Logo
>

BI Rate Turun: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Direvisi, Rupiah Melemah

Ditulis oleh Deden Muhammad Rojani
BI Rate Turun: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Direvisi, Rupiah Melemah

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan tingkat suku bunga (BI Rate) 7-Day Reverse Repo Rate (7D RR) menjadi 5,75 persen pada rapat Dewan Gubernur pada 15 Januari 2025. Keputusan ini mencerminkan kebijakan moneter yang responsif terhadap kondisi ekonomi domestik dan global.

    BI menyatakan bahwa penurunan suku bunga tersebut didorong oleh rendahnya tingkat inflasi serta potensi pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dari yang diharapkan.

    Sementara itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2024 pun direvisi sedikit lebih rendah, dengan estimasi berada di kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen. Estimasi itu sedikit di bawah titik tengah dari rentang sebelumnya yang berada pada 4,8 persen - 5,6 persen.

    BI juga menurunkan proyeksi untuk 2025 menjadi 4,7 persen - 5,5 persen, dari proyeksi semula 4,8 persen - 5,6 persen. Meskipun demikian, BI mempertahankan target inflasi di kisaran 1,5 persen - 3,5 persen untuk tahun 2025 dan 2026. Kisaran tersebut memberikan gambaran bahwa tekanan inflasi relatif dapat terjaga dalam jangka panjang.

    Lebih lanjut, Bank Indonesia juga mengungkapkan, pada kuartal keempat 2024, posisi neraca pembayaran Indonesia diperkirakan akan berada pada posisi surplus, dengan defisit transaksi berjalan (CAD) diprediksi berada dalam kisaran -0,1 persen hingga -0,9 persen dari PDB untuk 2024, dan berkisar antara -0,5 persen hingga -1,3 persen dari PDB untuk 2025.

    Sektor perbankan domestik Indonesia menunjukkan ketahanan yang solid, tercermin dari rasio kecukupan likuiditas (AL/DPK) yang stabil pada angka 25,6 persen pada Desember 2024, yang serupa dengan bulan-bulan sebelumnya.

    Rasio kecukupan modal (CAR) tercatat di angka 27 persen, sementara rasio non-performing loan (NPL) secara bruto berada pada 2,2 persen dan 0,8 persen secara netto. Rasio ini mengindikasikan kondisi yang cukup sehat pada sistem perbankan.

    Namun, BI mencatat pelambatan dalam pertumbuhan kredit sektor swasta yang tercatat pada 10,4 persen secara tahunan (yoy) pada Desember 2024, meskipun masih berada dalam target pertumbuhan 10 persen - 12 persen pada 2024, dan diperkirakan akan melanjutkan perkiraan pertumbuhannya pada 11 persen - 13 persen di 2025.

    Dalam riset yang dipublikasikan oleh Dirut Indonesia Investment Education Rita Efendy, hari ini, dengan menurunnya suku bunga ini, ada dorongan positif untuk pertumbuhan ekonomi domestik.

    Namun, diyakini bahwa ruang untuk penurunan lebih lanjut pada suku bunga di tahun 2025 akan semakin terbatas. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan pelemahan mata uang Yuan yang dapat mempengaruhi kondisi pasar global dan potensi Federal Funds Rate (FFR) yang tidak berubah, serta dampak ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang dapat memperburuk situasi tersebut.

    Seiring dengan proyeksi penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin pada 2025, kami juga memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan rata-rata berada pada level Rp16.300 per USD sepanjang tahun 2025.

    Namun, apabila ketegangan antara AS dan China meningkat lebih dari yang diperkirakan, hal tersebut dapat mempengaruhi depresiasi Yuan yang lebih tajam dan melemahkan rupiah melebihi perkiraan kami.

    Rupiah Melemah 55 Poin

    Pelaku pasar saat ini sedang memantau dengan cermat data inflasi Amerika Serikat untuk bulan Desember 2024, yang akan dirilis malam ini. Sentimen pasar yang hati-hati ini mendorong pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada sore ini.

    Rupiah hari ini ditutup di level Rp16.325 per dolar AS, terdepresiasi sebesar 55 poin atau sekitar 0,34 persen dibandingkan posisi pada hari Selasa, 14 Januari 2025 di Rp16.270 per dolar AS. Penyebab utama dari pergerakan ini adalah penguatan indeks dolar AS yang dipengaruhi oleh kehati-hatian pelaku pasar menjelang pengumuman data inflasi tersebut.

    Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, para investor sangat memperhatikan laporan indeks harga konsumen (CPI) yang akan diumumkan, serta kondisi ekonomi yang dapat memberikan petunjuk terkait kebijakan suku bunga Federal Reserve (Fed).

    Investor saat ini mulai memitigasi ekspektasi sebelumnya yang mengharapkan empat kali penurunan suku bunga oleh Fed, dan kini mereka hanya memprediksi satu kali penurunan sepanjang tahun ini.

    Sentimen ini juga dipengaruhi oleh rencana Presiden AS terpilih, Donald Trump, yang akan memulai masa jabatan keduanya minggu depan. Meskipun kebijakan Trump diyakini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, namun ada kekhawatiran bahwa kebijakan-kebijakannya berisiko meningkatkan inflasi.

    Jika ini terjadi, maka kemungkinan adanya penurunan suku bunga acuan Fed yang lebih sedikit akan menguatkan dolar AS dan berimbas pada meningkatnya imbal hasil obligasi AS.

    Di sisi lain, di Korea Selatan, kejadian politik yang terjadi di negara tersebut turut menambah ketidakpastian di pasar Asia. Presiden Yoon Suk Yeol yang dimakzulkan karena kegagalan dalam menegakkan hukum militer menghadirkan dampak negatif pada sejumlah mata uang Asia, termasuk rupiah.

    Dalam negeri, keputusan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen, serta penurunan suku bunga Deposit Facility menjadi 5,00 persen dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,50 persen, turut menjadi salah satu faktor yang memberi sentimen lebih lanjut terhadap pelamahan rupiah.

    Langkah ini diambil oleh Bank Indonesia di tengah ancaman risiko global yang meningkat, termasuk kemungkinan trade war yang lebih besar dan kebijakan suku bunga tinggi yang lebih lama oleh Fed. Langkah tersebut memicu terjadinya risk-off sentiment, di mana investor memilih aset yang lebih aman seperti dolar AS, yang akhirnya menekan nilai tukar rupiah.

    Secara keseluruhan, meskipun ada faktor domestik yang mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia, situasi eksternal dan pengaruh kebijakan moneter global tengah menjadi tekanan berat yang membuat rupiah sulit bergerak menguat dalam waktu dekat.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Deden Muhammad Rojani

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.