KABARBURSA.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa sejumlah wilayah di Indonesia terancam mengalami kekeringan.
Hal ini disampaikan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers virtual pada Selasa, 28 Mei 2024.
Dalam konferensi tersebut, Dwikorita mengungkapkan bahwa potensi kekeringan akan mendominasi dari Juni hingga September 2024.
“Kondisi kekeringan selama musim kemarau akan mendominasi hingga September,” ujar Dwikorita.
Dwikorita menjelaskan bahwa daerah dengan potensi curah hujan bulanan sangat rendah, kurang dari 50 mm, perlu mendapatkan perhatian khusus untuk mitigasi dampak kekeringan.
Curah hujan diprediksi mulai rendah pada Juni hingga Juli 2024, dengan beberapa wilayah terdampak meliputi sebagian Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan sebagian Sulawesi Selatan.
Pada bulan September mendatang, curah hujan di bawah 59 mm juga masih berpotensi terjadi di Indonesia, terutama di Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT.
“Hal itu berpotensi terjadi di Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT,” tambahnya.
Kondisi serupa diprediksi terjadi pada Oktober, dengan curah hujan di bawah 50 mm per bulan di sebagian Jawa Timur, NTB, dan NTT.
“Jadi tampaknya Jawa Timur, NTB, dan NTT akan mengalami kondisi curah hujan sangat rendah atau kurang dari 50 mm per bulan mulai Juni hingga Oktober,” jelas Dwikorita.
Saat ini, 19 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau berdasarkan jumlah zona musim, meskipun belum semua wilayah Indonesia memasuki musim kemarau. Dwikorita menjelaskan bahwa kondisi ini menyebabkan beberapa wilayah mengalami bencana banjir sementara wilayah lainnya mengalami kekeringan, yang sebagian besar dipisahkan oleh garis khatulistiwa.
Wilayah yang sudah memasuki musim kemarau meliputi sebagian Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jawa Barat, Jogjakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, dan Sulawesi Tengah.
“Dalam kondisi ini, kita mengalami bencana baik basah maupun kering dalam waktu bersamaan, hanya areanya yang berbeda, kurang lebih dipisahkan oleh khatulistiwa,” kata Dwikorita.
Daftar Daerah Berpotensi Kekeringan
BMKG mengungkapkan sejumlah daerah di Indonesia berpotensi mengalami musim kemarau yang lebih kering hingga September 2024. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyatakan bahwa sejumlah wilayah akan mengalami kemarau yang lebih kering dari biasanya, mencakup 9 persen dari Zona Musim (ZOM).
“Wilayah yang diprediksi akan mengalami musim kemarau lebih kering dari normalnya yaitu sebanyak 9 persen dari Zona Musim meliputi antara lain sebagian kecil Aceh, sebagian kecil Sumatera Utara, sebagian kecil Riau, dan sebagian Kepulauan Bangka Belitung,” kata Dwikorita dalam surat yang dikirimkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi), Senin, 27 Mei 2024.
Selain itu, Dwikorita juga menyebutkan wilayah lain yang terpengaruh termasuk sebagian Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, NTT, Maluku Utara, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Selatan.
Penilaian normal atau tidaknya musim kemarau ini terkait dengan sifat hujan, yang merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu tertentu (satu periode Musim Kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1991-2020). Berdasarkan sifat hujannya, musim dibedakan menjadi tiga kategori:
- Atas Normal (AN): jika nilai curah hujan lebih dari 115 persen terhadap rata-ratanya.
- Normal (N): jika nilai curah hujan antara 85 persen-115 persen terhadap rata-rata.
- Bawah Normal (BN): jika nilai curah hujan kurang dari 85 persen terhadap rata-rata.
Dwikorita melanjutkan bahwa sifat musim kemarau 2024 diprediksi secara umum bersifat normal di sekitar 359 ZOM atau 51,36 persen dan di atas normal di 279 ZOM atau 39,91 persen.
Kemarau Basah Akibat La Nina
Di sisi lain, Dwikorita juga mengungkapkan bahwa musim kemarau kali ini berpotensi basah jika anomali iklim La Nina resmi terjadi.
“Kita belum menyimpulkan seperti itu (akan terjadi La Nina). Ada kecenderungan La Nina meskipun lemah akan terjadi. Tapi itu bisa meleset karena datanya masih kurang, tapi ada tren ke sana,” ujarnya beberapa waktu lalu. Jika La Nina benar terjadi, maka musim kemarau akan menjadi basah.
Anomali iklim pemicu kekeringan, El Nino, kini berstatus netral alias berakhir usai terdeteksi setidaknya sejak Juli 2023. Lawannya, La Nina, pun bersiap muncul.
Menurut Dwikorita, wilayah yang diprediksi akan mengalami musim kemarau lebih basah dari normalnya mencakup sekitar 40 persen dari ZOM. Daerah-daerah tersebut meliputi sebagian kecil pesisir selatan Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, sebagian kecil Kalimantan Utara, bagian selatan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, bagian utara dari Gorontalo dan Sulawesi Utara, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan sebagian besar Papua Selatan.
Daftar Daerah yang Diprediksi Mengalami Musim Kemarau di Bawah Normal:
- Aceh
- Sumatera Utara
- Riau
- Kepulauan Riau
- Bengkulu
- Bangka Belitung
- Banten
- DKI Jakarta
- Jawa Barat
- Jawa Tengah
- Jawa Timur
- Kalimantan Barat
- Kalimantan Utara
- Bali
- NTB
- NTT
- Sulawesi Utara
- Gorontalo
- Sulawesi Tengah
- Sulawesi Selatan
- Sulawesi Tenggara
- Maluku Utara
- Maluku
- Papua Barat
- Papua
- Papua Selatan.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.