Logo
>

BEI Beberkan 5 Emiten Dicoret dari Daftar Pencatatan Saham Perdana

Ditulis oleh Yunia Rusmalina
BEI Beberkan 5 Emiten Dicoret dari Daftar Pencatatan Saham Perdana

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bocorkan alasan 5 emiten yang coret dari daftar pendaftaran pencatatan saham perdana saham atau proses Inial PUbllic Offering IPO (IPO).

    Direktur Penilain Peruahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menerangkan beberapa calon prusahaan tersebut tidak layak mendaftarkan diri sebgai perusahaan yang tercatat di BEI.

    "Penyebab tercoretnya 5 emiten itu dari daftar pendaftaran pencatatan saham perdana atau IPO salah satunya karena ada yang disebabkan keputusan internal perusahaan untuk menunda" ungkap Nyoman dalam keterangannya, Kamis 5 September 2024.

    Selain itu Nyoman be berpendapat tercoretnya 5 emiten tersebut juga salah satunya adalah karena belum mendapatkan persetujuan atau belum lulus evaluasi dari BEI.

    Namun Nyoman meyakinkan semua proses evaluasi dilakukan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku tidak ada kaitanya dengan isu lain. Seperti diketahui, pihak Bursa efek Indonesia telah melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) kepada lima orang karyawannya terkait buntut ditemukannya pelanggaran oknum karyawan tersebut meminta imbalan dan gratifikasi atas jasa penerimaan emiten untuk dapat tercatat sahamnya di Bursa Efek Indonesia.

    Dari sisi lainnya BEI juga pernah mengumumkan terdapat 28 perusahaan yang tengah menantikan atau mendaftarkan dirinya untuk menjadi perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia, bahkan perusahaan tersebut menantikan pernyataan atau preefektif penerbitan saham perdana dari OJK per tanggal 9 Agustus 2024.

    Namun hingga tanggal 30 Agustus 2024 BEI justru mencatatkan total perusahaan yang mencatatkan perusahaannya di daftar pencatatan saham berjumlah 23 calon perusahaan atau emiten.

    Sementara itu, sepanjang tahun berjalan hingga 30 Agustus 2024, BEI mencatat telah terdapat 34 emiten baru yang melantai di bursa atau IPO. Dana yang dihimpun dalam aksi korporasi tersebut mencapai Rp5,15 triliun.

    Sebelumnya, Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menyatakan bahwa meskipun ada kasus gratifikasi oknum karyawan BEI, target IPO tidak mengalami penurunan.

    "Saya kira penurunan target tidak ada, semua proses tetap dijalankan sebagaimana mestinya," ujar Jeffrey.

    Bahkan Jeffrey, mengungkapkan bahwa hingga akhir 2024, masih ada sekitar 25 hingga 30 emiten yang dijadwalkan melakukan IPO. Berdasarkan skala asetnya, 1 perusahaan yang antre IPO itu merupakan perusahaan aset skala kecil atau aset di bawah Rp50 miliar, 17 perusahaan aset skala menengah atau aset antara Rp50 miliar sampai dengan Rp250 miliar, dan 5 perusahaan aset skala besar atau aset di atas Rp250 miliar.

    Meski begitu, jumlah pipeline IPO yang dimiliki BEI itu menurun dibandingkan dengan data hingga 9 Agustus 2024 yang terdapat 28 perusahaan. Padahal pada periode 9-30 Agustus tidak terjadi pencatatan saham baru atau listing di BEI.

    Dana Berhasil Dihimpun

    Dari sisi lainnya, hingga akhir semester I-2024, baru ada 25 perusahaan tercatat atau emiten baru di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun total dana yang berhasil dihimpun atau fund raised mencapai Rp 4 triliun.

    Pada awal semester kedua tahun ini, beberapa emiten telah menyelesaikan penawaran umum mereka. Hingga Jumat, 5 Juli 2024, dua emiten baru telah resmi melantai di bursa saham.

