Logo
>

BBRI Tetap Solid di Tengah Penurunan Margin Laba

BBRI bukukan pendapatan tumbuh 19,34 persen di paruh pertama 2025, namun laba bersih turun 12 persen akibat lonjakan beban provisi, sementara prospek paruh kedua tetap terbuka.

Ditulis oleh Yunila Wati
BBRI Tetap Solid di Tengah Penurunan Margin Laba
Gedung BRI. Foto: Dok BRI.

KABARBURSA.COM - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) membuka bulan Agustus 2025 dengan kinerja yang tetap mengesankan, meski ada beberapa tantangan di sisi profitabilitas. Hingga kuartal terakhir, pendapatan tercatat Rp38,76 triliun, naik 19,34 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Pertumbuhan ini menegaskan mesin bisnis BBRI, khususnya di segmen UMKM, masih bekerja optimal dan menjadi penopang utama laju pendapatan.

Namun, di sisi bawah laporan keuangan, terlihat penurunan margin laba bersih menjadi 32,52 persen, turun cukup tajam 23,55 persen secara tahunan. Meski laba masih besar, penyusutan margin ini menunjukkan adanya tekanan dari kenaikan beban atau faktor biaya lainnya. 

Laba per saham juga terkoreksi 9,78 persen menjadi Rp83, sebuah sinyal yang patut dicatat bagi investor yang fokus pada pertumbuhan keuntungan murni.

Tingkat pajak efektif BBRI berada di 28,21 persen, angka yang tergolong normal untuk skala bank besar. Sementara itu, Return on Assets (ROA) berada di level 2,42 persen, menandakan efisiensi pemanfaatan aset tetap terjaga, apalagi di industri perbankan, ROA di atas 2 persen sudah dianggap solid.

Dengan pertumbuhan pendapatan yang terjaga dan basis bisnis yang kuat, BBRI masih menjadi pilihan menarik di lantai bursa, terutama bagi investor jangka panjang yang mengincar stabilitas dan dividen. 

Tekanan pada margin dan EPS kemungkinan lebih bersifat sementara, sehingga prospek perbaikan di kuartal berikutnya tetap terbuka. 

Bagi pelaku pasar yang mengincar momentum, perkembangan harga saham dalam beberapa pekan ke depan akan menjadi penentu, apakah cerita fundamental positif ini akan tercermin di grafik perdagangan.

Laba Bersih Turun 9 Persen

Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menutup paruh pertama 2025 dengan kinerja yang sedikit mengecewakan. Laba bersih pada kuartal kedua tercatat Rp12,6 triliun, turun 9 persen dibanding periode yang sama tahun lalu dan merosot 8 persen dari kuartal sebelumnya. 

Secara kumulatif, laba bersih semester pertama mencapai Rp26,3 triliun, terkoreksi 12 persen secara tahunan. Angka ini masih tertinggal dari ekspektasi pasar, karena baru sekitar 45 persen dari proyeksi konsensus setahun penuh. 

Sebagai perbandingan, dalam dua tahun terakhir realisasi laba di paruh pertama rata-rata mencapai 49 persen dari target tahunan.

Faktor utama yang menekan kinerja bank pelat merah ini adalah kenaikan tajam beban provisi. Pada kuartal kedua, beban provisi melonjak 41 persen secara tahunan. Padahal, dari sisi operasional, BBRI sebenarnya menunjukkan perbaikan. 

Laba operasional sebelum provisi atau Pre-Provision Operating Profit (PPOP) tumbuh 8 persen YoY, dan secara kumulatif sepanjang semester pertama masih mencatatkan kenaikan tipis 2 persen YoY. Namun, lonjakan provisi sebesar 26 persen sepanjang enam bulan pertama membuat pertumbuhan laba bersih ikut tergerus.

Di sisi lain, ada perkembangan positif pada pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income (NII) yang mulai menunjukkan tren pemulihan. NII pada kuartal kedua naik 8 persen YoY, mendorong pertumbuhan NII sepanjang semester pertama menjadi 3 persen YoY. 

Peningkatan ini didukung oleh perbaikan penyaluran kredit yang tumbuh 6 persen YoY dan dana murah atau CASA yang naik 11 persen YoY per Juni 2025, lebih baik dibanding Maret yang masing-masing hanya 5 persen dan 7 persen YoY.

Meski demikian, pendapatan non-bunga atau Non-Interest Income (Non-II) justru melemah 3 persen YoY di kuartal kedua. 

Kendati begitu, secara kumulatif Non-II masih naik 6 persen YoY. Penurunan pada kuartal kedua terutama disebabkan penerapan standar akuntansi baru IFRS 17, yang mengubah metode pencatatan premi asuransi. Jika sebelumnya pendapatan diakui sekaligus di awal pembayaran, kini pencatatannya dilakukan bertahap sesuai periode perlindungan.

Kualitas aset juga masih menjadi sorotan, khususnya di segmen pembiayaan mikro. Secara keseluruhan, rasio kredit bermasalah (NPL) bruto memang stabil di level 3 persen pada kuartal kedua. 

Namun, di balik angka itu, segmen mikro mencatat kenaikan NPL dari 3,36 persen pada Maret menjadi 3,86 persen per Juni 2025. Sebaliknya, segmen korporasi justru membaik, dengan NPL turun dari 2,36 persen menjadi 1,61 persen pada periode yang sama. 

Perbaikan ini selaras dengan akselerasi kredit korporasi yang tumbuh 16 persen YoY per Juni, naik dari 13 persen pada Maret. Di sisi lain, kredit mikro masih berjalan lambat dengan pertumbuhan hanya 1,6 persen YoY, mencerminkan proses restrukturisasi yang belum sepenuhnya rampung.

Ke depan, manajemen BBRI tetap menaruh harapan pada paruh kedua tahun ini. Mereka memperkirakan percepatan belanja pemerintah dan tren penurunan suku bunga akan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi, yang pada gilirannya bakal meningkatkan permintaan kredit dan memperkuat likuiditas perbankan.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79