Logo
>

Ayam Ras Turut Andil dalam Inflasi November 2024, Kabar Baik untuk CPIN?

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Ayam Ras Turut Andil dalam Inflasi November 2024, Kabar Baik untuk CPIN?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Inflasi Indonesia pada November 2024 mencapai 0,30 persen secara bulanan. Salah satu yang membuat kenaikan tersebut adalah daging ayam ras, yang tercatat mengalami kenaikan sebesar 2,03 persen. Apakah ini menjadi stimulus positif bagi CPIN?

    Diketahui, CPIN atau PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk salah satunya berfokus pada komoditas daging ayam ras. CPIN merupakan emiten yang bergerak di bidang agribisnis, seperti pakan ternak hingga budidaya ayam ras serta dan pengelolaannya.

    Pengamat pasar modal, Wahyu Laksono mengatakan, saat ini adalah momentum yang apik bagi CPIN untuk meningkatkan kinerjanya. Dia melihat, inflasi pada November 2024 bisa saja telah memberikan angin segar untuk CPIN.

    "Bisa jadi (inflasi November 2024 membuat kinerja CPIN positif). Karena, Peluang besar mengindikasikan demand cukup besar kan yaa," ujar Wahyu kepada Kabarbursa.com, Senin, 2 Desember 2024.

    Wahyu memandang, inflasi kali ini tidak terlepas dari fenomena akhir tahun, yaitu menjelang hari raya Natal dan tahun baru 2025. Kendati begitu, dia menepis inflasi ini merupakan imbas adanya isu kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada tahun depan. Menurutnya, inflasi tidak ada hubungannya dengan isu tersebut, apalagi setelah pemerintah memastikan kenaikan PPN ditunda.

    Kinerja CPIN

    Sementara itu, mengutip data perdagangan Stockbit, Senin, 2 Desember 2024, CPIN sejatinya memiliki kinerja kurang memuaskan dalam satu bulan terakhir dengan, performa -7,71 persen. Akan tetapi, perusahaan yang resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu terlihat sukses memperbaiki kinerjanya dalam satu pekan terakhir, dengan performa 0,64 persen.

    CPIN mencatatkan sejumlah indikator keuangan yang menunjukkan kinerja perusahaan yang cukup solid, baik dari sisi solvabilitas maupun profitabilitas.

    Dari sisi solvabilitas, CPIN menunjukkan likuiditas yang sehat dengan rasio lancar atau current ratio sebesar 2,06. Ini berarti perusahaan memiliki aset lancar lebih dari dua kali lipat dari kewajiban lancarnya, yang menunjukkan bahwa CPIN memiliki cukup kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

    Tingkat likuiditas ini mengindikasikan bahwa perusahaan dalam posisi yang relatif aman untuk menghadapi potensi kebutuhan modal jangka pendek.

    Selain itu, quick ratio CPIN tercatat sebesar 1,08. Ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki aset likuid yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendek, meskipun tanpa memperhitungkan persediaan. Dengan rasio ini, CPIN tetap menunjukkan ketahanan yang baik, meskipun tidak seoptimal current ratio.

    Rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio CPIN tercatat rendah, yaitu 0,32. Rasio ini menggambarkan struktur pendanaan yang konservatif dan menunjukkan bahwa perusahaan tidak bergantung terlalu banyak pada utang untuk membiayai operasionalnya. Dengan tingkat leverage yang rendah ini, CPIN berada dalam posisi yang lebih aman dari sisi solvabilitas dan memiliki ruang yang cukup untuk melakukan ekspansi tanpa menambah risiko finansial yang besar.

    Profitabilitas CPIN

    Dari sisi profitabilitas, CPIN menunjukkan kinerja yang baik meskipun ada penurunan laba dibandingkan tahun sebelumnya. Return on Assets (ROA) perusahaan tercatat 4,73 persen, yang berarti perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 4,73 persen dari total aset yang dimilikinya.

    Rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan dalam mengelola aset untuk menghasilkan keuntungan.

