KABARBURSA.COM - PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA), telah mengumumkan rencananya untuk membagikan dividen tunai kepada para pemegang sahamnya.
Dividen ini merupakan hasil dari kinerja keuangan perusahaan selama tahun buku 2024 dan ditetapkan sebesar Rp10 per lembar saham, dengan total nilai mencapai Rp172,26 miliar.
Keputusan pembagian dividen ini disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada 16 April 2025. Dividen tersebut akan dibagikan kepada pemegang saham yang tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) pada 29 April 2025, dengan pembayaran resmi dijadwalkan pada 16 Mei 2025.
Pembagian ini menunjukkan komitmen manajemen perusahaan yang bergerak di bidang pemurnian dan pengolahan gas bumi serta terafiliasi dengan pengusaha nasional Garibaldi 'Boy' Thohir, dalam memberikan nilai tambah bagi investornya di tengah dinamika pasar energi global yang masih penuh tantangan.
Kebijakan ini juga mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang solid. Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2024, ESSA berhasil mencatat laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk sebesar USD45,18 juta.
Perusahaan juga memiliki saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya sebesar USD34,91 juta, serta total ekuitas yang kuat mencapai USD553,87 juta.
Keseimbangan antara profitabilitas dan kestabilan struktur modal ini menjadi landasan utama yang memungkinkan perusahaan untuk secara berkelanjutan membagikan dividen kepada pemegang saham.
Keputusan untuk mendistribusikan dividen tunai ini juga mengirimkan sinyal positif kepada pasar bahwa ESSA memiliki kepercayaan diri terhadap prospek jangka panjangnya.
Perjalanan Dividen ESSA
Jika ditelusuri ke belakang, ESSA mulai menunjukkan komitmen terhadap pembagian dividen sejak tahun 2021 dengan membagikan Rp5 per saham. Tren ini berlanjut pada tahun 2022, di mana perusahaan secara mengejutkan meningkatkan dividen menjadi Rp45 per saham, mencerminkan lonjakan signifikan dari sisi laba atau adanya kebijakan khusus seperti pembagian dividen ekstra.
Namun, pada tahun 2023, nominal dividen kembali ke angka yang lebih konservatif, yakni Rp5 per saham, sebelum akhirnya diumumkan naik lagi menjadi Rp10 per saham untuk tahun buku 2024, yang akan dibayarkan pada 16 Mei 2025.
Meningkatnya dividen tahun 2024 menjadi indikasi bahwa ESSA mulai kembali ke jalur pertumbuhan laba dan arus kas yang lebih sehat. Dengan payout ratio sebesar 12,03 persen, manajemen ESSA tampaknya mengadopsi pendekatan yang cukup hati-hati dan berimbang.
Artinya, hanya sebagian kecil dari laba bersih yang dibagikan dalam bentuk dividen, sementara sisanya dipertahankan untuk mendukung ekspansi, investasi ulang, atau penguatan struktur keuangan perusahaan. Strategi ini ideal bagi perusahaan yang berada di sektor energi, yang cenderung membutuhkan investasi modal yang besar dan berkelanjutan.
Dividend yield ESSA saat ini berada di kisaran 0,85 persen, angka yang mungkin belum terlalu menarik jika dibandingkan dengan emiten high-yield lainnya di bursa. Namun, investor jangka panjang kemungkinan melihat daya tarik ESSA tidak semata dari yield dividen tahunan, melainkan dari potensi pertumbuhan dividen dan apresiasi harga saham seiring dengan membaiknya prospek sektor energi dan peningkatan permintaan terhadap gas alam.
Selain itu, jadwal ex-dividen terakhir pada 1 April 2024 untuk dividen tahun 2023, serta yang terbaru pada 28 April 2025 untuk dividen tahun buku 2024, menunjukkan adanya konsistensi waktu dalam distribusi dividen tahunan ESSA, yakni pada kuartal kedua. Ini memberi kejelasan bagi investor dalam menyusun strategi investasi jangka pendek maupun jangka panjang.
Secara keseluruhan, meski dividend yield-nya tergolong moderat, ESSA menunjukkan komitmen yang kuat dalam menjaga hubungan jangka panjang yang sehat dengan para pemegang saham.
Kebijakan dividen yang bertahap namun stabil ini juga menjadi refleksi dari kedisiplinan finansial dan optimisme manajemen terhadap masa depan perusahaan, menjadikan ESSA salah satu emiten sektor energi yang menarik untuk dicermati dari perspektif pendapatan pasif maupun potensi pertumbuhan nilai saham.
Saham PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) menampilkan gambaran fundamental yang cukup menarik, namun juga menyimpan sejumlah tantangan yang perlu dicermati oleh para investor.
Jika ditelaah lebih dalam, dari sisi valuasi saat ini, ESSA diperdagangkan dengan Price to Earnings Ratio (PER) sebesar 14,19 baik untuk periode tahunan (annualised) maupun trailing twelve months (TTM). Angka ini memang terlihat lebih tinggi dibandingkan median PER IHSG yang hanya sebesar 7,87.
