KABARBURSA.COM - PT Asuransi Digital Bersama Tbk (YOII) menyampaikan revisi Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum per 30 Juni 2025 kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui surat resmi bernomor 148/ADB-DIR/VII/2025.
Dalam laporan tersebut, perseroan mengoreksi data sebelumnya dan merinci bahwa hingga akhir Semester I 2025, dana hasil IPO telah terserap sebesar Rp17,73 miliar atau 49,9 persen dari total dana bersih.
YOII resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 Januari 2025 sebagai perusahaan asuransi digital pertama yang tercatat di papan utama bursa.
Dalam penawaran umum perdananya, perseroan menghimpun dana sebesar Rp41,21 miliar. Setelah dikurangi biaya penawaran umum senilai Rp5,70 miliar, hasil bersih yang diterima perseroan mencapai Rp35,51 miliar.
Dana tersebut direncanakan untuk dua alokasi utama, yaitu sebesar Rp28,40 miliar untuk kegiatan pemasaran, dan Rp7,10 miliar untuk kegiatan operasional. Dalam laporan realisasi semester pertama, YOII telah membelanjakan Rp15,57 miliar untuk kegiatan pemasaran serta Rp2,16 miliar untuk kegiatan operasional.
"Realisasi dana digunakan sesuai prospektus dan fokus utama tetap pada penguatan pemasaran untuk mendorong pertumbuhan bisnis ke depan," ujar Direktur Utama PT Asuransi Digital Bersama Tbk, Adi Wibowo Adisaputro pada Kamis, 17 Juli 2025.
Lebih lanjut, Adi menambahkan bahwa strategi distribusi dan pengembangan branding produk digital menjadi pendorong utama serapan dana yang dominan pada pos pemasaran.
Sementara itu, sisa dana sebesar Rp17,78 miliar hingga 30 Juni 2025 masih ditempatkan dalam instrumen keuangan yang aman dan likuid.
Dana tersebut terdiri atas deposito senilai Rp10 miliar di PT Bank Neo Commerce dengan tingkat bunga 7 persen, deposito Rp1,75 miliar di PT Bank KB Bukopin Syariah dengan tingkat bagi hasil 6,75 persen, dan tabungan senilai Rp6,03 miliar di bank yang sama dengan bunga 5 persen.
“Pengelolaan sisa dana tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan optimalisasi imbal hasil, sambil menunggu waktu penyerapan sesuai kebutuhan operasional dan ekspansi,” tambah Adi.
Dari sisi biaya penawaran umum, YOII merinci pengeluaran sebesar Rp5,70 miliar, yang terdiri dari biaya jasa profesi penunjang pasar modal Rp2,88 miliar (13,84 persen dari dana bruto), underwriting fee sebesar Rp2,05 miliar (6,99 persen), selling fee Rp388,51 juta, management fee Rp220,53 juta, serta biaya lembaga penunjang pasar modal dan biaya lainnya masing-masing Rp33,30 juta dan Rp126,08 juta.
Laporan keuangan yang dilampirkan perseroan juga mencantumkan penjabaran rinci pada struktur penggunaan dana, selaras dengan ketentuan Pasal 13 dan 15 dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 30/POJK.04/2015 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum.
Sebagai perusahaan yang fokus pada transformasi asuransi berbasis teknologi, YOII menargetkan akselerasi pertumbuhan nasabah dengan mengandalkan saluran digital, optimalisasi big data, dan model underwriting berbasis kecerdasan buatan.
Penyerapan dana IPO pun menjadi bagian penting dari strategi tersebut, khususnya dalam membangun kesadaran pasar terhadap platform asuransi digital yang terjangkau dan mudah diakses.
Dengan pelaporan yang transparan serta realisasi penggunaan dana yang disiplin, YOII berharap dapat mempertahankan kepercayaan publik dan investor, serta membangun posisi kompetitif di industri asuransi nasional yang tengah bertransformasi digital secara menyeluruh.
Pasca melantai di Bursa Efek Indonesia kinerja perdagangan saham berada di harga Rp93 per lembarnya tertanggal pada penutupan perdagangan 16 Juli 2025. Harga ini jauh lebih murah atau turun dibandingkan saat pertama kali IPO yakn Rp100 per lembar. Selama lebih dari enam bulan pasca melantai di Pasar Modal, saham YOII sempat menembus harga tertinggi Rp135 per lembarnya.(*)
 
      