tren positif. Saham sempat menyentuh level tertinggi di Rp1.475 sebelum terkoreksi ke posisi terendah Rp1.240, lalu kembali menguat menjelang penutupan.
Volatilitas ini mencerminkan rotasi minat investor ke saham-saham berbasis komoditas emas di tengah kenaikan harga emas dunia yang menembus rekor baru di atas USD4.150 per troy ounce.
Dari sisi orderbook, minat beli investor terlihat cukup solid di area Rp1.385–Rp1.395, yang kini berperan sebagai zona support kuat. Total antrian beli tercatat sebanyak 22.220 lot, sedangkan antrian jual mencapai 80.592 lot, dengan frekuensi transaksi aktif di atas 500 kali.
Meskipun tekanan jual lebih besar secara nominal, distribusi bid di level bawah menunjukkan adanya akumulasi institusional yang masih berlangsung.
Harga jual paling padat berada pada kisaran Rp1.420–Rp1.440, area yang kini menjadi batas resistance utama. Selama ARCI mampu bertahan di atas Rp1.350, tren kenaikan jangka pendek masih dianggap valid.
Kenaikan Free Float Dorong ARCI Masuk VanEck Gold Miners ETF
Katalis utama yang mendorong penguatan ARCI datang dari peningkatan porsi free float perusahaan menjadi sekitar 15 persen setelah Basis Utama Prima menyelesaikan divestasi seluruh kepemilikan sahamnya sebesar 6,1 persen per 30 September 2025.
Kenaikan free float ini membuka peluang besar bagi ARCI untuk memenuhi syarat masuk ke dalam VanEck Gold Miners ETF, salah satu ETF global terbesar yang berfokus pada saham-saham penambang emas dan perak.
Untuk bisa masuk dalam daftar konstituen ETF tersebut, emiten harus memiliki free float minimal 10 persen, kapitalisasi pasar di atas USD150 juta, nilai transaksi rata-rata minimal USD1 juta per hari selama tiga bulan terakhir, dan volume perdagangan bulanan setidaknya 250.000 saham dalam enam bulan terakhir.
Selain itu, lebih dari 50 persen pendapatan perusahaan harus berasal dari aktivitas tambang emas atau perak. Dengan peningkatan free float dan volume transaksi yang melonjak dalam beberapa pekan terakhir, ARCI kini memenuhi hampir seluruh persyaratan tersebut.
Jika konfirmasi inclusion ini benar-benar terealisasi, ARCI berpotensi mendapatkan arus masuk dana dari investor institusi global, terutama dari manajer investasi yang mengelola dana berbasis indeks emas.
Hal ini akan meningkatkan likuiditas, memperkuat valuasi saham, sekaligus memberi sinyal kepercayaan pasar internasional terhadap prospek bisnis Archi Indonesia sebagai salah satu perusahaan tambang emas terbesar di Asia Tenggara.
Dari sisi fundamental, sentimen positif juga datang dari pergerakan harga emas dunia yang terus mencetak rekor baru, di tengah meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed.
Kenaikan harga emas global secara langsung memperkuat margin laba perusahaan tambang emas, termasuk ARCI, yang mengandalkan produksi dari tambang Toka Tindung di Sulawesi Utara sebagai sumber utama pendapatan.
Hati-hati Potensi Koreksi Jangka Pendek
Meski begitu, investor tetap perlu berhati-hati terhadap potensi koreksi teknikal jangka pendek, mengingat kenaikan cepat sebesar dua digit dalam satu sesi sering kali diikuti oleh fase konsolidasi harga.
Secara teknikal, area Rp1.350–Rp1.360 menjadi level penopang yang penting, sementara Rp1.475–Rp1.500 adalah zona resistensi yang perlu ditembus untuk membuka ruang kenaikan lanjutan menuju Rp1.520.
Secara keseluruhan, sentimen terhadap ARCI kini berada dalam fase re-rating positif. Kenaikan harga yang tajam bukan hanya refleksi dari spekulasi jangka pendek, tetapi juga cerminan peningkatan fundamental — baik dari sisi struktur kepemilikan, eksposur pasar global, maupun prospek kinerja di tengah penguatan harga emas dunia.
Jika inclusion ke VanEck Gold Miners ETF benar terjadi, saham ARCI berpotensi menjadi salah satu emiten tambang emas Indonesia pertama yang masuk ke dalam radar investor global berskala besar.
Dengan kombinasi momentum teknikal dan katalis fundamental yang kuat, ARCI kini menjadi salah satu saham sektor barang baku yang paling menarik untuk dicermati. Investor disarankan tetap mengamati pergerakan volume dan konfirmasi harga di atas Rp1.450 untuk memastikan tren bullish berlanjut.
Selama harga mampu bertahan di atas area Rp1.350, prospek jangka menengah ARCI tetap positif, dengan potensi kenaikan lanjutan didorong oleh optimisme terhadap kinerja sektor pertambangan emas yang kian mengilap.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.