Namun, hal tersebut masih dalam batas wajar dan bisa diterima apabila didukung oleh prospek pertumbuhan laba yang menjanjikan, apalagi jika melihat PEG ratio ESSA yang sangat rendah di angka 0,40 bahkan hanya 0,02 secara forward, menandakan bahwa valuasinya relatif murah dibandingkan dengan potensi pertumbuhan laba di masa depan.
Dari sisi profitabilitas, ESSA mencatatkan margin keuntungan yang cukup baik. Margin laba kotor perusahaan berada di level 37,42 persen, sementara margin laba operasi mencapai 26,81 persen, dan margin laba bersih tercatat 16,29 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengelola biaya dengan cukup efisien, meskipun revenue kuartal terkini mengalami penurunan signifikan sebesar 35,86 persen secara tahunan (YoY), yang turut menekan laba bersih sebesar 52,75 persen YoY.
Dari sisi likuiditas dan solvabilitas, ESSA memiliki struktur keuangan yang sehat. Current ratio sebesar 2,36 dan quick ratio sebesar 2,05 menunjukkan bahwa perusahaan memiliki aset lancar yang cukup besar untuk menutupi liabilitas jangka pendeknya.
Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) juga rendah di angka 0,22, dengan utang jangka panjang hanya 0,04 kali ekuitas. Total utang terhadap total aset pun hanya 0,13, mengindikasikan risiko keuangan yang relatif kecil.
Bahkan net debt perusahaan bernilai negatif, yang berarti kas perusahaan lebih besar daripada total utangnya, memperkuat posisi keuangannya di tengah fluktuasi bisnis.
Dari sisi arus kas, perusahaan juga membukukan free cash flow sebesar Rp2,2 triliun dalam 12 bulan terakhir, yang sangat sehat dan memberikan ruang bagi manajemen untuk membayar dividen, mengurangi utang, atau melakukan ekspansi bisnis.
ESSA juga memiliki Altman Z-Score sebesar 6,29 yang berada jauh di atas ambang batas risiko kebangkrutan, menandakan kekuatan finansial jangka panjang.
Namun, meskipun fundamental keuangan terlihat solid, kinerja harga saham ESSA dalam jangka pendek hingga menengah masih mengecewakan. Dalam satu tahun terakhir, harga saham ESSA turun sebesar 21,33 persen dan bahkan mencatat penurunan 53,91 persen dalam tiga tahun terakhir.
Dalam enam bulan terakhir saja, saham ini turun drastis hingga 38,22 persen. Penurunan tajam ini bisa jadi dipicu oleh penurunan pendapatan serta kinerja laba yang melambat dalam beberapa kuartal terakhir.
Dari sisi efisiensi operasional, ESSA masih mencatatkan perputaran persediaan yang baik dengan inventory turnover sebesar 7,47 kali dan perputaran aset sebesar 0,44. Namun, tingginya cash conversion cycle sebesar 58,30 hari menandakan bahwa ada waktu yang cukup lama untuk mengubah aktivitas operasional menjadi kas. Meskipun begitu, interest coverage ratio sebesar 8,13 menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar beban bunga masih sangat baik.
ESSA juga memiliki rasio pengembalian yang layak terhadap aset dan modal, dengan Return on Assets (ROA) sebesar 6,39 persen, Return on Equity (ROE) sebesar 10,64 persen, dan Return on Capital Employed (ROCE) sebesar 13,97 persen.
Ini menandakan manajemen perusahaan mampu menghasilkan keuntungan yang kompetitif dari modal yang digunakan.
Dalam hal dividen, ESSA cukup konservatif. Dividen terakhir yang dibagikan sebesar Rp5 per saham, dengan dividend yield yang relatif kecil yaitu 0,85 persen dan payout ratio sebesar 12,03 persen.
Meskipun tidak terlalu menarik bagi investor dividen, hal ini juga menunjukkan bahwa perusahaan memilih untuk menahan sebagian besar labanya guna mendukung pertumbuhan atau memperkuat neraca keuangannya.
Secara keseluruhan, saham ESSA secara fundamental memiliki banyak kelebihan, terutama dari sisi arus kas, struktur modal yang sehat, dan valuasi yang masih menarik bila dibandingkan dengan potensi pertumbuhan laba.
Meskipun saat ini pasar tampaknya masih memberikan tekanan pada harga sahamnya, kemungkinan besar ini lebih disebabkan oleh kinerja keuangan yang sedang dalam fase koreksi dan sentimen pasar yang negatif.
Bagi investor jangka panjang yang mampu menoleransi volatilitas harga dalam jangka pendek, saham ESSA bisa menjadi pilihan menarik, terutama bila perusahaan mampu memulihkan pertumbuhan pendapatannya dan mempertahankan efisiensi operasional.
Namun, penting juga untuk terus memantau kinerja kuartalan berikutnya untuk melihat apakah pemulihan bisnisnya benar-benar terjadi atau justru mengalami tekanan lanjutan.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.