KABARBURSA.COM - Kepercayaan terhadap nilai tukar rupiah terus menjadi sorotan dalam pandangan ekonomi global saat ini, di mana pelemahan yang signifikan terjadi akibat dari penguatan mata uang dolar AS. Kondisi ini memicu kekhawatiran di kalangan banyak pihak, termasuk Presiden Joko Widodo.
Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah, menyoroti bahwa dolar AS telah menjadi "safe haven" utama dalam kondisi ketidakpastian global, yang menyebabkan permintaan terhadapnya meningkat secara signifikan.
“Karena dolar itu kan menjadi salah satu safe haven, safe haven itu kan ada dolar, ada emas makanya harga emas naik, harga dolar naik, ya karena dolar menguat semua mata uang di dunia ini mengalami pelemahan terhadap dolar,” kata Piter kepada Kabar Bursa, di Jakarta, Kamis 4 Juli 2024.
Menurut Piter, perbedaan tingkat pelemahan mata uang tergantung pada kondisi fundamental ekonomi masing-masing negara. Meskipun rupiah mengalami penurunan, evaluasi komprehensif menunjukkan bahwa kondisi saat ini belum seburuk masa krisis finansial sebelumnya seperti pada tahun 1997, 1998, atau 2008.
“Nah rupiah melemah itu artinya kepercayaan terhadap rupiah itu turun, ketika orang-orang itu sudah enggak percaya lagi, mulai berspekulasi terhadap dolar, nah itulah pelemahan rupiah akan jauh lebih dalam lagi,” jelasnya
Namun sebagian besar dari pelemahan saat ini lebih banyak disebabkan oleh faktor eksternal, yaitu penguatan dolar AS, daripada hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap rupiah.
“Kondisi sekarang ini belum diikuti dengan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap rupiah. Ini masih boleh dikatakan mayoritas lebih banyak disebabkan oleh penguatan dolar bukan disebabkan oleh hilangnya kepercayaan terhadap rupiah,” ujar Piter.
Piter juga menekankan pentingnya menjaga stabilitas mata uang dan kepercayaan masyarakat untuk mencegah penurunan nilai tukar yang lebih dalam.
Meskipun nilai tukar rupiah saat ini berada di kisaran yang tinggi, upaya penguatan ekonomi domestik dan pengelolaan kebijakan moneter yang tepat dapat membantu mengurangi dampak negatif dari fluktuasi nilai tukar.
“Kapan orang itu sudah kehilangan kepercayaan terhadap rupiah adalah ketika orang yang enggak ada urusan dengan dolar, enggak ada kepentingan dengan dolar tapi sudah mulai ikut-ikutan beli dolar,” imbuhnya.
Sebelumnya, rupiah mengalami kenaikan tipis sebesar 0,3 persen berdasarkan data dari Refinitiv, dengan nilai penutupan mencapai Rp16.390 per dolar AS.
Meskipun terjadi penguatan ini, mata uang Indonesia masih berada dalam tren pelemahan yang signifikan. Rupiah sempat mencatatkan level terlemahnya pada Rp16.470 per dolar AS. Sejak Jokowi memimpin Indonesia pada Oktober 2014, rupiah telah melemah sebesar 36 persen.
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah adalah keluarnya investor asing dari pasar keuangan Indonesia. Data yang dirilis oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa pada tanggal 19-20 Juni 2024, investor asing melakukan penjualan bersih sebesar Rp 0,78 triliun.
Penjualan ini terdiri dari penjualan bersih sebesar Rp 1,42 triliun di pasar saham, pembelian bersih sebesar Rp 0,45 triliun di Surat Berharga Negara (SBN), dan pembelian bersih sebesar Rp 0,19 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Pada tahun 2024, kinerja rupiah mengalami berbagai dinamika di pasar valuta asing. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat mengalami tekanan, dengan posisi kurs pada level sekitar Rp16.300 per dolar AS pada pertengahan tahun. Beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan ini termasuk kebijakan moneter global, terutama dari Amerika Serikat, serta kondisi geopolitik yang memicu ketidakpastian pasar keuangan global.
Namun, Bank Indonesia (BI) optimis bahwa rupiah akan menguat pada akhir tahun 2024. BI memperkirakan nilai tukar rupiah akan berada dalam kisaran Rp14.600 hingga Rp15.100 per dolar AS. Optimisme ini didukung oleh beberapa faktor positif, seperti pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproyeksikan mencapai 4,7 persen hingga 5,5 persen, inflasi yang terkendali pada kisaran 1,5 persen hingga 3,5 persen, dan masuknya aliran modal asing yang stabil.
BI juga telah mengambil berbagai langkah stabilisasi untuk mendukung nilai tukar rupiah, termasuk intervensi di pasar valas, transaksi spot, dan penggunaan instrumen moneter seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI). Selain itu, koordinasi dengan pemerintah dan perbankan juga diperkuat untuk memastikan stabilitas ekonomi.
Secara keseluruhan, meskipun rupiah menghadapi tantangan, langkah-langkah yang diambil oleh Bank Indonesia dan pemerintah diharapkan dapat menjaga dan memperkuat nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2024. (Dian/*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.