Logo
>

Baru Dilepas Suspensi, Hati-hati Jebakan Batman Emiten Grup Lippo LPPS

Setelah suspensi dicabut, saham LPPS melonjak ratusan persen. Namun di balik euforia itu, fundamental lemah dan laba tak stabil jadi sinyal bahaya bagi investor.

Ditulis oleh Yunila Wati
Baru Dilepas Suspensi, Hati-hati Jebakan Batman Emiten Grup Lippo LPPS
Aktivitas PT Lenox Pasifik Investama Tb atau LPPS. Foto: Dok Perusahaan.

KABARBURSA.COM – PT Lenox Pasifik Investama Tb atau LPPS, baru saja mendapat ‘kebebasan’ usai suspensinya dicabut oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Meski pergerakan sahamnya setelah diperdagangkan Kembali tidak melesat, namun emiten konglomerasi Grup Lippo ini perlu menjadi perhatian.

Dalam sebulan terakhir, saham ini sudah melesat lebih dari 125 persen, dari kisaran Rp75 menjadi Rp208 per saham. Di balik reli fantastis ini, data fundamental memperlihatkan paradoks, bahwa performa harga yang agresif tidak didukung kekuatan keuangan yang solid.

Justru, ada sinyal peringatan bagi investor jangka panjang, semacam “jebakan batman”?

Secara kasat mata, valuasi LPPS tampak murah di rasio Price to Book Value (PBV) 0,53x, yang biasanya menandakan saham undervalued. Namun angka itu menipu jika tidak disandingkan dengan konteks bisnis dan kualitas asetnya. 

Emiten ini mencatatkan Current PE Ratio (TTM) 15,04x dan annualized PER 63,54x, rasio yang tampak acak karena fluktuasi laba bersih ekstrem di laporan tahunannya. Secara teknis, laba bersih TTM Rp33 miliar tidak berasal dari operasional yang stabil, melainkan didorong faktor nonrecurring (kemungkinan revaluasi aset atau keuntungan investasi).

Indikasi bahwa profit tidak berasal dari bisnis inti terlihat jelas dari Operating Profit Margin negatif -1.155 persen, tetapi Net Profit Margin justru 80.747 persen. Sebuah anomali yang mustahil bagi perusahaan dengan operasi normal. 

Kombinasi ini menandakan bahwa LPPS kemungkinan memperoleh laba sekali waktu dari aset keuangan atau penjualan investasi, bukan dari kinerja usaha yang berkelanjutan.

Struktur Neraca dan Efisiensi Usaha Tidak Mencerminkan Korporasi yang Tangguh

Laporan keuangan LPPS menunjukkan aset mencapai Rp943 miliar dengan ekuitas Rp942 miliar, dan liabilitas yang sangat kecil (hanya Rp1 miliar). Sekilas, ini terlihat sangat sehat. Namun jika ditelisik lebih dalam, keseimbangan tersebut mencerminkan minimnya aktivitas usaha produktif, bukan efisiensi. 

Sebagian besar asetnya berupa kas Rp73 miliar, dan tidak terlihat adanya pendapatan operasional yang berarti. Hal ini tercermin dari Revenue per Share hanya Rp0,10 dan Price to Sales (P/S) ratio absurd di 1.972 kali.

Dengan cashflow operasi hanya Rp1 miliar dan free cashflow per saham Rp0,31, kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas nyata tergolong lemah. 

Di sisi lain, EV/EBIT -48,85 dan EV/EBITDA -287 menandakan ketidakefisienan penggunaan aset untuk mencetak laba. Data ini memperkuat kesan bahwa LPPS saat ini lebih menyerupai perusahaan investasi yang menyimpan dana daripada entitas dengan kinerja operasional aktif.

Kinerja keuangan pun tidak konsisten dan sarat volatilitas. Selama lima tahun terakhir, laba LPPS berfluktuasi ekstrem, dari rugi besar Rp270 miliar pada 2022 menjadi laba Rp33 miliar pada periode berjalan. 

Perubahan drastis ini lebih menyerupai hasil dari aktivitas revaluasi, pembalikan rugi investasi, atau transaksi keuangan non-operasional, bukan pemulihan bisnis. Hal ini didukung juga oleh return on equity (ROE) dan return on assets (ROA) hanya 3,51 persen, yang masih di bawah imbal hasil deposito perbankan.

Rasio efisiensi seperti asset turnover dan inventory turnover bahkan tidak muncul dalam data, memperlihatkan bahwa LPPS tidak memiliki kegiatan distribusi atau produksi aktif. Dengan kata lain, lonjakan laba bersih hanyalah efek sementara, bukan fondasi yang bisa menopang valuasi jangka panjang.

Euforia Pasca Suspensi, Sinyal Jebakan Batman?

Salah satu alasan utama kenaikan harga LPPS pasca suspensi adalah efek psikologis pasar terhadap saham grup Lippo, yang sering diasosiasikan dengan pergerakan tajam akibat likuiditas terbatas dan free float rendah. 

LPPS memiliki free float hanya 32,21 persen, artinya sedikit pergerakan volume bisa mengerek harga secara signifikan. Dalam beberapa kasus, euforia seperti ini muncul ketika saham keluar dari status suspensi, karena pelaku pasar mengejar momentum teknikal, bukan fundamental.

Namun, potensi jebakan sangat besar. Dengan volume harian hanya 216 ribu lot dan nilai transaksi sekitar Rp4,3 miliar, pergerakan harga sangat mudah dimanipulasi oleh pemain besar. 

Ketika sentimen pasar berbalik arah, saham berpotensi terkoreksi cepat karena likuiditas rendah dan tidak adanya pembeli penyangga dari investor institusional.

Jadi, berdasarkan keseluruhan indikator, ya, LPPS memiliki karakteristik saham yang berpotensi menjadi “jebakan Batman” bagi investor ritel. Fundamentalnya rapuh, pendapatannya nyaris nihil, dan pergerakan harga didorong euforia sesaat. 

Rasio-rasio keuangan yang tampak “indah” di permukaan justru menyembunyikan volatilitas ekstrem di dalam laporan laba rugi. Dengan kinerja operasional lemah, laba bersih semu, serta margin yang tidak berimbang, risiko pembalikan harga sangat tinggi.

Investor yang tergoda reli harga perlu berhati-hati: saham yang naik bukan berarti sehat. Dalam konteks LPPS, kenaikan tiga digit dalam waktu singkat lebih mencerminkan technical rebound pasca suspensi daripada sinyal pemulihan bisnis. 

Bagi portofolio jangka panjang, saham ini lebih cocok dikategorikan sebagai aset spekulatif, bukan instrumen investasi berbasis fundamental.

Meski LPPS berhasil menarik perhatian pasar dengan lonjakan harga spektakuler, fondasi bisnisnya belum menunjukkan kestabilan yang dapat dijadikan pijakan investasi jangka panjang. Kinerja keuangannya penuh anomali, arus kas minim, dan aktivitas usaha nyaris tidak terlihat. 

Bursa Efek Indonesia tampaknya memiliki alasan kuat untuk mengawasi saham ini sebelumnya.

Dengan kondisi seperti ini, LPPS lebih tepat disebut saham euforia daripada saham bernilai. Investor yang masuk tanpa memahami konteks fundamental berisiko terjebak pada momentum semu. 

Bagi pelaku pasar, keputusan paling bijak adalah menjaga jarak atau membatasi eksposur, karena di balik reli tinggi saham ini, potensi koreksi yang tajam sangat terbuka, layaknya jebakan Batman di dunia pasar modal.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79