KABARBURSA.COM - Astronacci International Gema Goeyardi, menilai momentum Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang rendah selama beberapa hari terakhir bisa menjadi peluang terakhir bagi investor untuk masuk sebelum harga saham kembali naik lebih tinggi.
"Market Indonesia masih didorong oleh saham-saham banking dan saat ini banyak saham perbankan yang sudah mulai masuk ke zona beli," ujar Gema dalam wawancara eksklusif di program Kabarbursa Pagi-Pagi pada, Selasa, 18 Februari 2025.
Ia merekomendasikan beberapa saham pilihan yang berpotensi menguat dalam jangka pendek, antara lain PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau dalam kode saham BBRI, PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BRIS, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).
Selain itu, saham small cap seperti PT Dana Brata Luhur Tbk (DKFT) juga diperkirakan memiliki peluang kenaikan hingga 20 persen dalam beberapa pekan ke depan.
Gema juga menjelaskan, bagaimana seorang trader bisa mendapatkan keuntungan di pasar saham. Menurutnya, ada empat elemen utama yang harus diperhatikan dalam strategi trading, yang disebutnya sebagai pendekatan 4D Astronacci.
Dia melanjutkan bahwa market selalu bergerak dalam kondisi hype. Jika tidak ada sentimen yang menarik perhatian investor, maka pergerakan harga cenderung stagnan.
Oleh karena itu, trader diminta harus memahami kondisi makroekonomi, termasuk kebijakan suku bunga, pergerakan mata uang, serta aliran dana asing yang bisa mempengaruhi IHSG dan saham-saham tertentu.
Selain itu, valuasi dan model bisnis emiten juga menjadi faktor penting dalam menentukan pilihan saham. Gema menegaskan bahwa investor harus mampu menganalisis apakah suatu saham masih undervalued atau justru sudah terlalu mahal.
Dengan begitu, keputusan investasi dapat lebih terarah. Analisis juga menjadi aspek krusial dalam menentukan titik masuk dan keluar di pasar saham. Menurutnya, investor harus memiliki strategi entry yang tepat, menghindari momen ketika saham sudah mengalami distribusi besar oleh investor besar.
Ia mencontohkan prediksinya terkait IHSG yang mencapai titik terendah pada 12 Februari, yang terbukti menjadi level bottom sebelum pasar kembali rebound.
Lebih lanjut, Gema menjelaskan bahwa pasar saham memiliki pola siklus yang bisa diprediksi dengan pendekatan yang disebutnya time trading analysis. Dengan metode ini, trader dapat memperkirakan apakah dalam dua hingga tiga bulan ke depan IHSG akan cenderung naik atau turun.
Pendekatan itu, menurutnya, sangat membantu trader jangka pendek dalam menentukan strategi masuk dan keluar dari pasar.
Bagi trader harian, Gema menyarankan untuk fokus pada saham-saham yang sedang dalam tren naik dan memiliki volume perdagangan tinggi. Saat ini, banyak trader yang mengadopsi strategi hit and run, sehingga saham yang memiliki momentum kuat bisa menjadi pilihan yang menarik.
Sementara itu, bagi investor yang ingin menahan saham dalam jangka waktu lebih panjang, ia menyarankan untuk mulai mengoleksi saham-saham dengan fundamental kuat yang diperkirakan bisa memberikan keuntungan dalam satu hingga dua bulan ke depan.
"Target profit minimal 8 sampai 15 persen. Jangan asal beli, pastikan kita tahu kapan harus keluar," kata dia.
IHSG Dibuka Rebound
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri mengawali perdagangan pagi ini, Selasa, 18 Februari 2025, dengan momentum positif setelah mencatat lonjakan signifikan pada sesi sebelumnya.
Dibuka di level 6.831, IHSG langsung menguat 0,52 persen atau naik 35 poin ke posisi 6.866 pada pukul 09.05 WIB. Tren positif ini menunjukkan keberlanjutan optimisme investor di pasar, setelah indeks mengakhiri perdagangan kemarin dengan kenaikan impresif sebesar 2,90 persen.
Pergerakan indeks di awal sesi tetap berada dalam zona hijau, dengan level tertinggi sementara tercatat di 6.879 dan level terendah di 6.844. Dari sisi emiten, sebanyak 260 saham mengalami penguatan, 97 saham melemah, dan 195 saham stagnan. Komposisi ini mencerminkan sentimen positif yang masih mendominasi pasar.
Kenaikan IHSG turut didorong oleh penguatan mayoritas sektor, meskipun ada beberapa sektor yang mengalami tekanan. Sektor teknologi mengalami pelemahan tipis sebesar 0,09 persen ke level 4.639, sementara sektor transportasi turun 0,02 persen menjadi 1.223.
Di sisi lain, sektor-sektor lain mencatatkan penguatan, dengan sektor kesehatan memimpin kenaikan sebesar 0,5 persen ke level 1.387, disusul oleh sektor konsumer non primer yang naik 0,9 persen ke level 697.
Sektor lainnya seperti bahan baku, energi, industri, dan keuangan juga mencatatkan kenaikan yang menunjukkan adanya rotasi dana yang cukup merata di berbagai sektor.
Dalam hal aktivitas transaksi, saham-saham berkapitalisasi besar masih menjadi primadona di pasar. Lima saham dengan nilai transaksi tertinggi sementara adalah Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dengan nilai transaksi mencapai Rp135,10 miliar.
Selain BBRI, ada pula Bank Central Asia (BBCA) dengan nilai transaksi sebesar Rp105,55 miliar, Bank Mandiri (BMRI) dengan Rp91,39 miliar, Petrosea (PTRO) sebesar Rp42,63 miliar, dan Barito Renewables Energy (BREN) yang mencatat transaksi Rp36,83 miliar.
Momentum penguatan IHSG ini menegaskan bahwa sentimen positif masih kuat di pasar modal, dengan investor yang terus mencari peluang di tengah dinamika global dan domestik. Jika tren ini bertahan hingga akhir sesi, IHSG berpotensi mencetak penguatan beruntun dan semakin mendekati level psikologis baru yang lebih tinggi.(*)