KABARBURSA.COM – Target Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk masuk 10 besar pasar modal dunia pada tahun 2030 yang ambisius itu dinilai realistis oleh Perkumpulan Analis Efek Indonesia (PAEI), asalkan seluruh elemen pasar melakukan perbaikan secara konsisten.
PAEI memaparkan bahwa perkembangan pasar modal Indonesia beberapa tahun terakhir menunjukkan tren yang konsisten meningkat. Kapitalisasi pasar telah menembus 15.000 triliun, mencatat rekor baru dalam sejarah bursa. Pertumbuhan investor ritel juga melesat, kini mencapai belasan juta, menjadi salah satu basis investor domestik terbesar di Asia.
Pertumbuhan jumlah investor ini dianggap sebagai penopang penting untuk stabilitas pasar, terutama ketika investor asing melakukan rebalancing portofolio. Perubahan porsi kepemilikan asing yang kini lebih rendah dibanding beberapa tahun sebelumnya justru dinilai menciptakan resiliensi baru bagi pasar modal domestik.
Ketua Dewan Pengawas PAEI, Haryajid Ramelan, menjelaskan bahwa kekuatan investor domestik menjadi faktor kunci bagi target BEI. “Potensinya besar. Kuncinya kebijakan yang konsisten, emiten yang mau berbenah, dan investor yang semakin kuat,” katanya di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Jakarta, dikutip Jumat, 7 November 2025.
Haryajid mengingatkan bahwa pengalaman krisis Asia pada akhir 1990-an menjadi pelajaran penting. Saat itu banyak bursa di kawasan terpukul karena ketergantungan pada modal asing. Namun kini, struktur pasar Indonesia lebih matang dan lebih banyak ditopang investor lokal, terutama generasi muda yang semakin aktif berinvestasi.
Ia juga menyoroti kualitas emiten sebagai salah satu tantangan terbesar dalam mengejar peringkat global. Struktur tata kelola, transparansi, dan kepemilikan publik perlu terus ditingkatkan agar lebih banyak perusahaan Indonesia masuk ke indeks global seperti MSCI. Ia menilai bahwa masuknya sejumlah emiten baru ke MSCI merupakan pencapaian penting yang perlu dilanjutkan. “Kalau emitennya memperbaiki kualitas, pasar kita akan semakin kuat di mata investor global,” ujarnya.
Pipeline IPO juga menjadi salah satu pertimbangan. Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak perusahaan dari sektor perbankan, pertambangan, energi, teknologi, hingga energi baru terbarukan yang bersiap masuk ke bursa. Dengan semakin beragamnya sektor, kapitalisasi pasar berpeluang tumbuh lebih cepat.
Selain itu penyesuaian metodologi MSCI yang hanya diterapkan untuk Indonesia yang menghadirkan tekanan jangka pendek, dianggap sebagai peluang bagi emiten untuk memperbaiki struktur free float.
Perubahan tersebut juga dianggap sebagai sinyal dari MSCI agar pasar Indonesia semakin terbuka dan kompetitif.
Dari sisi kebijakan, melihat koordinasi pemerintah, Bank Indonesia, dan otoritas pasar sebagai faktor yang dapat mempercepat pencapaian target. Penurunan suku bunga, stabilitas rupiah, serta percepatan realisasi belanja pemerintah akan menjadi kunci agar kapitalisasi pasar terus bertambah.
Secara geopolitik, stabilitas kawasan menjadi faktor eksternal yang tidak kalah penting. Indonesia dinilai memiliki posisi yang relatif aman dibanding negara lain, sehingga berpotensi menarik lebih banyak arus modal global dalam jangka menengah.
Berdasarkan berbagai faktor internal dan eksternal tersebut, PAEI menilai bahwa target BEI masuk 10 besar pasar global bukan sekadar ambisi, tetapi sesuatu yang dapat dicapai melalui langkah konsisten. Kualitas emiten, kekuatan investor domestik, serta kebijakan pemerintah yang mendukung akan menjadi pilar utama untuk mencapainya.(*)