KABARBURSA.COM - Bank Syariah diimbau untuk meningkatkan kualitas produk serta layanan demi bisa menarik perhatian masyarakat.
Direktur BCA Syariah, Pranata, mengatakan bank syariah saat ini masih memiliki potensi untuk melakukan ekspansi.
"Saat ini pangsa pasar perbankan syariah masih di kisaran 7,5 persen hal ini menunjukkan potensi yang besar bagi bank syariah untuk melakukan ekspansi," ujar dia kepada Kabar Bursa, Jumat 18 Juli 2024.
Oleh karenanya, Pranata memandang bank syariah harus terus meningkatkan kualitas produknya. Dia menyebut, pihaknya saat ini tengah berupaya meningkatkan literasi keuangan syariah melalui kegiatan edukasi.
"Bank Syariah harus terus meningkatkan kualitas produk dan layanan perbankan melalui inovasi yang berkelanjutan. Selain itu kami terus berupaya meningkatkan literasi keuangan syariah melalui kegiatan edukasi tentang ragam dan manfaat produk bank syariah," ungkapnya.
Adapun, hingga Juni 2024 rekening tabungan BCA Syariah meningkat sebesar 131,5 persen secara tahunan. Hal ini, kata Pranata, dikarenakan adanya pengembangan e-channel sehingga dapat mendukung pertumbuhan nasabah.
"Pengembangan e-channel yang kami lakukan turut mendukung pertumbuhan nasabah dan jumlah rekening. Hingga Juni 2024, rekening tabungan di BCA Syariah meningkat 131,5 persen secara tahunan dengan pertumbuhan nasabah mencapai 140,6 persen yoy," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pangsa pasar perbankan syariah masih kecil terhadap perbankan nasional. Aset perbankan syariah hanya 7,27 persen terhadap keseluruhan aset perbankan hingga Februari 2024.
Sebagai perbandingan, mengacu Statistik Perbankan Syariah OJK, total aset bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) per akhir Januari 2024 mencapai Rp845,61 triliun, tumbuh 10,48 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Oleh karenanya, pangsa pasar bank syariah di Indonesia juga tergolong kecil dibandingkan negara lain, seperti Malaysia. Berdasarkan data Standard & Poor’s Financial Service, pangsa pasar bank syariah di Malaysia malahan telah mencapai 36,6 persen pada 2020, jauh di atas Indonesia.
OJK pun bergeliat meningkatkan pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia. Misalnya, regulator menuangkan kebijakan strategis dalam Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perbankan Syariah 2023-2027 yang memberikan arah kebijakan dari sisi industri dan masyarakat.
Dalam roadmap tersebut, OJK mendorong akselerasi konsolidasi bank syariah di Indonesia. Adapun, konsolidasi itu dilakukan untuk perbaikan struktur pasar perbankan syariah dengan mendorong hadirnya bank syariah berskala besar lebih banyak lagi.
“Ukuran besar buat lembaga intermediasi itu penting,” kata Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Dengan upaya tersebut, tahun ini pun dinilai sebagai tahun konsolidasi bagi industri perbankan syariah. Di tengah kondisi minimnya pangsa pasar, bank syariah mencatatkan kinerja keuntungan yang menurun, setidaknya pada awal tahun ini.
Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah Indonesia yang dirilis OJK, raupan laba bank syariah telah mencapai Rp10,86 triliun hingga Februari 2024, turun 2,48 persen secara tahunan (yoy) dibandingkan laba pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp11,13 triliun.
Beberapa bank syariah memang masih mencatatkan pertumbuhan laba pada awal tahun ini, atau kuartal I 2024.
Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin sempat mengatakan bahwa pangsa bank syariah di Tanah Air masih mandek. Menurut Ma’ruf, pangsa pasar keuangan syariah termasuk bank syariah di dalamnya masih kecil, yakni 10,9 persen per Juli 2023. Padahal, sebanyak 87 persen penduduk Tanah Air mayoritas merupakan muslim.
Ma’ruf juga sempat mengatakan bahwa pemerintah menginginkan pangsa pasar keuangan syariah di Indonesia bisa mencapai 50 persen. Dia pun mendorong agar berbagai pihak terlibat dalam mendongkrak pangsa pasar keuangan syariah di Indonesia.
“Indonesia sebagai negara demokrasi dan berpenduduk muslim terbesar di dunia, sudah sewajarnya berada di bangku kemudi dalam pengembangan ekonomi syariah global, dan menjadi model bagi terwujudnya Islam dan kemajuan,” tutur Ma’ruf.
Aset Industri Keuangan
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi, menyatakan total aset industri keuangan syariah telah mencapai Rp2.500 triliun per Desember 2023.
“Per Desember tahun lalu, total aset industri keuangan syariah telah mencapai Rp2.500 triliun,” ujar Friderica di Jakarta, Senin 24 Juni 2024.
Friderica menjelaskan, aset tersebut terdiri dari sektor perbankan syariah sebesar Rp892 triliun, Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) syariah sebesar Rp156 triliun, dan sektor pasar modal syariah sebesar Rp1.500 triliun.
Berdasarkan data Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), kontribusi usaha dan pembiayaan syariah terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai sekitar 46 persen. Ini menunjukkan peran signifikan keuangan syariah sebagai penopang utama perekonomian Indonesia.
Eksistensi keuangan syariah Indonesia di kancah global terus diakui, terlihat dari beberapa peningkatan indeks global. Indonesia menempati posisi ketiga dalam Islamic Finance Development Indicator dan Cambridge Global Islamic Finance Report, serta posisi ketujuh untuk aspek Islamic Finance pada Global Islamic Economic Indicator. Hal ini menempatkan Indonesia sejajar dengan negara lain seperti Malaysia dan Saudi Arabia.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.