Logo
>

Bitcoin Merosot ke USD108.000, Perang Dagang AS-China jadi Biang Kerok

Harga Bitcoin melemah di tengah perang dagang AS–Cina, dengan sinyal teknikal menunjukkan dominasi bearish dan volatilitas tinggi di kisaran USD110.000.

Ditulis oleh Yunila Wati
Bitcoin Merosot ke USD108.000, Perang Dagang AS-China jadi Biang Kerok
Ilustrasi koin-koin mata uang kripto, antara lain Bitcoin dan Ethereum. Foto: Unsplash/Art Rachen.

KABARBURSA.COM - Harga Bitcoin (BTC) kembali berada di bawah tekanan berat pada pertengahan Oktober 2025, seiring meningkatnya ketegangan geopolitik dan perdagangan antara Amerika Serikat dan China. 

Berdasarkan data CoinMarketCap, BTC kini diperdagangkan di sekitar USD108.000, setelah sempat menyentuh level USD111.430 pada Kamis, 16 Oktober 2025. Dalam sepekan terakhir, volatilitas pasar kripto meningkat tajam, dengan pergerakan harga Bitcoin yang liar di antara kisaran USD107.318 hingga USD123.535.

Kondisi ini mencerminkan ketidakstabilan sentimen global pasca “Black Friday” akibat perang tarif antar dua kekuatan ekonomi dunia tersebut.

Ketegangan terbaru dipicu oleh langkah China yang menjatuhkan sanksi terhadap komponen buatan AS untuk industri pelayaran Korea Selatan. Hal ini memperburuk hubungan dagang dengan Washington. 

Dampaknya terasa luas di pasar aset digital, dengan kapitalisasi pasar kripto global anjlok dari USD3,96 triliun menjadi USD3,75 triliun. Penurunan tersebut menghapus lebih dari USD210 miliar dalam waktu hanya satu hari. 

Volume perdagangan Bitcoin dalam 24 jam terakhir juga turun tajam hingga 24 persen menjadi Rp1.136 triliun. Tampak jelas bahwa partisipasi investor berkurang drastic dalam kondisi pasar yang diliputi ketidakpastian.

Presiden AS Donald Trump mempertegas situasi dengan pernyataannya bahwa AS kini “secara aktif terlibat dalam perang dagang dengan China” setelah mengancam tarif 100 persen terhadap seluruh impor dari Negara Tirai Bambu tersebut. 

Sentimen negatif ini menekan aset berisiko seperti kripto, termasuk Bitcoin, yang kembali masuk ke zona bearish. Menurut analis Tokocrypto Fyqieh Fachrur, tekanan geopolitik ini menyebabkan investor global beralih ke aset yang lebih aman seperti dolar AS, emas, atau obligasi pemerintah. 

Ia menilai, selama hubungan dagang AS–Cina belum stabil, kripto akan kesulitan untuk memulihkan momentum bullish-nya karena aset digital cenderung menguat ketika risiko global menurun dan kepercayaan pasar meningkat.

Dari sisi teknikal, Bitcoin saat ini sedang berkonsolidasi di kisaran USD110.000–USD116.000 dengan dominasi tekanan jual yang kuat. Area USD110.000 menjadi support penting, sedangkan USD116.000 berperan sebagai resistensi utama.

Jika harga berhasil menembus batas atas tersebut, peluang untuk menguji kembali level USD120.000 terbuka lebar. Namun, kegagalan mempertahankan support di bawah USD110.000 berpotensi memperdalam koreksi ke bawah, terutama jika sentimen global terus memburuk menjelang rilis data makroekonomi Amerika Serikat.

Tekanan Sangat Jual dari Sisi Teknikal 

Secara teknikal, indikator-indikator utama menunjukkan dominasi sinyal “Sangat Jual”. Rangkuman analisis teknikal mencatat 0 sinyal beli dan 8 sinyal jual, menegaskan bahwa tekanan bearish masih mendominasi pasar. 

Relative Strength Index (RSI) berada di level 36,47, mendekati zona oversold, yang menandakan momentum jual masih tinggi meski potensi rebound jangka pendek mulai terbuka. 

Stochastic RSI (14) berada di 3,19, menunjukkan kondisi “jual berlebih”, sedangkan indikator MACD (12,26) mencatat nilai negatif signifikan di -84 juta, memperkuat sinyal bearish. Indikator ADX (14) berada di level 38,82, yang menandakan tren turun masih cukup kuat dan berlanjut.

Beberapa indikator lainnya seperti CCI (14) di -138,43 dan ROC di -9,65 juga menunjukkan tekanan jual tinggi. Sementara itu, Williams %R dan Stochastic (9,6) mengindikasikan area “beli berlebih”, yang berarti adanya potensi koreksi lanjutan setelah sempat mengalami pemantulan jangka pendek. 

Indikator volatilitas ATR (14) yang tinggi di 63 juta menegaskan bahwa pasar sedang berada dalam fase sangat fluktuatif, sehingga risiko pergerakan tajam masih terbuka di kedua arah.

Dari sisi Moving Average (MA), rangkuman analisis juga mengindikasikan sinyal “Sangat Jual” dengan 10 sinyal jual dan hanya 2 sinyal beli. MA jangka pendek seperti MA5 hingga MA100 seluruhnya menunjukkan kecenderungan turun, menandakan bahwa tekanan jual masih mendominasi dalam jangka menengah. 

Hanya MA200, baik sederhana maupun eksponensial, yang menunjukkan sinyal beli, yang berarti secara struktural tren panjang Bitcoin masih positif, tetapi koreksi jangka menengah belum selesai.

Jika dilihat dari level pivot, Bitcoin saat ini memiliki titik tengah (pivot point klasik) di sekitar USD1,82 miliar (dalam skala sistem indikator yang disesuaikan), dengan level resistance utama di USD1,84–1,88 miliar dan support kuat di USD1,77 miliar. 

Dalam pendekatan Fibonacci dan Woodie’s, zona konsolidasi yang terbentuk menunjukkan bahwa pasar sedang menunggu pemicu eksternal untuk menentukan arah selanjutnya, baik itu rilis data inflasi (CPI) Amerika Serikat pada 24 Oktober nanti maupun perkembangan terbaru dalam tensi dagang AS–Cina.

Dengan kondisi tersebut, prospek jangka pendek Bitcoin cenderung bearish hingga netral, dengan peluang rebound yang terbuka jika inflasi AS melandai dan ketegangan geopolitik mulai mereda. 

Jika skenario positif tersebut terjadi, Bitcoin berpotensi menguat kembali ke atas USD120.000 menjelang akhir tahun 2025 atau awal 2026. 

Namun, untuk saat ini, pasar masih berada dalam fase defensif, di mana investor disarankan berhati-hati dan disiplin menjaga posisi sambil menunggu kejelasan arah kebijakan global.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79