    Selain itu, Return on Equity (ROE) CPIN tercatat pada angka 7,02 persen. Ini mengindikasikan bahwa pemegang saham perusahaan memperoleh imbal hasil sebesar 7,02 persen dari ekuitas yang mereka investasikan. ROE yang stabil ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memberikan imbal hasil yang menarik bagi para investor.

    Margin laba kotor CPIN tercatat sebesar 12,08 persen, yang menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menjaga efisiensi dalam menghasilkan laba kotor dari pendapatan. Angka ini mengindikasikan bahwa meskipun perusahaan beroperasi di industri yang kompetitif, CPIN mampu menjaga pengelolaan biaya barang yang dijual dengan baik.

    Adapun Operating Profit Margin yang tercatat sebesar 4,47 persen menunjukkan seberapa efisien perusahaan dalam mengelola biaya operasional untuk menghasilkan laba operasional. Ini adalah indikator yang baik karena perusahaan mampu menjaga biaya operasional dalam batas yang terkendali sambil terus mencetak laba.

    Sementara itu, Net Profit Margin CPIN tercatat pada angka 3,69 persen, yang mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba bersih sebesar 3,69 persen dari total pendapatan. Meskipun sedikit lebih rendah dibandingkan margin laba kotor, angka ini masih menunjukkan bahwa CPIN tetap mampu menghasilkan laba yang solid di tengah tantangan industri.

    Secara keseluruhan, meskipun ada penurunan laba bersih yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, CPIN tetap menunjukkan fundamental yang sehat, baik dari segi solvabilitas maupun profitabilitas.

    Struktur pendanaan yang konservatif dan efisiensi operasional yang relatif baik memberikan dasar yang kuat bagi perusahaan untuk terus berkembang dan menghadapai tantangan pasar. Dengan sejumlah indikator keuangan yang positif, CPIN tetap menjadi perusahaan yang menarik bagi investor yang mencari kestabilan dan profitabilitas dalam jangka panjang.

    Inflasi November Naik, Dipicu Kenaikan Harga Pangan

    Sebelumnya diberitakan, inflasi Indonesia meningkat secara bulanan pada November 2024, terutama didorong oleh kenaikan harga makanan, minuman, dan tembakau. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan ini mencapai 0,30 persen, naik dari 0,08 persen pada Oktober 2024.

    Indeks IHK tercatat naik dari 106,01 pada Oktober menjadi 106,33 pada November 2024.

    Pelaksana tugas Kepala BPS Amalia A. Widyasanti menyebut inflasi November ini lebih tinggi dibandingkan Oktober namun tetap lebih rendah dibandingkan November tahun lalu. Kontributor terbesar inflasi bulan ini adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mencatat kenaikan 0,78 persen dengan andil 0,22 persen terhadap inflasi.

    Komoditas utama penyumbang inflasi adalah bawang merah dan tomat, masing-masing memberi andil 0,10 persen. Selain itu, emas dan perhiasan menyumbang 0,04 persen, sedangkan daging ayam ras dan minyak goreng masing-masing memberikan andil inflasi 0,03 persen.

    Komoditas lain yang turut memengaruhi inflasi adalah bawang putih, ikan segar, sigaret kretek mesin, tarif angkutan udara, dan kopi bubuk, masing-masing menyumbang 0,01 persen.

    Namun, secara tahunan, inflasi tercatat turun menjadi 1,55 persen dari 1,71 persen pada Oktober. Tingkat inflasi ini mendekati batas bawah target yang ditetapkan pemerintah.

    Inflasi inti pada November naik 0,17 persen dengan andil 0,11 persen. Komoditas yang dominan menyumbang inflasi inti adalah emas, perhiasan, minyak goreng, dan kopi bubuk. Komponen harga yang diatur pemerintah mencatat inflasi sebesar 0,12 persen dengan andil 0,02 persen, didorong oleh kenaikan tarif sigaret kretek mesin dan angkutan udara.

    Komponen bergejolak mencatat inflasi 1,07 persen dengan andil 0,17 persen. Bawang merah, tomat, daging ayam ras, bawang putih, dan ikan segar menjadi penyumbang utama inflasi bergejolak.(*)

    Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan  Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.