KABARBURSA.COM - Pasar saham perbankan kembali diramaikan dengan laporan kinerja terbaru PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Angka-angka yang muncul dalam laporan Agustus 2025 memberi warna tersendiri.
Dalam laporan yang ditampilkan BBNI, laba bersih bank only tercatat sebesar Rp1,5 triliun, turun 10 persen dibanding periode sama tahun lalu dan melemah 11 persen secara bulanan. Penurunan ini membuat total laba bersih bank only sepanjang delapan bulan pertama 2025 hanya mencapai Rp13,4 triliun, atau terkoreksi 6 persen year-on-year.
Bagi sebagian investor, tren ini menimbulkan kekhawatiran, terutama karena pencapaian tersebut baru setara 64 persen dari estimasi konsensus setahun penuh, lebih rendah dari capaian periode sama tahun lalu yang sudah 66 persen.
Jika ditelisik lebih dalam, pelemahan laba bersih BBNI bukan terjadi tanpa sebab. Mengutip Stockbit Sekuritas, tekanan datang dari turunnya Pre-Provision Operating Profit (PPOP) sebesar 11 persen YoY, sekaligus 8 persen MoM.
Opex yang meningkat 6 persen YoY serta beban provisi yang naik 4 persen juga ikut mempersempit ruang pertumbuhan. Net Interest Income bahkan terkoreksi tipis 1 persen YoY, menandakan margin bunga bank masih tertahan.
Meski begitu, pertumbuhan kredit tetap berada di jalur yang sesuai target, tumbuh 8 persen YoY hingga Agustus 2025, sejalan dengan guidance 8–10 persen yang dipasang manajemen untuk tahun ini.
Dari sisi aset, total penyaluran kredit mencapai Rp769 triliun dengan CASA ratio di level 72,6 persen, menunjukkan likuiditas masih cukup sehat.
Saham Harian Melemah, Sinyal Teknikal Sangat Jual
Namun, cerita di lantai bursa tidak kalah menarik. Saham BBNI kini diperdagangkan di level Rp4.130, melemah 1,2 persen pada perdagangan terakhir. Tekanan jual terlihat kuat, dengan indikator teknikal secara umum mengirimkan sinyal “sangat jual”. RSI berada di level 41, menandakan momentum cenderung lemah.
Stochastic dan Stochastic RSI bahkan sudah masuk zona oversold, menegaskan dominasi tekanan jual dalam jangka pendek. MACD dan ADX juga sejalan, memberi sinyal tren negatif yang masih solid. Moving average harian dari jangka pendek hingga panjang—MA5 hingga MA200—semuanya menunjukkan posisi jual, menambah bobot sentimen bearish pada saham ini.
Menariknya, meski mayoritas indikator teknikal condong ke arah jual, ada sedikit percikan positif dari ROC dan Ultimate Oscillator yang menunjukkan adanya peluang minat beli meski masih terbatas.
Namun secara keseluruhan, tren teknikal harian menegaskan bahwa saham BBNI masih berada dalam tekanan, dengan support terdekat di kisaran 4.064–4.087 dan resistance yang cukup jauh di sekitar 4.200–4.227.
Kombinasi antara pelemahan laba bersih, kenaikan beban, serta sinyal teknikal yang lemah membuat saham BBNI saat ini berada di fase yang menuntut kehati-hatian. Bagi investor jangka pendek, strategi defensif menjadi pilihan utama, yaitu menghindari entry agresif sebelum ada konfirmasi pembalikan arah atau sinyal rebound yang lebih kuat.
Sementara bagi investor jangka panjang, valuasi BBNI yang relatif murah dengan P/E ratio 7,38 kali dan dividend yield menarik di atas 9 persen bisa menjadi alasan untuk tetap menaruh perhatian, terutama jika tujuan investasi adalah akumulasi jangka panjang.
Dengan kondisi ini, saham BBNI seperti sedang berada di dua dunia, di mana fundamental masih terjaga dengan pertumbuhan kredit sejalan target, namun dibayangi laba yang tergerus dan teknikal yang memberi sinyal lemah.
Investor dituntut untuk jeli, menimbang risiko jangka pendek sekaligus peluang jangka panjang, sebelum memutuskan langkah berikutnya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.