KABARBURSA.COM - Sektor perbankan lapis dua di Indonesia mencatatkan berbagai pencapaian yang signifikan meskipun dihadapkan pada tantangan ekonomi global yang berkelanjutan. Berdasarkan data yang dirilis, sejumlah emiten bank lapis dua berhasil mempertahankan kinerja positif dalam pertumbuhan laba bersih mereka.
Dalam seminggu terakhir, pergerakan harga saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) sempat menguat di level Rp2.540 per lembar saham. Sementara, panel perdagangan Stockbit mencatat penurunan harga saham BRIS sebesar 0,40 persen menjadi Rp2,490 per lembar saham.
Sementara, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) dalam sepekan terakhir menguat 2,37 persen dengan harga saham tertinggi Rp1,320 per lembar saham. Akan tetapi, menurut panel harga saham Stockbit BBTN kembali melemah 0,39 persen per hari ini ke level Rp1,290 per lembar saham.
Sedangkan, pergerakan harga saham PT Bank CIMB Niaga (BNGA) sepekan terakhir menguat 1,7 persen dengan harga saham tertinggi Rp 1,810 per lembar saham, akan tetapi mengalami berdasarkan panel harga saham Stockbit BNGA kembali melemah 0,55 persen per hari ini ke level Rp 1,790 per lembar saham. Lantas, apakah pergerakan harga saham cukup mendongkrak minat investor?
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama, tidak menyarankan investasi saham dari emiten perbankan lapis dua. menurutnya saham BRIS, BBTN, dan BNGA difaktori karena tingginya interest rates.
“Untuk bank lapis dua rekomendasinya adalah not rated, karena faktor tingginya interest rates,” kata Nafan kepada Kabarbursa di Jakarta, Kamis 11 Juli 2024.
Adu Kuat Kinerja BRIS, BNGA, BBTN
BRIS
BRIS mencatatkan pertumbuhan pembiayaan sebesar 5,7 persen menjadi Rp253 triliun selama lima bulan pertama tahun 2024, namun dana pihak ketiga BRIS menyusut 0,65 persen menjadi Rp291 triliun.
Di kuartal I/2024, BRIS menunjukkan kinerja stabil dengan penurunan rasio NPF gross menjadi 2,01 persen (dari 2,36 persen), meskipun NPF Net naik sedikit menjadi 0,55 persen (dari 0,54 persen). Tingkat net imbalan (NI) BRIS turun menjadi 5,38 persen dari 6,04 persen, sementara Net Operating Margin (NOM) naik menjadi 2,78 persen dari 2,73 persen.
Namun, cost to income rasio (CIR) BRIS meningkat menjadi 47,77 persen dari 46,91 persen, menunjukkan penurunan efisiensi operasional. Dengan Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 83 persen, BRIS masih memiliki potensi untuk meningkatkan ekspansi pembiayaannya di masa mendatang.
BNGA
BTN melaporkan laba bersih Rp860 miliar pada kuartal I/2024, naik 7,4 persen YoY dari Rp801 miliar tahun sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh pendapatan bunga bersih sebesar Rp3,23 triliun, naik 3,4 persen YoY dari Rp3,12 triliun di kuartal I/2023.
Transaksi fee based income juga naik menjadi Rp1 triliun, meningkat 14,8 persen dari Rp875 miliar sebelumnya, meskipun terjadi pemberatan pendapatan bunga bersih akibat tren suku bunga yang meningkat.
BBTN
BBTN mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang minim, naik 0,23 persen menjadi Rp1,47 triliun di semester I/2023, dipengaruhi oleh tekanan kenaikan beban bunga yang lebih tinggi dibandingkan pendapatan bunga.
Meskipun kredit tumbuh 7,52 persen, pendapatan bunga bersih BBTN turun 16,27 persen menjadi Rp6,47 triliun. Namun, pendapatan operasi lainnya naik 70 persen menjadi Rp1,71 triliun, dan biaya pencadangan untuk kredit macet turun 6 persen menjadi Rp1,9 triliun, menjaga pertumbuhan laba bersih yang minim.
Rekomendasi Saham BRIS, BNGA, BBTN
Sementara itu, Head Customer Literation and Education, Oktavianus Audi menilai, banyaknya peminat investor membeli saham bank lapis dua ini karena murah secara valuasi, yakni dengan PBV (
"Selain itu juga bisa dengan perbandingan rasio PER terhadap emiten sejenis di sektor keuangan, semakin rendah nilainya bermakna semakin murah," jelas Audi kepada Kabarbursa Jakarta, Kamis 11 Juli 2024.
Meski demikian, investor juga harus melihat kinerja perbankan yang lebih spesifik, seperti pada nilai NPL (
"Kami melihat ketiga menarik dengan segmen yang berbeda-beda, seperti BBTN, kami berpandangan dengan adanya aturan Tapera terbaru akan mendorong penyaluran kredit,"ujarnya
Tercatat dari BP Tapera, penyaluran kredit perumahan subsidi terbesar melalui BBTN, sehingga ditambahnya aturan baru akan meningkatkan penyaluran kredit.
Lalu dari BRIS, dengan peluang syariah yang masih besar dan adanya potensi akuisisi dari investor Abu Dhabi Islamic Bank akan menjadi ekspansi bisnis syariah di luar Indonesia.
Sedangkan untuk BNGA, pertumbuhan kredit dari inovasi digital masih akan menopang pendapatannya.
Adapun rekomendasi terhadap ketiga bank lapis dua yaitu:
• BBTN, buy TP: 1.530
• BRIS, buy TP: 2.680
• BNGA, hold TP: 1.970. (Dian/*)
Disclaimer
Penting untuk diingat bahwa setiap keputusan investasi adalah tanggung jawab individu. Pelajari dan analisis secara mendalam sebelum membeli atau menjual saham. Kabar Bursa tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.