KABARBURSA.COM - Bijih besi kembali terperosok untuk kelima kalinya dalam enam hari terakhir, menjelang rilis data yang akan menguak nasib produksi baja di China. Pabrik-pabrik baja di negeri Tirai Bambu itu terus bergulat dengan harga produk yang semakin merosot serta permintaan domestik yang tak kunjung membaik.
Kontrak berjangka sempat mencatatkan kenaikan di awal sesi, namun kembali terjun bebas hampir 2 persen pada pembukaan pekan ini. Dengan pasokan baja di semester pertama yang berada di bawah laju tahun sebelumnya, Beijing dijadwalkan akan merilis data produksi industri untuk Juli pada Kamis 15 Agustus 2024, termasuk produksi baja di pasar terbesar dunia ini.
Indikasi awal menunjukkan bahwa angka produksi baja mungkin kembali mencatatkan penurunan. Indeks manajer pembelian untuk industri di bulan Juli mengungkapkan bahwa produksi berada pada titik terendah sejak Maret. Selain itu, indikator pasokan dari kelompok baja terkemuka di China juga telah menyentuh level terendah sepanjang tahun ini.
"Produksi baja jelas akan melambat, terutama di pabrik-pabrik yang lebih kecil dan kurang efisien," ujar Robert Rennie, kepala strategi komoditas dan karbon di Westpac Banking Corp. "Kita akan mendapatkan gambaran lebih jelas dari data yang akan dirilis Kamis nanti."
Bijih besi telah terjun hampir 30 persen sepanjang tahun ini, seiring kekhawatiran akan permintaan China yang tersendat akibat pertumbuhan ekonomi yang melambat dan gejolak sektor properti di negara tersebut. Di sisi lain, data ekspor menunjukkan lonjakan pasokan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari para penambang di Australia dan Brasil, dua negara pengirim terbesar.
Di tengah melimpahnya pasokan, stok bijih besi di pelabuhan-pelabuhan China telah membengkak, naik menjadi sekitar 10 juta ton dari puncaknya pada tahun 2018.
China Mineral Resources Group, perusahaan milik negara yang bertugas mengelola impor bahan baku, menyebut bahwa kenaikan tersebut didorong oleh pembelian spekulatif yang terdistorsi dan dianggap tidak berkelanjutan, menurut pernyataannya.
Kontrak berjangka bijih besi turun 0,5 persen menjadi USD98,85 per ton pada pukul 14.40 WIB, seiring kontrak berjangka yang diperdagangkan dalam mata uang yuan di Dalian yang kembali melemah setelah sempat naik.
Di Shanghai, kontrak baja juga turut melemah. Di antara produk baja di China, harga spot tulangan—yang digunakan dalam konstruksi—telah mencapai level terendah sejak 2017, sementara lembaran canai panas dan canai dingin mencatatkan harga terendah sejak paruh pertama 2020, ketika pandemi baru dimulai.
Kinerja Industri Baja 2024
Industri baja global pada tahun 2024 menghadapi serangkaian tantangan dan peluang yang membentuk kinerja keseluruhannya. Sektor ini, yang melibatkan produksi berbagai jenis baja untuk konstruksi, otomotif, dan aplikasi industri lainnya, mengalami dinamika yang dipengaruhi oleh permintaan pasar, harga bahan baku, dan kondisi ekonomi global.
Permintaan untuk baja di pasar global diperkirakan akan mengalami fluktuasi pada tahun 2024. Di satu sisi, sektor konstruksi dan infrastruktur, terutama di negara berkembang, memberikan dorongan positif terhadap permintaan baja. Proyek besar seperti pembangunan infrastruktur dan urbanisasi di Asia dan Afrika mendukung pertumbuhan. Di sisi lain, ketidakpastian ekonomi global dan perlambatan di pasar utama seperti China dapat membatasi pertumbuhan permintaan.
Pembangunan infrastruktur besar, seperti proyek kereta api, jalan raya, dan gedung pencakar langit, memberikan dampak positif terhadap industri baja. Proyek-proyek ini memerlukan volume besar baja, yang mendorong permintaan dalam jangka pendek. Namun, ketergantungan pada proyek-proyek besar ini juga menambah risiko jika terjadi penundaan atau pembatalan proyek.
Sektor otomotif, sebagai salah satu konsumen utama baja, mengalami perubahan signifikan dengan pergeseran menuju kendaraan listrik dan teknologi baru. Peningkatan penggunaan baja ringan dan material komposit dalam kendaraan listrik memberikan peluang bagi produsen baja untuk berinovasi dan memenuhi kebutuhan pasar yang berubah.
Harga bahan baku utama untuk produksi baja, seperti bijih besi dan batubara kokas, mengalami volatilitas yang memengaruhi biaya produksi. Kenaikan harga bahan baku ini sering kali diteruskan kepada konsumen dalam bentuk harga baja yang lebih tinggi, yang dapat mempengaruhi daya saing industri.
Persaingan dari produsen baja global, terutama dari negara-negara dengan biaya produksi rendah seperti China dan India, terus menjadi tantangan. Praktik dumping dan subsidi pemerintah di negara-negara penghasil baja utama dapat menyebabkan ketidakadilan di pasar internasional, mempengaruhi produsen lokal.
Industri baja menghadapi tekanan berat untuk mengurangi jejak karbon dan dampak lingkungan dari proses produksinya. Inisiatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan efisiensi energi menjadi fokus utama, dengan banyak perusahaan berinvestasi dalam teknologi hijau dan proses produksi yang lebih berkelanjutan.
Kinerja finansial industri baja pada tahun 2024 bervariasi tergantung pada perusahaan dan pasar regional. Beberapa perusahaan melaporkan keuntungan yang solid berkat permintaan tinggi di sektor konstruksi dan inovasi produk, sementara yang lain menghadapi margin keuntungan yang tertekan oleh biaya bahan baku yang meningkat dan persaingan ketat.
Proyeksi untuk industri baja menunjukkan bahwa sektor ini akan terus menghadapi tantangan terkait biaya dan persaingan, tetapi juga memiliki potensi untuk pertumbuhan di pasar yang berkembang dan melalui inovasi produk. Investasi dalam teknologi bersih dan peningkatan efisiensi produksi diharapkan dapat membantu perusahaan mengatasi tekanan biaya dan memenuhi permintaan yang berkembang.
Industri baja pada tahun 2024 berada di persimpangan antara peluang pertumbuhan dan tantangan besar. Dengan dorongan dari sektor konstruksi dan inovasi dalam teknologi otomotif, industri ini memiliki potensi untuk berkembang. Namun, perusahaan harus menghadapi tantangan terkait harga bahan baku, persaingan internasional, dan tekanan lingkungan. Dengan strategi yang tepat dan investasi dalam teknologi berkelanjutan, industri baja dapat mengatasi tantangan ini dan memanfaatkan peluang yang ada. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.