Logo
>

Bandingkan Italia dan Korsel, RI Pede Lolos Resesi Global

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
Bandingkan Italia dan Korsel, RI Pede Lolos Resesi Global

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, meyakini Indonesia hampir mustahil mengalami resesi, berbeda dengan beberapa negara seperti Sri Lanka, Bangladesh, Maladewa, dan Laos.

    Menurut Airlangga, kemungkinan Indonesia mengalami resesi jauh lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Data yang disampaikan menunjukkan bahwa Jerman memiliki probabilitas resesi tertinggi sebesar 60 persen, diikuti oleh Italia dengan 55 persen, zona Eropa 40 persen, Thailand 30 persen, dan Korea Selatan 15 persen.

    "Apakah ketidakpastian global akan menyebabkan resesi di Indonesia? Dari berbagai survei, probabilitas kita adalah yang terendah di dunia, hanya 1,5 persen," ujar Airlangga dalam Rapat Kerja Nasional Percepatan Penyelesaian dan Pra Evaluasi PSN di Jakarta, Selasa, 14 Mei 2024.

    Airlangga menegaskan bahwa rendahnya probabilitas resesi ini menunjukkan kekuatan ekonomi Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian global. Di tengah situasi geopolitik yang semakin memanas, ekonomi Indonesia pada triwulan pertama 2024 berhasil tumbuh sebesar 5,11 persen.

    "Pertumbuhan ini merupakan salah satu yang tertinggi selama ini," ujarnya.

    Airlangga juga menambahkan bahwa dengan pertumbuhan ekonomi setinggi itu, Indonesia masih mampu menjaga inflasi sesuai target APBN. Kuatnya fondasi ekonomi ini membuat Indonesia mendapatkan penilaian tinggi dari berbagai lembaga rating.

    "Kita mendapat rating yang baik dan inflasi kita juga terjaga di 2,5 persen ±1 persen," jelasnya.

    Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak hanya tinggi, tetapi juga merata di seluruh wilayah. Meskipun kontribusi Jawa masih dominan sebesar 57,7 persen, pertumbuhan di wilayah timur cukup signifikan, seperti di Maluku dan Papua yang tumbuh 12,15 persen, Sulawesi 6,36 persen, dan Kalimantan 6,17 persen.

    "Meskipun Jawa masih 57,7 persen (kontribusinya) tapi pertumbuhan wilayah timur cukup tinggi, sebagai contoh di Maluku, Papua 12,15 persen, Sulawesi 6,36 persen, dan Kalimantan 6,17 persen," katanya.

    Ekonom Senior INDEF, Tauhid Ahmad mengatakan, resesi global terjadi apabila pertumbuhan ekonomi dunia turun berada di bawah 3 persen. Hal itu yang kemudian juga akan berdampak pada Indoensia.

    "(pertumbuhan ekonomi) Global itu kan 3,2 (persen) ya resesi akan terjadi kalau misalnya penurunn di 2024 ini bisa dibawah 3 persen di tahun 2024. itu yang kemudian saya kira kan berdampak,"  katanya kepada Kabar Bursa.

    Dia melanjutkan  jika negara-negara mitra dagang Indonesia seperti, Inggris, Jepang, Amerika, China yang mengalami resesi. Hal tersebut dapat memebrikan dampak yang besar terhadap Indonesia. Pasalnya, negara-negara itu memiliki kontribusi yang besar terhadap ekspor-impor Indonesia.

    "Apalagi kalau misalnya china atau amerika terjadi resesi itu dampaknya besar ke kita," terangnya.

    Dia pun merinci, apabila mitra dagang Indonesia mengalami resesi akan terjadi penurunan sumbangan ekspor-impor dalam ekonomi Indonesia, karena marketnya lagi turun. "Ini yang kemudian membuat situasi ekonomi kita akan melambat dalam bberapa periode mendatang," tambah dia.

    Jokowi Wanti Wanti

    Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo menyampaikan pernyataan mengenai situasi ekonomi global yang belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan sejak pandemi Covid-19 melanda. Dia mengungkapkan kini situasi ekonomi global masih mengalami kesulitan.

    “Sekarang ini kita dihadapkan situasi yang tidak gampang, tantangan yang tidak gampang,” kata Jokowi saat memberikan arahan dalam acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas). Beberapa waktu lalu.

    Jokowi mengatakan, pelemahan ekonomi global masih akan terjadi. Adanya potensi resesi ekonomi menimbulkan kekhawatiran di banyak negara akibat berbagai faktor, mulai dari konflik hingga kebijakan suku bunga yang ketat dari bank sentral.

    Dia pun mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi global hanya sekitar 3,2 persen, sementara beberapa negara seperti Jepang, Inggris, dan Eropa berpotensi mengalami resesi.

    “Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan hanya tumbuh 3,2 persen dampak runtutan dari Covid juga masih terasa sampai sekarang, dan kita tahu beberapa negara telah masuk pada resesi,” ungkapnya.

    Untuk menghadapi tantangan ini, Jokowi menekankan pentingnya kebijakan fiskal yang berhati-hati dan pengelolaan anggaran yang prudent. Pemerintah akan memperhatikan dengan seksama prioritas pengeluaran agar tidak mengalami permasalahan keuangan yang lebih besar di masa depan.

    “Oleh sebab itu, kehati-hatian kita dalam mengelola fiskal, mengelola anggaran betul-betul harus prudent, harus hati-hati jangan sampai ada uang serupiah pun meleset dari rencana yang sudah kita buat, dan betul-betul memperhatikan skala prioritas,” ucap Jokowi.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.