KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Selasa ini di zona merah, turun 12,32 poin atau setara 0,18 persen ke level 6.915,36 pada bulan pertama kuartal ke-II Selasa, 1 Juli 2025.
Sepanjang sesi, IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 6.971,24 dan terendah di 6.885,14, dengan level pembukaan pada 6.954,39.
Total nilai transaksi di seluruh pasar tercatat sebesar Rp11,27 triliun, dengan volume mencapai 170,79 juta lot dari 1,11 juta kali transaksi. Di pasar reguler, nilai perdagangan mencapai Rp10,08 triliun dengan volume 151,62 juta lot.
Investor asing membukukan aksi jual bersih (net foreign sell) di pasar reguler senilai Rp537 miliar. Total pembelian investor asing (foreign buy) tercatat sebesar Rp5,16 triliun, sementara penjualannya mencapai Rp5,7 triliun.
Di tengah tercatatnya IHSG di zona merah ini. Setidaknya ada 245 saham mengalami kenaikan, 356 saham melemah dan 191 saham stagnan. Saham-saham yang mencatatkan kenaikan signifikan hari ini masuk peringkat 5 ke atas jajaran top gainers antara lain PT Sanurhasta Mitra Tbk dari sektor properti dengan kode saham MINA yang melonjak 34,15 persen ke harga Rp110 per saham. Disusul oleh PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk dari sektor konstruksi dengan kode saham KRYA yang naik 32,21 persen menjadi Rp197.
PT Apexindo Pratama Duta Tbk dari sektor energi dan pertambangan dengan kode saham APEX juga menguat 19,49 persen ke level Rp141. Kenaikan juga dicatatkan oleh PT Archi Indonesia Tbk dari sektor pertambangan emas dengan kode saham ARCI yang naik 12,50 persen ke harga Rp630, serta PT Bukit Uluwatu Villa Tbk dari sektor perhotelan dan properti dengan kode saham BUVA yang menguat 12,33 persen menjadi Rp82.
Sebaliknya, saham-saham yang terkoreksi dalam antara lain PT Bank BTPN Tbk yang berada di bawah kelompok jasa keuangan dan merupakan bagian dari SMBC Group, dengan kode saham BTPN, turun 13,49 persen ke level Rp2.180.
Penurunan signifikan juga dialami oleh PT Indospring Tbk dari sektor komponen otomotif dengan kode saham INDS yang melemah 13,28 persen ke harga Rp222. PT Steady Safe Tbk dari sektor transportasi darat dengan kode saham SAFE turut turun 11,67 persen ke harga Rp212.
Kemudian PT City Retail Developments Tbk dari sektor properti ritel dengan kode saham NIRO merosot 10,37 persen ke harga Rp121, dan PT Imago Mulia Persada Tbk dari sektor properti dengan kode saham LFLO turun 9,79 persen ke level Rp258.
Secara sektoral, lima sektor terpantau mengalami penurunan dengan sektor transportasi memimpin pelemahan sebesar 1,88 persen. Sektor keuangan turun 0,78 persen, sektor industri turun 0,63 persen, sektor properti terkoreksi 0,41 persen, dan sektor barang konsumsi non-primer melemah 0,50 persen.
Di sisi lain, sektor barang konsumsi primer memimpin penguatan dengan kenaikan 0,69 persen, diikuti sektor barang baku naik 0,34 persen, sektor teknologi naik 0,27 persen, dan sektor kesehatan naik tipis 0,07 persen.
Proyeksi Pasar untuk Periode 30 Juni – 4 Juli 2025
Menatap pekan ini, Retail Equality Analyst dari PT Indo Primer Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus mengimbau pelaku pasar untuk mencermati berbagai sentimen kunci baik dari global maupun domestik.
Dari sisi global, data Indeks NBS Manufacturing PMI China untuk bulan Juni diperkirakan akan melemah ke level 49,5 dari sebelumnya 49,7 akibat tekanan tarif dan deflasi berkelanjutan. Sementara itu, Indeks ISM Manufacturing PMI Amerika Serikat diprediksi meningkat tipis ke level 48,8 dari 48,5.
Data ketenagakerjaan AS juga menjadi perhatian, di mana Non-Farm Payrolls untuk Juni diperkirakan menurun menjadi 129.000 dari sebelumnya 139.000, dan Indeks S\&P Global Composite PMI Final AS diprediksi tetap stagnan di level 52,8.
Dari dalam negeri, Indeks S\&P Global Manufacturing PMI Indonesia untuk Juni diperkirakan naik ke 48,5 dari sebelumnya 47,4. Neraca perdagangan Indonesia pada Mei diproyeksikan tumbuh menjadi 1 miliar dolar AS dari sebelumnya 0,15 miliar dolar AS. Sementara itu, tingkat inflasi domestik diperkirakan naik ke 2,4 persen dari posisi bulan sebelumnya di 1,6 persen.
Indri menilai bahwa secara keseluruhan, gencatan senjata dan potensi pemangkasan suku bunga menjadi sentimen positif bagi IHSG. Ia menyatakan bahwa fokus pasar akan beralih dari ketegangan geopolitik menuju kebijakan tarif dan arah suku bunga acuan, terlebih menjelang tenggat waktu penerapan kebijakan tarif AS pada 9 Juli 2025.
Lebih lanjut, Indri menyebut pelaku pasar kemungkinan akan bersikap hati-hati sembari menanti arus dana asing kembali masuk ke pasar Indonesia. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, ia memperkirakan sektor perbankan dan properti akan menjadi sektor tujuan rotasi dari sektor komoditas.
"IHSG pun diprediksi akan bergerak dalam rentang konsolidasi dengan support di level 6.740 dan resistance di 7.060," ujar dia.(*)