KABARBURSA.COM- Arus masuk modal asing kembali mengalir ke pasar domestik, telah mendongkrak kinerja rupiah cukup cemerlang pekan lalu, dan akan berpeluang melanjutkan penguatan pekan ini, di tengah perubahan sentimen pasar global. Kondisi yang menumbuhkan optimisme pelaku pasar, khususnya terkait peluang pelonggaran moneter tahun ini.
Arus modal asing kembali masuk, ke pasar surat utang negara (SBN) dan sertifikat bank indonesia (SRBI), telah mengerek rupiah naik 0,77 persen pekan lalu. Pekan ini, rupiah diproyeksikan menguat menuju bawah Rp16.000/USD.
Sinyal positif itu berasal dari pergerakan rupiah offshore, kontrak nondeliverable forward (NDF) rupiah menguat di kisaran, Rp16.005/USD. Indeks dolar Amerika turut melemah ke level 105,17 seiring optimisme pelonggaran moneter, pasca data ekonomi Amerika yang memperlihatkan sinyal pelemahan ekonomi.
Amerika Serikat melaporkan lapangan kerja hanya bertambah 175.000 pada April lalu, yang direpresentasikan melalui data nonfarm payroll, penambahan terkecil dalam enam bulan. Angka pengangguran melonjak tinggi menjadi 3,9 persen, melampaui ekspektasi pasar saat pertumbuhan upah melambat.
Data-data itu dianggap sebagai cerminan pengetatan moneter oleh Federal Reserve, bank sentral AS, sejak 2022 lalu menuai hasil dan laju inflasi bisa diperlambat sehingga potensi pelonggaran moneter bisa lebih besar.
Mengecilnya peluang pengetatan moneter global yang lebih lama, memupus pamor safe haven seperti dolar AS dan memberi potensi penguatan mata uang yang jadi lawannya.
Para pemilik modal kembali menyasar berinvestasi di berbagai aset yang dinilai lebih berisiko mulai dari saham hingga aset-aset dari pasar negara berkembang, termasuk aset investasi portofolio di Indonesia.
Bank Indonesia (BI) melaporkan, berdasarkan data transaksi 29 April-2 Mei lalu, pemodal asing tercatat beli neto sebesar Rp3,06 triliun di pasar keuangan dalam negeri. Terdiri atas, beli bersih senilai Rp3,75 triliun di SBN dan Rp1,58 triliun di SRBI. Sedangkan di pasar saham, pada periode itu asing masih mencatat posisi net sell Rp2,27 triliun.
Selama 2024, berdasarkan data setelmen transaksi sampai 2 Mei lalu, investor nonresiden masih mencatat posisi jual di SBN sebesar Rp53,76 triliun, lalu memperkecil posisi beli bersih di saham menjadi tinggal Rp6,11 triliun dan posisi beli neto di SRBI sebesar Rp13,87 triliun.
Saksikan Kabar ini dalam bentuk video berikut:
[embed]https://youtu.be/x7Jc3dOxwh8?si=pznWY4Q0zp7dERz9[/embed]