KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada dalam cengkeraman tekanan. Hampir sepanjang bulan ini, indeks terus mengalami pelemahan, merosot di bawah level psikologis 7.000.
Sejak awal tahun, IHSG memang cenderung tertekan. Pada 31 Mei 2024, indeks turun di bawah 7.000, berkurang 0,90 persen ke level 6.970 per saham. Namun, pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat 28 Juni, IHSG kembali ke level 7.000, menguat 1,37 persen ke level 7.063.
Pertanyaannya, apakah IHSG mampu mempertahankan performanya dan terus bertahan di atas level psikologis tersebut?
Selama satu bulan terakhir, tidak banyak sentimen positif yang muncul. Pada 11 Juni 2024, muncul kabar mengejutkan. Lembaga keuangan Morgan Stanley menurunkan prospek bursa saham RI menjadi underweight. Pada hari itu, IHSG turun hampir 1 persen, tepatnya 0,95 persen ke level 6.855,69.
Kemudian, pada 26 Juni 2024, giliran HSBC Holdings Plc yang melakukan langkah serupa. Lembaga ini menurunkan rating bursa saham RI dari overweight menjadi netral. Alih-alih melemah, IHSG justru menguat 0,33 persen ke level 6.905. Indeks terus menguat hingga kembali ke level psikologis pada Jumat kemarin.
Analis Algo Research, Alvin Baramuli, menilai kisaran level 6.900 sudah merupakan bottom IHSG tahun ini.
"Sesuai perkiraan kami, indeks menyentuh level tersebut seiring banyaknya sentimen negatif dari luar negeri dan sedikitnya katalis positif dari dalam negeri," ujar Alvin, dikutip Minggu 30 Juni 2024.
Namun, Alvin menekankan bahwa likuiditas para fund manager saat ini tinggi. "Sehingga, valuasinya murah, dan saat ini merupakan entry point yang bagus," katanya.
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Victor Stefano, tak menampik bahwa saham bank menjadi pemberat IHSG belakangan ini. Pasar mengkhawatirkan pengetatan likuiditas dan tingginya cost of fund akan mempengaruhi kinerja keuangan bank dalam waktu dekat.
Meski demikian, Victor tetap mempertahankan rating overweight untuk sektor bank. Menurutnya, sektor perbankan masih akan mampu menunjukkan performa terbaik dan peningkatan kualitas aset di tengah ketatnya likuiditas. "Top picks dari kami adalah BBCA," tulis Victor dalam riset 10 Juni 2024.
Ia juga merekomendasikan buy saham BMRI dengan target harga Rp7.400 per saham. Rekomendasi serupa juga berlaku untuk saham BBNI dan BRIS dengan target harga masing-masing Rp6.800 per saham dan Rp2.700 per saham.
Menurut riset Ciptadana Sekuritas Asia IHSG bergerak datar dalam tiga bulan terakhir (YTD) dengan kenaikan tipis 0,2 persen secara tahunan (YoY) dalam dolar AS, jauh di bawah kinerja MSCI Asia kecuali Jepang yang naik 2,4 persen.
Penyebab utama adalah arus keluar dana asing pada akhir Maret, tekanan terhadap rupiah, dan sengketa Pemilu. IHSG mencatat net sell asing sebesar US$101 juta pada pekan terakhir Maret, meskipun pada kuartal I 2024 masih mencatat net buy sebesar US$1,7 miliar.
Pada Maret 2024, rupiah melemah baik secara bulanan maupun tahunan, masing-masing sebesar 0,9 persen dan 2,9 persen, mendekati level Rp16.000 per dolar AS.
Sengketa hasil Pemilu turut memberikan tekanan pada IHSG, di mana pasangan calon Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) terkait hasil Pilpres 2024.
Pasar saham Indonesia berfluktuasi pada Maret dengan lima sektor saham menguat dan enam sektor menurun. Sektor bahan baku mencatat kenaikan tertinggi sebesar 2,8 persen, diikuti oleh sektor konsumen non-siklikal 2,4 persen dan layanan kesehatan 1,9 persen.
