KABARBURSA.COM - Harga Bitcoin (BTC) mengalami pembalikan harga setelah mendekati level USD89.000, memicu kekhawatiran akan potensi koreksi harga sebesar 10 persen hingga 15 persen.
Data dari Cointelegraph Markets Pro dan TradingView menunjukkan bahwa BTC/USD mencapai puncak baru pada bulan April sebesar USD88.874 sebelum mengalami tekanan jual yang kuat.
Penolakan ini terjadi saat harga Bitcoin mendekati rata-rata pergerakan sederhana (simple moving average/SMA) 200 hari, yang secara historis berfungsi sebagai level dukungan utama dalam pasar bullish. Namun, sejak Maret, SMA 200 hari telah menjadi area resistensi karena tekanan jual yang meningkat, terutama akibat ketidakpastian makroekonomi seperti perang dagang AS yang sedang berlangsung.
Pedagang kripto Daan Crypto Trades mencatat bahwa harga Bitcoin saat ini mengalami penolakan tajam dari SMA 200 hari. Ia menekankan pentingnya mempertahankan level dukungan (support) sekitar USD85.000 dan menyarankan bahwa kegembiraan pasar tidak akan dimulai sampai harga menutup di atas kisaran sebelumnya sekitar USD90.000.
Sementara itu, indikator teknikal lainnya, seperti indeks kekuatan relatif (RSI) stokastik, menunjukkan kondisi "overbought" atau jenuh beli.
Pedagang lain, Roman, mencatat bahwa dalam empat kejadian sebelumnya saat RSI stokastik berada di wilayah overbought, Bitcoin mengalami koreksi harga sebesar 10 persen hingga 15 persen. Ia menambahkan bahwa pergerakan serupa "akan sangat masuk akal" mengingat momentum penurunan pada indeks S&P 500.
Meskipun ada kekhawatiran akan koreksi harga, beberapa analis tetap optimis terhadap prospek jangka panjang Bitcoin.
Pedagang Cas Abbe, misalnya, percaya bahwa pembalikan tren Bitcoin telah dimulai, didukung oleh akumulasi oleh investor besar (paus) dan munculnya kembali premium Coinbase, yang menunjukkan permintaan yang kuat di pasar AS.
Ia juga menolak anggapan bahwa pemulihan saat ini adalah "perangkap banteng" dan menyatakan keyakinannya bahwa zona USD74.000–USD75.000 merupakan titik terendah untuk BTC.
Secara keseluruhan, meskipun ada potensi koreksi jangka pendek, faktor-faktor seperti melemahnya dolar AS, rekor tertinggi dalam pasokan uang M2 global, dan reaksi tertunda terhadap kenaikan harga emas dapat mendukung tren kenaikan harga Bitcoin dalam jangka panjang.
Bitcoin Sempat Tembus USD90.000
Sebelumnya, Bitcoin sempat kembali menunjukkan kekuatan pada hari Selasa, 22 April 2025 dengan melampaui level USD90.000 untuk pertama kalinya sejak awal Maret. Pemulihan ini terjadi setelah sentimen pasar membaik pascaliburan, dipicu oleh aksi beli dari perusahaan Strategy milik Michael Saylor dan meningkatnya tekanan politik terhadap Federal Reserve oleh Presiden AS Donald Trump.
Data menunjukkan bahwa pada pukul 21:10 WIB, BTC naik sebesar 2,2 persen dan diperdagangkan di level USD90.087. Di sisi lain, meskipun cryptocurrency utama lainnya juga naik, penguatannya masih terbatas. Ether naik 1,9 persen ke USD1.644,94, sementara XRP bertambah 0,8 persen ke USD2,12. Solana dan Cardano mencatat kenaikan masing-masing sebesar 4,2 persen dan 1,8 persen. Token Polygon melesat 7,5 persen, dan di antara token meme, Dogecoin dan $TRUMP masing-masing melonjak 5 persen dan 4,6 persen.
