KABARBURSA.COM - Chief of Public Affairs PT Pembiayaan Digital Indonesia AdaKami, Karissa Sjawaldy, menanggapi data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam minat masyarakat menjadi lender di industri pinjaman online (pinjol) fintech P2P lending.
Data OJK mengungkapkan bahwa hingga Maret 2024, jumlah rekening pemberi dana aktif mencapai 273.330, melonjak sebesar 91,52 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
"Kerja sama kami dengan lender institusi telah membuahkan hasil yang positif, dan kami berharap tren ini terus meningkat, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas pendanaan," ujarnya kepada Kabar Bursa, Rabu 22 Mei 2024.
AdaKami sendiri menunjukkan tren yang stabil dan positif. Tingkat Keberhasilan Bayar (TKB) mereka tetap tinggi, mencerminkan keberhasilan strategi yang diterapkan dalam menjaga kualitas layanan.
"TKB kami mencapai 99,96 persen," jelas Karissa.
Dia pun menjelaskan strategi yang dilayangkan untuk menjaga tren positif tersebut yakni dengan fokus pada peningkatan kualitas penyaluran dana melalui pengetatan proses e-KYC (Know Your Customer) dan edukasi keuangan kepada masyarakat. "Ini penting untuk memastikan bahwa dana yang disalurkan benar-benar digunakan secara bijaksana dan bertanggung jawab," tambah Karissa.
Minat masyarakat untuk menjadi lender di industri pinjaman online (pinjol) fintech P2P lending terus menunjukkan tren positif. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa hingga Maret 2024, jumlah rekening pemberi dana aktif mencapai 273.330, melonjak sebesar 91,52 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kepala Eksekutif Pengawasan Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, LKM, dan LJK Lainnya, Agusman menyarakan bahwa antusiasme masyarakat untuk menjadi lender dalam industri ini masih sangat tinggi. “Jumlah rekening pemberi dana aktif per Maret 2024 tercatat sebanyak 273.330, meningkat 91,52 persen yoy,” jelas Agusman dikutip Rabu, 15 Mei 2024.
Peningkatan minat ini sejalan dengan pertumbuhan outstanding pembiayaan P2P lending yang naik 21,85 persen secara tahunan, mencapai Rp 62,17 triliun per Maret 2024. Namun, tingkat wanprestasi (TWP) 90 atau rasio kredit macet turut mengalami kenaikan 13 basis poin menjadi 2,94 persen dibandingkan Maret 2023.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.