    PT Soraya Berjaya Indonesia Tbk (SPRE) memulai debutnya pada 3 Juli 2024, diikuti oleh PT Cipta Perdana Lancar Tbk (PART) yang tercatat pada 5 Juli 2024.

    Pada pembukaan perdagangan Senin, 8 Juli 2024, bursa saham Indonesia akan menyambut dua emiten baru, yaitu PT Indo American Seafoods Tbk (ISEA) dan PT Intra GolfLink Resort Tbk (GOLF), yang merupakan perusahaan milik anak Tommy Soeharto.

    Selain itu, pada Selasa, 9 Juli 2024, PT Gunanusa Eramandiri Tbk (GUNA) dijadwalkan resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jika semua berjalan sesuai rencana, jumlah emiten baru di BEI tahun ini akan mencapai 31 perusahaan.

    Syarat untuk menjadi emiten IPO di Indonesia adalah mengutip dari lman resmi BEI adalah :

    1. Perusahaan memiliki aset berwujud bersih minimal Rp100 miliar

    2. Perusahaan memiliki struktur kepemimpinan yang baik dan teratur

    3. Perusahaan telah beroperasi minimal satu tahun

    4. Jumlah saham IPO yang ditawarkan kepada publik minimal 150 juta lembar saham

    5. Jumlah pemegang saham minimal 500 pihak

    6. Saham dijual dengan harga minimal Rp100

    7.Perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT)

    Selain itu, perusahaan juga harus menyerahkan dokumen-dokumen pendukung, seperti:

    1.Prospektus

    2.Catatan laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh akuntan publik

    3.Catatan riwayat hidup dewan komisaris, direksi, atau posisi lain yang setara

    4.Pendapat dari segi hukum yang berlaku

    5.Perjanjian dengan Penjamin Emisi Efek

    6.Surat pernyataan tentang komitmen emiten

    Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan bahwa sebuah perusahaan dapat mencatatkan saham perdananya di BEI atau mengadakan initial public offering (IPO) meskipun belum mencatatkan laba.

    Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia, I Gede Nyoman Yetna mengklarifikasi bahwa mencatatkan laba bukanlah syarat utama bagi perusahaan yang ingin melantai di bursa.

    Nyoman menjelaskan bahwa pada masa lalu, BEI mensyaratkan perusahaan untuk mencatatkan laba sebagai persyaratan untuk IPO. Namun, seiring berjalannya waktu, BEI memberikan kesempatan tidak hanya kepada perusahaan yang sudah menghasilkan laba dikarenakan ada kondisi tertentu yang bisa membuat perusahaan belum mencatatkan keuntungan.

    "Yang perlu kita perhatikan sebelumnya adalah fitur. Kita melihat ke depan, untuk melihat ke depan, kita melihat kemampuan mereka secara historis," kata Nyoman.

    Nyoman menyatakan bahwa perusahaan sebenarnya dapat mendapatkan dukungan pertumbuhan baru dengan melantai di bursa dan mendapatkan dana segar. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk menjalankan rencana kerjanya dengan baik.

    “Tapi jangan salah, dengan IPO itu ada dukungan baru, dana baru, dan rencana ke depan seperti apa, itulah yang sebenarnya menentukan,” pungkas Nyoman.

    Nyoman menyatakan bahwa prospek perusahaan adalah yang perlu diperhatikan dalam konteks IPO. Oleh karena itu, bursa membagi papan perdagangan saham menjadi tiga kategori, yaitu papan utama, papan new economy, papan pengembangan, dan papan akselerasi.

    “Umumnya, papan akselerasi memiliki kondisi di mana perusahaan belum mencatatkan keuntungan. Yang perlu diperhatikan adalah rencana perusahaan ke depan, tindakan korporasi apa yang dilakukan untuk memacu pertumbuhan,” kata Nyoman.(*)

     

     

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunia Rusmalina

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.