Strategi beli besar dari Strategy menjadi pendorong utama kepercayaan investor. Perusahaan yang terdaftar di Nasdaq itu mengakuisisi 6.556 BTC senilai USD555,8 juta, meningkatkan total kepemilikannya menjadi 538.200 koin. Dana untuk pembelian ini berasal dari penawaran saham, metode yang telah digunakan perusahaan dalam mengakumulasi aset digitalnya. Namun, Strategy sebelumnya juga melaporkan kerugian belum terealisasi hampir USD6 miliar atas kepemilikannya, yang sempat mengguncang pasar.
Bitcoin Bisa Capai USD200.000 di 2025
Di tengah potensi koreksi jangka pendek, lembaga keuangan besar seperti Standard Chartered tetap mempertahankan pandangan bullish terhadap Bitcoin. Geoffrey Kendrick, analis dari bank tersebut, kembali menegaskan target ambisius sebesar USD200.000 untuk akhir tahun 2025 dan bahkan USD500.000 pada 2028.
Kendrick menekankan peran penting Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap risiko sistemik, baik dari sektor swasta, seperti kasus runtuhnya Silicon Valley Bank, maupun dari sektor pemerintah, seperti ketidakpastian seputar independensi Federal Reserve.
Risiko-risiko dari sektor pemerintah tercermin dalam premi jangka US Treasury, yang mencapai level tertinggi dalam 12 tahun terakhir untuk obligasi 10 tahun. Sejak awal 2024, korelasi antara Bitcoin dan premi jangka ini terbilang kuat.
Meski saat ini BTC belum sepenuhnya mencerminkan lonjakan premi jangka, Kendrick yakin keterlambatan ini bersifat sementara. Selama isu mengenai Federal Reserve masih berlangsung, Bitcoin kemungkinan akan melanjutkan tren naik.
Secara keseluruhan, meskipun saat ini Bitcoin menghadapi resistensi teknikal dan potensi koreksi harga 10–15 persen, pandangan jangka panjang tetap optimis. Faktor-faktor ekonomi makro seperti pelemahan dolar AS, inflasi pasokan uang global, serta ketidakpastian kebijakan moneter mendukung potensi kenaikan lebih lanjut.
Dengan latar belakang tersebut, proyeksi harga BTC hingga USD200.000 pada 2025 menjadi semakin relevan bagi para investor jangka panjang.
Seperti Apa Pergerakan Teknikalnya?
Sinyal teknikal per 23 April 2025 menunjukkan bahwa Bitcoin masih berada dalam fase tren naik yang kuat, dengan indikator keseluruhan memberikan rekomendasi “sangat beli”. Dari total indikator utama, tujuh menunjukkan sinyal beli dan hanya satu yang memberikan sinyal jual.
Indeks RSI berada pada level 74,9 yang mengindikasikan momentum kuat, sementara indikator seperti Stochastic, ADX, dan Williams %R telah memasuki wilayah overbought, yang menandakan potensi tekanan koreksi jangka pendek. Meski begitu, dominasi sinyal beli dari indikator seperti MACD, ROC, dan CCI memperkuat pandangan bahwa tren naik masih mendominasi.
Dukungan tambahan datang dari pergerakan rata-rata, di mana seluruh MA jangka pendek hingga panjang, baik sederhana maupun eksponensial, menyatakan sinyal beli. Harga Bitcoin tercatat berada jauh di atas MA200 dan MA50, mempertegas kekuatan teknikal jangka menengah.
Di sisi lain, titik pivot menunjukkan bahwa level support penting berada di sekitar 93.200–93.300, sementara resistance jangka pendek terdekat tercatat pada kisaran 93.600–93.700. Ini menjadi zona penting untuk mengamati potensi lanjutan atau koreksi harga.
Secara keseluruhan, meskipun kondisi jenuh beli mulai terlihat dan membuka peluang konsolidasi harga, belum ada sinyal pembalikan tren yang signifikan. Investor jangka menengah disarankan untuk mencermati level support kunci dan menggunakan koreksi teknikal sebagai peluang masuk ke pasar. (*)