Logo
>

BI Rate Dipangkas, Bagaimana Kinerja Saham ASII?

Ditulis oleh Hutama Prayoga
BI Rate Dipangkas, Bagaimana Kinerja Saham ASII?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pemangkasan suku bunga acuan atau BI Rate bisa memberikan sentimen positif terhadap emiten otomotif. Sebab, kondisi ini bakal diikuti oleh penurunan suku bunga kredit kendaraan.

    Dengan menurunnya suku bunga kredit tersebut, peningkatan permintaan kendaraan baru di kalangan masyarakat berpotensi meningkat.

    Salah satu emiten yang bergerak di bidang otomotif ialah PT Astra International Tbk (ASII). Lalu, bagaimana kinerja saham dari emiten ini?

    Melansir RTI Business, Sabtu, 21 September 2024, saham ASII ditutup melemah di level 5,225, turun -0,95 persen atau 50 poin pada perdagangan Jumat, 20 September 2024.

    Dalam satu hari kemarin, ASII menorehkan transaksi sebesar Rp49,3 juta. Sedangkan saham yang diperdagangkan mencapai Rp257,8 miliar dengan frekuensi perdagangan tercatat 7,850.

    Kendati begitu ASII mencatatkan performa positif dalam satu pekan terakhir. Melansir Stockbit, emiten ini mencatatkan performa 2.69 persen, meningkat dibanding satu bulan terakhir senilai  1.95 persen.

    Dalam waktu TTM (Trailing Twelve Months) ASII mencatatkan nilai rasio Return On Equity sebesar 16.18 persen. Catatan ini membuktikan jika perusahaan mampu memanfaatkan modal yang dipunya dalam mendatangkan laba.

    Dari sisi current ratio, ASII mempunyai nilai sebesar 1.28. Hal ini menandakan kalau perusahaan bisa membayar kewajiban jangka pendek menggunakan aset lancar.

    Net income ASII pada kuartal II 2024 ialah sebesar Rp8,3 triliun, turun jika dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp8,7 triliun.

    Adapun pendapatan bersih ASII pada 2024 diproyeksikan mencapai Rp31,7 triliun. Angka ini mengalami penurunan dibanding tahun lalu senilai Rp33,8 triliun.

    BI Dorong Pertumbuhan Ekonomi

    Diberitakan sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa keputusan penurunan suku bunga (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen tersebut konsisten dengan rendahnya prakiraan inflasi pada tahun 2024 dan 2025 dalam sasaran 2,5±1 persen.

    “Penurunan BI Rate telah sesuai dengan stabilitas nilai tukar rupiah, perlunya upaya untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi,” kata Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu, 18 September 2024.

    BI juga menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 6,75 persen.

    Selain itu, Perry menyebutkan, bahwa BI juga terus memantau peluang untuk menurunkan suku bunga kebijakan dengan mempertimbangkan proyeksi inflasi yang tetap rendah, nilai tukar rupiah yang stabil dan cenderung menguat, serta kebutuhan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

    Kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran juga difokuskan pada dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

    Pelonggaran kebijakan makroprudensial tetap dijalankan guna mendorong perbankan untuk menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, termasuk sektor UMKM dan ekonomi hijau, dengan tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian.

    Kebijakan sistem pembayaran pun diarahkan untuk berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan, khususnya di sektor perdagangan dan UMKM, dengan memperkuat infrastruktur, struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas penerimaan digitalisasi sistem pembayaran.

    Strategi Ekonomi Berkelanjutan

    Sementara itu Bank Indonesia juga telah menyusun sejumlah langkah menentukan arah bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

    Salah satu strategi yang akan ditempuh adalah penguatan operasi moneter pro-market untuk menjaga aliran masuk modal asing untuk stabilitas nilai tukar rupiah dan efektivitas transmisi kebijakan moneter dengan menjaga struktur suku bunga di pasar uang rupiah untuk daya tarik imbal hasil bagi aliran masuk portofolio asing ke aset keuangan domestik.

    “BI juga akan mengoptimalkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI),” kata Perry.

    Langkah lain yang akan ditempuh adalah memperkuat strategi transaksi term-repo dan swap valas yang kompetitif dan memperkuat peran Primary Dealer (PD) untuk semakin meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan transaksi repurchase agreement (repo) antar pelaku pasar.

    Strategi lain yang akan ditempuh BI adalah stabilisasi nilai tukar melalui intervensi di pasar valas pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

    Kemudian, meningkatkan publikasi asesmen transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) dengan lebih mendalami suku bunga kredit berdasarkan sektor-sektor prioritas yang termasuk dalam cakupan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial.

    Strategi lain yang dilakukan adalah memperluas penerimaan digital melalui edukasi kepada merchant QRIS terkait penggunaan QRIS lintas negara, memberikan edukasi terkait penggunaan Kartu Kredit Indonesia (KKI) untuk segmen Pemerintah, serta memperluas digitalisasi transaksi Pemerintah Daerah melalui penyelenggaraan Rapat Koordinasi Nasional Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (P2DD) 2024.

    “Kemudian penguatan struktur industri dalam rangka implementasi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2030 melalui peningkatan implementasi sertifikasi kompetensi di bidang sistem pembayaran,” jelasnya.

    Pengendalian Inflasi

    Perry Warjiyo mengatakan, Bank Indonesia terus meningkatkan koordinasi kebijakan dengan pemerintah untuk menjaga kestabilan dan memperkuat pertumbuhan ekonomi.

    Koordinasi dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, dilakukan melalui program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang diterapkan di berbagai wilayah dalam kerangka kerja Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID).

    Sinergi antara kebijakan moneter dan fiskal juga diperkuat untuk memastikan stabilitas makroekonomi serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

    Bank Indonesia terus menjalin kerjasama erat dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) guna menjaga kestabilan sistem keuangan dan mendorong kredit serta pembiayaan perbankan bagi sektor usaha.

    Selain itu, kerja sama internasional di bidang perbankan juga diperluas, terutama dalam hal konektivitas sistem pembayaran dan transaksi lintas negara menggunakan mata uang lokal. Bank Indonesia juga mendukung promosi investasi dan perdagangan di sektor-sektor prioritas, bekerja sama dengan instansi terkait. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.