KABARBURSA.COM - Harga batubara berpotensi mengalami tekanan lebih lanjut pada tahun 2024.
Ibrahim Assuaibi, Direktur Laba Forexindo Berjangka, menyatakan bahwa harga batubara dunia sangat tergantung pada permintaan dari China dan India.
Kedua negara tersebut, dalam situasi ekonomi saat ini, lebih memilih meningkatkan produksi domestik. China, sebagai konsumen terbesar, juga merupakan produsen batubara terbesar di dunia.
Menghadapi perlambatan ekonomi, China fokus pada tambang batubara dalam negeri, mengurangi impor. Permintaan listrik yang rendah di India menyebabkan negara tersebut mengurangi impor dan memprioritaskan produksi domestik. Dampaknya, dua importir batubara terbesar mengalami penurunan impor, mempengaruhi penurunan harga batubara, ungkap Ibrahim kepada Kontan.co.id pada Rabu (20/12).
Koreksi harga komoditas energi, termasuk gas alam dan batubara, juga dipicu penurunan harga minyak dunia. Musim dingin yang tidak biasa dingin di Eropa dan belahan bumi utara mempengaruhi permintaan batubara dari negara-negara tersebut. Ibrahim memproyeksikan harga batubara hingga akhir tahun 2023 bisa turun hingga mencapai US$ 135 per metrik ton, berdasarkan data tradingeconomics.com yang mencatat penurunan 0,51 persen dalam sepekan per Selasa (19/12).
Untuk tahun 2024, pergerakan harga batubara diperkirakan berkisar di rentang US$ 90 hingga US$ 140 per metrik ton. Faktor penyebabnya termasuk meredanya konflik Hamas-Israel, berakhirnya perang Rusia-Ukraina, dan perlahan kembalinya harga batubara ke tingkat fundamentalnya.
Wahyu Tribowo Laksono, Pendiri Traderindo.com, menyatakan pandangan serupa. Menurutnya, dalam jangka menengah hingga panjang, harga batubara masih akan tertekan karena permintaan batubara termal seaborne dari China dan India terus menurun. Proyeksinya menunjukkan bahwa China akan mengimpor 24,82 juta metrik ton batubara termal seaborne pada Desember, turun dari 29,38 juta pada November. Sementara itu, India diprediksi akan mengimpor 14,54 juta metrik ton batubara termal seaborne pada Desember 2023, turun dari 17,42 juta pada November.
Wahyu menekankan bahwa jika kondisi fundamental global masih rentan, harga batubara dapat cenderung turun lagi atau setidaknya konsolidatif di awal tahun 2024. Meskipun demikian, secara jangka pendek, harga batubara masih oversold dan berpotensi untuk rebound. Faktor pendukungnya melibatkan musim dingin yang biasanya meningkatkan permintaan batubara, dengan pertimbangan harga yang sudah sangat rendah sebelumnya.
Proyeksinya menempatkan rentang harga batubara di kuartal IV-2023 antara US$ 120 hingga US$ 160 per metrik ton. Sementara itu, kisaran harga untuk tahun 2024 diperkirakan berada di US$ 100 hingga US$ 300. Strategi yang diusulkan adalah sell on strength di atas US$ 250 dan buy on weakness di dekat atau di bawah US$ 100.