Sementara itu, sektor transportasi mengalami penurunan terdalam sebesar -6,8 persen, diikuti oleh sektor teknologi dan properti yang masing-masing turun -3,4 persen. Sektor keuangan, yang memiliki bobot terbesar di IHSG (35 persen), hanya naik tipis 0,3 persen.
Ciptadana Sekuritas memprediksi pemulihan pasar yang moderat pada April, didorong oleh perkembangan faktor ekonomi global dan domestik. Investor tetap optimistis terhadap keputusan Bank Sentral AS (The Federal Reserve) yang memberikan sinyal dovish, mengharapkan penurunan suku bunga 25-50 basis poin mulai Juni dengan probabilitas 53,2 persen menurut CME FedWatch Tool.
Bank Indonesia (BI) juga menegaskan kembali pendiriannya untuk melonggarkan kebijakan moneter pada semester II 2024, bertepatan dengan waktu yang diperkirakan The Fed akan memangkas kebijakan moneternya. Namun, Ciptadana menilai kenaikan pasar masih terbatas dalam waktu dekat.
Sebab, rupiah bisa semakin melemah karena investor asing biasanya menarik diri ketika rupiah melemah, ditambah peningkatan data inflasi terbaru di AS dan Indonesia, serta sektor perbankan yang mencatat penurunan pendapatan 2,4 persen YoY di dua bulan pertama 2024.
Kinerja Kuartal I
Beberapa saham pilihan Ciptadana Sekuritas menunjukkan kinerja mengecewakan pada Maret dengan penurunan 1,5 persen. TLKM turun 13,2 persen dan ADMR turun 15,5 persen, menjadi saham pilihan dengan kinerja terburuk di bulan Maret. Penurunan ini bahkan mengimbangi kenaikan beberapa saham pilihan dengan kinerja terbaik seperti MEDC (+9,2 persen) dan SILO (+4,4 persen).
Pada kuartal I 2024, kinerja saham pilihan teratas Ciptadana Sekuritas naik 5,4 persen, jauh lebih baik dari akumulasi kinerja pasar yang hanya menguat 0,2 persen.
Beberapa saham pilihan diganti, seperti BMRI diganti BBTN karena kinerja pendapatannya yang kuat (+4 persen YoY) di dua bulan pertama 2024 dibandingkan sektor perbankan yang melemah 2,4 persen. Ciptadana Sekuritas menghapus TLKM dari daftar saham pilihan karena kinerja kuartal IV yang lebih lemah dari perkiraan dan menggantinya dengan UNTR karena valuasinya dan hasil dividennya yang menarik.
Beberapa saham pilihan teratas pada April 2024 adalah BBRI, EXCL, MYOR, ADMR, MDKA, MEDC, dan SILO.
Prospek IHSG ke 6.400
Pergerakan IHSG bisa saja lebih buruk jika tidak ada peranan saham Conglo-7. "Tanpa Conglo-7, IHSG mungkin sudah ditransaksikan di kisaran 6.400-6.500," ujar analis Algo Research Alvin Baramuli, dikutip Minggu 30 Juni 2024.
Saham Conglo-7 merupakan saham konglomerasi milik Prajogo Pangestu, Anthoni Salim, hingga Sinarmas Group. Prajogo Pangestu diwakilkan oleh saham BREN, TPIA, BRPT, dan CUAN. Saham AMMN mewakili Anthoni Salim. Sinarmas Group diwakili oleh saham DSSA, sementara saham BYAN mewakili Low Tuck Kwong.
Berikut pergerakan saham Conglo-7 tersebut sejak awal tahun, Jumat 28 Juni 2024:
- AMMN 67,94 persen
- BREN 34,78 persen
- BRPT 96,02 persen
- BYAN -20,73 persen
- CUAN -34,82 persen
- DSSA 212,50 persen
- TPIA 75,71 persen. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.