Logo
>

Bank Indonesia Turun Tangan, Rupiah Menguat 55 Poin

Ditulis oleh Yunila Wati
Bank Indonesia Turun Tangan, Rupiah Menguat 55 Poin

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Kurs rupiah mencatatkan penguatan signifikan pada akhir pekan. Penguatan ini tidak terlepas dari intervensi Bank Indonesia yang langsung turun tangan menjaga rupiah agar tetap stabil.

    Meskipun ada tekanan dari penguatan indeks dolar Amerika Serikat (DXY), langkah intervensi strategis dari Bank Indonesia menjadi faktor kunci yang mendorong penguatan ini.

    Hingga pukul 15.00 WIB, kurs rupiah ditutup di level Rp15.875 per dolar AS. Angka tersebut menguat sebesar 55 poin atau 0,35 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp15.930 per dolar AS. Langkah ini memberikan optimisme di tengah kondisi pasar global yang masih tidak menentu.

    Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana, mengonfirmasi bahwa penguatan rupiah kali ini merupakan hasil dari intervensi langsung BI.

    "Saat ini, pelaku pasar sedang menjauhi aset berisiko dan kembali mencari aset yang dianggap lebih aman. Dalam situasi ini, intervensi BI menjadi penentu," kata Fikri.

    Bank Indonesia telah mengadopsi strategi operasi moneter yang pro-pasar untuk menarik aliran modal asing guna menopang stabilitas rupiah. Gubernur BI Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa langkah ini membuat pelemahan rupiah relatif lebih kecil dibandingkan dengan mata uang negara lain.

    Perry memaparkan, stabilisasi nilai tukar rupiah difokuskan pada empat instrumen utama. Pertama, mempertahankan BI Rate tetap stabil. Kedua, melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing melalui transaksi tunai maupun Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).

    Ketiga, mengoptimalkan Surat Berharga Rupiah Berbasis Indeks (SRBI) untuk mendorong inflow modal asing. Keempat, menjaga keberlanjutan kebijakan moneter yang sejalan dengan target stabilitas nilai tukar.

    "Upaya ini telah meningkatkan kepemilikan non-residen dalam instrumen SRBI, yang memberikan kontribusi besar terhadap stabilisasi rupiah," ujar Perry dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur BI November 2024.

    Meski langkah BI menunjukkan hasil positif, tekanan terhadap rupiah diperkirakan masih akan berlanjut. Ketidakpastian global, terutama dari Amerika Serikat, terus menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan nilai tukar.

    Fikri mencatat bahwa belum adanya keputusan dari Presiden AS, Donald Trump, terkait calon Menteri Keuangan AS berikutnya turut menambah kecemasan pasar.

    "Ketidakpastian ini memengaruhi pelaku pasar global, yang cenderung berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi," kata Fikri.

    Outlook Rupiah

    Dalam jangka pendek, langkah-langkah BI yang agresif dapat menjaga stabilitas rupiah di tengah tekanan global. Namun, ketergantungan pada inflow modal asing dan dinamika global, terutama kebijakan moneter AS, akan tetap menjadi tantangan bagi nilai tukar rupiah.

    Ketahanan rupiah yang ditunjukkan melalui intervensi ini memberikan sinyal positif terhadap manajemen stabilitas moneter di Indonesia. Dengan mempertahankan fokus pada stabilisasi nilai tukar, BI diharapkan mampu menjaga kepercayaan investor dan menstimulasi aliran modal masuk yang lebih berkelanjutan.

    Dalam kondisi seperti ini, strategi kebijakan yang terarah menjadi kunci untuk menjaga keseimbangan di pasar keuangan domestik di tengah gejolak ekonomi global.

    Beberapa analis memperingatkan bahwa volatilitas pasar kemungkinan akan meningkat pada paruh pertama 2025 seiring dengan pelantikan Presiden AS Donald Trump yang dapat membawa kebijakan proteksionis baru. Hal ini dapat menekan likuiditas global dan memicu penghindaran risiko yang lebih besar.

    Ekonom Tamara Mast Henderson dari Bloomberg Economics, menilai bahwa BI mungkin mempertimbangkan kenaikan suku bunga jika tekanan terhadap likuiditas dan penghindaran risiko meningkat.

    Ketidakpastian global, termasuk konflik geopolitik, prospek kebijakan moneter The Fed, dan dinamika pasar mata uang, menjadi tantangan bagi stabilitas rupiah. Meskipun pelonggaran suku bunga BI mungkin terjadi di 2025, risiko pelemahan rupiah yang berkelanjutan dapat memengaruhi keputusan kebijakan moneter ke depan.

    Stabilitas pasar keuangan tetap menjadi prioritas utama bagi BI dalam menghadapi tekanan eksternal, dan langkah hati-hati dalam pengelolaan suku bunga menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia.

    Meski beberapa analis masih memperkirakan BI akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Desember 2024, sebagian besar ekonom memprediksi penurunan akan ditunda hingga tahun depan.

    Menurut analis Goldman Sachs, ruang pelonggaran moneter BI menjadi lebih terbatas karena penguatan dolar AS dan potensi volatilitas pasar keuangan global.

    Bahkan, risiko rupiah melemah lebih lanjut dapat mendorong BI mempertimbangkan kenaikan suku bunga dalam 12 bulan ke depan jika situasi memburuk.

    Sementara itu, ekonom Barclays Plc Brian Tan, memperkirakan BI akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin masing-masing pada kuartal pertama dan kedua 2025. Namun, jika dolar AS tetap kuat, siklus pelonggaran tersebut kemungkinan dihentikan.

    “Stabilitas pasar mata uang dan premi risiko investor menjadi faktor penting dalam menentukan kebijakan BI,” ujar Tan.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79