KABARBURSA.COM - Para petani telah meminta pemerintah untuk mengatur ulang Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah, mengingat biaya produksi yang meningkat saat ini.
Muhammad Qomarun Najmi, Kepala Pusat Pengkajian dan Penerapan Agroekologi Serikat Petani Indonesia (SPI), menyatakan bahwa HPP gabah yang ideal bagi petani adalah Rp 7.000 per kilogram. Hal ini memperhitungkan kenaikan biaya produksi yang mencapai Rp6.000 per kilogram.
“Hitungan kita menunjukkan adanya kenaikan biaya produksi musim ini, dari sebelumnya Rp5.000 menjadi Rp6.000. Dengan HPP gabah di kisaran Rp7.000, petani dapat memperoleh keuntungan sekitar 15 persen,” kata Qumarun Najmi, Selasa, 2 April 2024.
Dengan memasuki musim panen, harga gabah mengalami penurunan. Harga gabah saat ini mencapai Rp6.000 per kilogram. Dengan biaya produksi yang sama dengan harga jual, petani tidak mendapatkan keuntungan.
“Kami sebagai petani berharap penentuan HPP juga mempertimbangkan biaya produksi petani dan memberikan keuntungan kepada petani,” tambahnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, menyatakan akan mempersiapkan pembahasan terkait HPP gabah. Rencana ini merupakan hasil koordinasi dengan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman.
“Pak Menteri (Pertanian) telah menghubungi, dan kami akan mempersiapkan perhitungan HPP bersama-sama,” kata Arief dalam acara Apel Siaga Pengamanan Pasokan dan Harga Jelang Idul Fitri 2024, di Kantor Perum Bulog Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Senin, 1 April 2024.
Dia menargetkan penyelesaian masalah ini dalam satu minggu. Untuk pembahasan, pihaknya juga akan melibatkan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, serikat buruh, serta asosiasi petani.
“Jika memungkinkan, kami akan menyelesaikan ini dalam satu minggu bersama para pemangku kepentingan di sektor pangan, termasuk petani dan Menteri Perdagangan,” jelasnya.
Harga beras diprediksi turun
Harga beras diprediksi akan mengalami penurunan seiring dengan turunnya harga gabah saat musim panen.
Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) meyakini bahwa penurunan harga gabah akan berdampak pada harga beras.
Ketua Umum Perpadi, Sutarto Alimoeso, mengatakan bahwa saat ini sedang terjadi panen yang mencapai puncaknya pada bulan April 2024.
“Bicara produksi beras, sekarang ini sedang panen. Kita lihat sudah terjadi penurunan harga gabah. Penurunan harga gabah pasti akan diikuti oleh turunnya harga beras, meski tidak langsung,” ujarnya pada acara Apel Siaga Pengamanan Pasokan dan Harga Jelang Idul Fitri 2024, di Kantor Perum Bulog Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Senin, 1 Maret 2024.
Meskipun penurunan harga beras tidak terjadi secara instan, akan tetapi membutuhkan waktu. Saat ini, harga gabah berada dalam kisaran Rp5.000-6.000 per kilogram.
“Kalau ini dibandingkan dengan Februari lalu, ini sudah sangat turun. Di samping itu kita tahu bahwa beberapa provinsi sudah panen, dan panen besar,” tambahnya.
Alimoeso meminta pemerintah untuk menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) baru untuk harga gabah agar tidak mengalami penurunan yang terlalu dalam.
Dia memperkirakan harga gabah akan terus menurun seiring dengan berlangsungnya panen raya.
“Supaya tidak terjun bebas, diperkirakan sampai Mei harga bisa pada posisi terendah,” jelasnya.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada Maret 2024, tekanan inflasi beras mulai melemah seiring dengan mulainya panen raya, menunjukkan peningkatan produksi beras di dalam negeri.
BPS juga mencatat Harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani pada Maret 2024 berada di angka Rp6.736 per kilogram, turun 7,24 persen secara bulanan namun masih naik 27,71 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sedangkan, Harga Gabah Kering Giling (GKG) pada Maret 2024 senilai Rp8.121 per kilogram, turun 5,47 persen secara bulanan tetapi masih naik 34,22 persen secara tahunan.
Penurunan harga beras juga terjadi di tingkat penggilingan, dengan penurunan bulanan sebesar 0,87 persen menjadi Rp14.150 per kilogram, tetapi masih naik 25,21 persen secara tahunan. (*/adi)