KABARBURSA.COM - PT Bank Jago Tbk (ARTO) baru saja ditinggal salah satu pendirinya, yaitu Peterjan Van Nieuwenhuuzen. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) menyetujui hengkangnya Peterjan yang sudah sangat berjasa bagi pertumbuhan Bank Jago.
Dalam keterangan resmi perusahaan yang dikutip Kabarbursa.com yang dikutip Kamis, 19 Desember 2024, RUPSLB menghasilkan beberapa keputusan strategis terkait kepemimpinan. Salah satu keputusan utama adalah pengunduran diri Peterjan sebagai anggota direksi.
Peterjan, yang telah menjadi bagian penting dalam membangun fondasi Bank Jago sejak awal, dikenal karena perannya yang signifikan dalam pengembangan aplikasi Jago dan strategi kolaborasi dengan berbagai ekosistem serta mitra strategis.
Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung, mengungkapkan bahwa Peterjan akan mengejar aspirasi baru di tingkat regional, meskipun kontribusinya yang luar biasa terhadap pertumbuhan Bank Jago akan terus diingat.
Selain itu, Teguh Dartanto, yang telah menjabat sebagai komisaris independen sejak tahun 2020, juga menyatakan pengunduran dirinya. Teguh, seorang akademisi dan ekonom terkemuka, memberikan banyak masukan strategis selama masa jabatannya.
Perannya dalam memberikan saran dan rekomendasi telah membantu Bank Jago berkembang menjadi salah satu bank berbasis teknologi terdepan di Indonesia.
Sebagai bagian dari transisi ini, RUPSLB menunjuk Mahdi Syahbuddin sebagai komisaris baru, dengan masa jabatan yang berlaku setelah mendapatkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Mahdi membawa pengalaman lebih dari 35 tahun di sektor perbankan, dengan karier sebelumnya di Citibank, Bank Universal, BTPN Syariah, dan BTPN.
Secara finansial, Bank Jago menunjukkan performa yang mengesankan hingga kuartal III-2024. Jumlah nasabah aplikasi Jago telah mencapai lebih dari 11,1 juta, sementara total nasabah, termasuk pengguna layanan lending, menembus angka 14,1 juta. Pertumbuhan ini selaras dengan peningkatan dana pihak ketiga (DPK) yang terkumpul hingga Rp16,9 triliun, melonjak 64 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023 yang hanya mencapai Rp10,3 triliun. Bank ini juga mencatat penyaluran kredit sebesar Rp17,3 triliun, meningkat 59 persen dari Rp10,9 triliun pada tahun sebelumnya.
Total aset Bank Jago tumbuh signifikan sebesar 40 persen, mencapai Rp26,8 triliun per September 2024 dibandingkan Rp19,1 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Dari segi laba bersih setelah pajak, Bank Jago berhasil mencatatkan peningkatan 71 persen, dengan perolehan Rp86 miliar dibandingkan Rp50 miliar pada September 2023.
Hal ini menunjukkan keberhasilan strategi bisnis bank yang mengutamakan kolaborasi dengan berbagai mitra digital, perusahaan pembiayaan, dan lembaga keuangan lainnya.
Namun, nilai saham Bank Jago saat ini menunjukkan tren berbeda. Setelah mencapai puncaknya pada Januari 2022 di level Rp19.500, kini harga sahamnya berada di Rp2.560 per sesi perdagangan pada 18 Desember 2024. Meski demikian, potensi bisnis yang dibangun melalui inovasi teknologi dan kolaborasi strategis memberikan optimisme terhadap prospek jangka panjang perusahaan.
Kepergian tokoh-tokoh kunci seperti Peterjan van Nieuwenhuizen dan Teguh Dartanto menandai babak baru dalam perjalanan Bank Jago. Di sisi lain, hadirnya Mahdi Syahbuddin memberikan angin segar bagi manajemen dengan pengalamannya yang luas di dunia perbankan.
Dengan fondasi yang kuat dan pertumbuhan yang konsisten, Bank Jago terus mengukuhkan posisinya sebagai salah satu bank digital paling menonjol di Indonesia.
Kinerja Bank Jago di 9M24
Meskipun ditinggal Peterjan, namun Bank Jago yakin menatap 2025. Apalagi, kinerja keuangannya cukup signifikan untuk dijadikan modal kerja tahun depan.
Mengutip keterangan resmi Bank Jago, perusahaan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp85,83 miliar hingga 30 September 2024, meningkat dari Rp50,29 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Dalam laporan keuangan yang dirilis Selasa, perseroan mencatat pendapatan bunga dan syariah bersih turun menjadi Rp1,07 triliun dari Rp1,20 triliun pada tahun sebelumnya.
Beban operasional lainnya tercatat menurun menjadi Rp966,04 miliar dibandingkan Rp1,14 triliun di periode yang sama tahun lalu.
Laba operasional melonjak menjadi Rp111,09 miliar dari sebelumnya Rp62,73 miliar. Sementara itu, laba sebelum pajak penghasilan naik menjadi Rp110,05 miliar dibandingkan Rp69,99 miliar di tahun lalu.
Total liabilitas tercatat naik signifikan menjadi Rp18,17 triliun per 30 September 2024, dari Rp12,76 triliun pada 31 Desember 2023. Sementara itu, total aset meningkat mencapai Rp26,84 triliun hingga 30 September 2024, naik dari Rp21,29 triliun per akhir 2023.
ARTO mengungkapkan pencapaian nasabah funding melalui Aplikasi Bank Jago yang menembus angka 11,1 juta hingga akhir kuartal III 2024.
“Termasuk nasabah lending, total pengguna Bank Jago kini mencapai 14,1 juta. Dari jumlah tersebut, lebih dari 67 persen nasabah funding Aplikasi Jago berasal dari mitra ekosistem seperti GoTo (Gojek Tokopedia) dan platform reksadana online Bibit yang terintegrasi dengan Aplikasi Jago,” ungkap Direktur Utama Bank Jago, Arief Harris Tandjung, dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin 28 Oktober 2024.
Arief optimis bahwa sinergi dengan ekosistem digital, yang menggabungkan inovasi dengan strategi bisnis berkelanjutan, adalah pendekatan ideal untuk memperluas bisnis Bank Jago.
Pertumbuhan pengguna Aplikasi Jago selaras dengan peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp6,9 triliun hingga akhir kuartal III-2024, naik 64 persen dibandingkan periode sama tahun lalu senilai Rp10,3 triliun. Sebanyak 57 persen dari DPK tersebut atau sekitar Rp9,6 triliun adalah current account and savings account (CASA), sementara 43 persen atau Rp7,3 triliun berbentuk deposito berjangka (TD).
Bank Jago juga mencatat penyaluran kredit sebesar Rp17,3 triliun hingga kuartal III-2024, meningkat 59 persen dibandingkan Rp10,9 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya, berkat kolaborasi strategis dengan sejumlah mitra.
“Kami senantiasa memprioritaskan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit, yang terbukti dari rasio non-performing loan (NPL) gross yang sangat rendah di angka 0,2 persen,” pungkas Arief.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.