KABARBURSA.COM - Harga batu bara dunia akhirnya berhasil rebound setelah mengalami pelemahan selama tiga hari berturut-turut. Pada penutupan perdagangan Kamis, 14 November 2024, harga batu bara di pasar berjangka tercatat naik 0,35 persen ke level USD142,4 per ton, dibandingkan penutupan sebelumnya di USD141,9 per ton.
Berdasarkan data Investing, harga batu bara Newcastle tercatat stabil tanpa perubahan pada perdagangan terakhir, dengan penutupan di level USD143,35 per ton. Harga tersebut juga menjadi level pembukaan perdagangan pada hari yang sama, menunjukkan pergerakan pasar yang cenderung datar.
Sepanjang hari kemarin, harga batu bara Newcastle bergerak dalam rentang sempit, yakni USD143,35 per ton, tanpa fluktuasi berarti. Dalam jangka waktu satu tahun terakhir, harga komoditas ini telah mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 17,02 persen.
Sepanjang pekan ini, harga batu bara menunjukkan pergerakan yang relatif stabil meski diterpa dinamika pasar global. Sejak awal November, harga komoditas ini bertahan di rentang USD142 hingga USD144 per ton, dengan sedikit koreksi pada 13 November sebelum kembali menguat pada 14 November.
Permintaan Energi dan Transisi Energi Jadi Penentu
Kenaikan harga batu bara didorong oleh permintaan energi global yang tetap tinggi, terutama dari sektor industri dan pembangkit listrik. Laporan dari U.S. Energy Information Administration (EIA) menyebutkan konsumsi listrik di Amerika Serikat diproyeksikan mencapai rekor tertinggi pada 2024 dan 2025, memberikan dorongan positif terhadap permintaan energi secara global.
Namun, transisi energi terus membayangi prospek batu bara dalam jangka panjang. Inggris, misalnya, baru saja menutup pembangkit listrik terakhirnya yang menggunakan batu bara, menandai langkah besar menuju pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Meski demikian, permintaan dari negara seperti China dan India, yang masih sangat bergantung pada batu bara untuk memenuhi kebutuhan energinya, tetap memberikan dukungan terhadap harga komoditas ini.
Prospek Batu Bara di Tengah Ketidakpastian Global
Analis memperkirakan volatilitas harga batu bara masih akan berlanjut, seiring ketidakpastian di pasar energi global. Ketegangan geopolitik, perubahan kebijakan energi di berbagai negara, serta upaya transisi ke energi terbarukan menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga.
Sebagai catatan, EIA memproyeksikan konsumsi batu bara global akan mengalami penurunan sebesar 1-2 persen pada 2025. Pergeseran besar-besaran menuju energi terbarukan diprediksi akan terus menekan penggunaan bahan bakar fosil seperti batu bara.
Harga batu bara yang kini berhasil bangkit menjadi sinyal bahwa meskipun ada tekanan transisi energi, kebutuhan jangka pendek dari negara-negara industri besar masih menjadi penggerak utama pasar.
Sempat Ambles
Harga batu bara dunia sempat mengalami tekanan pada Selasa, 12 November 2024, seiring penurunan drastis impor batu bara dari India. Data dari pasar menunjukkan harga batu bara Newcastle untuk November 2024 stagnan di level USD142,25 per ton. Untuk kontrak Desember 2024, harganya melemah USD0,25 menjadi USD143,75 per ton, sementara kontrak Januari 2025 turun lebih dalam lagi sebesar USD0,5 menjadi USD144,9 per ton.
Di sisi lain, batu bara Rotterdam justru menguat meski tipis. Harga batu bara Rotterdam untuk November 2024 naik USD0,05 ke level USD120,85 per ton, sedangkan kontrak Desember 2024 mengalami peningkatan USD0,2 menjadi USD122,25. Untuk Januari 2025, harga naik USD0,15 ke level USD122,35 per ton.
India Stop Belanja, Pasar Batu Bara Lesu
Berdasarkan laporan Reuters, penurunan impor batu bara India pada bulan Oktober 2024 terbilang signifikan. Volumenya merosot hampir sepertiga dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Data dari firma analitik Bigmint dan Kpler mencatat, penurunan ini dipicu oleh melemahnya permintaan listrik berbasis batu bara serta meningkatnya pasokan energi terbarukan di India.
Impor batu bara termal ke India, negara pengimpor terbesar kedua di dunia, turun hingga 31,8 persen menjadi 13,56 juta metrik ton. Ini merupakan penurunan terbesar dalam 15 bulan terakhir dan merupakan penurunan beruntun pertama sejak Juli 2023.
Meskipun pedagang memperkirakan impor India akan kembali naik dalam beberapa minggu mendatang, proyeksi tersebut diprediksi tidak akan mampu mendongkrak total impor tahunan ke level tahun 2023. Stok yang tinggi di pelabuhan juga membuat impor batu bara India diproyeksikan akan tetap lemah di penghujung 2024.
Stagnan, Pasokan Banyak tapi Permintaan Minim
Direktur I-energy Natural Resources Ltd, Vasudev Pamnani, salah satu perusahaan perdagangan batu bara di India, mengungkapkan meskipun aktivitas industri tidak terlalu tinggi, para pedagang sudah membawa banyak pasokan batu bara ke India. Ia memperkirakan total impor batu bara termal India sepanjang 2024 kemungkinan stagnan di sekitar 176 juta ton, sejalan dengan minimnya permintaan tambahan.
Pengiriman batu bara India, yang sebagian besar digunakan untuk pembangkit listrik, selama ini kerap mengimbangi peningkatan impor oleh China. Tren ini turut menjaga harga internasional. Namun, penurunan impor India di bulan Oktober mencatatkan perubahan mencolok, yang pertama sejak pertengahan 2023, dalam laju pertumbuhan impor antara India dan China.
Sementara itu, impor batu bara termal dan metalurgi China justru melonjak 29 persen pada Oktober, terutama didorong oleh peningkatan impor batu bara termal. Tren ini menunjukkan bahwa impor batu bara China siap mencetak rekor tertinggi lagi pada 2024. Berbeda dengan India yang cenderung memilih batu bara lokal karena lebih murah, di China, harga batu bara impor malah lebih bersaing dibandingkan batu bara dalam negeri.(*)