KABARBURSA.COM - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menandatangani perjanjian kerja sama dengan PT General Electric Operation Indonesia melalui GE Healthcare (GEHC) untuk pembiayaan mitra dan vendor melalui BNIdirect Supply Chain.
Penandatanganan kerja sama antara GE Healthcare Indonesia dan BNI mengusung tema "Synergy of Healthcare Innovation & Financial Solution for a Better Future in Medical Services." Kerja sama tersebut ditandatangani SEVP Corporate Banking BNI Pancaran Affendi dan President Director GEHC Kriswanto Triemoeljo di Grha BNI, Jakarta, Kamis 6 Maret 2025.
"BNI menyadari bahwa industri kesehatan memiliki tantangan yang dinamis, baik yang dipengaruhi oleh faktor global maupun domestik. Inisiatif ini merupakan tonggak penting yang menyatukan dua pilar utama—kesehatan dan keuangan—dalam upaya menciptakan solusi inovatif guna meningkatkan akses layanan kesehatan, memperkuat pemberdayaan ekonomi, dan mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat," kata Pancaran Affendi.
Sebanyak tiga program disepakati lewat kerja sama ini, antara lain Project Financing, Distributor Financing, dan pembiayaan alat kesehatan untuk segmen retail.
Pancaran menjelaskan, melalui Project Financing, BNI menyediakan pembiayaan untuk proyek-proyek pengadaan peralatan medis dan infrastruktur kesehatan kepada client GE Operation Indonesia. Sedangkan Distributor Financing berupa pembiayaan modal kerja bagi distributor GE Operation Indonesia.
Selain itu, BNI juga memberikan pembiayaan untuk pembelian alat-alat medis oleh profesional medis, termasuk dokter, melalui distributor resmi GE Operation Indonesia.
"Kerjasama ini diharapkan dapat membuka peluang baru, mendorong investasi pada sektor kesehatan, serta memberikan dukungan finansial yang diperlukan untuk pengembangan infrastruktur dan teknologi kesehatan modern," sambung Panca.
BNI berkomitmen untuk terus memberikan layanan terbaik kepada GE Healthcare Indonesia beserta stakeholdernya lewat beragam inovasi layanan keuangan yang mudah diakses. Diharapkan MoU ini dapat memberikan kolaborasi yang produktif dan inovatif, demi kemajuan industri kesehatan di Indonesia.
Kinerja Solid Laba Bersih
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) memulai tahun 2025 dengan kinerja yang solid. Pada Januari 2025, bank ini membukukan laba bersih sebesar Rp1,6 triliun, naik 9,7 persen secara tahunan (yoy) dan 17 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mom). Kinerja positif ini mendorong kenaikan harga saham BBNI sebesar 5,46 persen pada perdagangan Senin, 3 Maret 2025, di level Rp4.250 per saham.
Pertumbuhan laba ini sejalan dengan ekspektasi konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sekitar 9 persen yoy untuk tahun 2025. Namun, analis melihat ada beberapa tantangan yang masih perlu diperhatikan, terutama terkait likuiditas dan margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) yang mengalami tekanan.
Salah satu faktor utama yang mendorong pertumbuhan laba BBNI adalah penurunan credit cost (CoC), yang tercatat di level 0,82 persen pada Januari 2025. Angka ini lebih rendah dibandingkan Januari 2024 yang mencapai 1,14 persen, serta jauh membaik dibandingkan Desember 2024 yang sempat berada di 1,82 persen.
Penurunan CoC ini menunjukkan perbaikan dalam kualitas kredit, yang juga tercermin dari beban provisi yang melandai menjadi Rp514 miliar (21 persen yoy, 55 persen mom). “Meskipun CoC menunjukkan perbaikan signifikan, kami melihat tekanan pada NIM dan kondisi likuiditas yang semakin mengetat masih menjadi tantangan utama bagi BBNI ke depan,” ujar Everson Sugianto, Investment Analyst di Stockbit Sekuritas.
Meskipun laba bersih tumbuh solid, tantangan tetap ada bagi BBNI, terutama terkait NIM yang melemah. Pada Januari 2025, NIM tercatat di level 3,71 persen, lebih rendah dibandingkan Januari 2024 yang berada di 3,77 persen dan Desember 2024 di 4,53 persen. Penurunan ini disebabkan oleh ketatnya likuiditas perbankan serta meningkatnya biaya dana.
NII (Net Interest Income) BBNI hanya tumbuh tipis 1,7 persen yoy menjadi Rp3,2 triliun. Di sisi lain, Non-Interest Income mencatat pertumbuhan 9,7 persen yoy, namun turun 40 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Meskipun ada peningkatan pendapatan non-bunga, hal ini diimbangi oleh peningkatan beban operasional sebesar 7,4 persen yoy.
Tekanan pada likuiditas juga terlihat dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang masih negatif, turun 0,1 persen yoy. Sementara itu, kredit tumbuh sebesar 10,3 persen yoy, lebih tinggi dari proyeksi manajemen di kisaran 8–10 persen yoy. Namun, dengan pertumbuhan kredit yang tidak diimbangi oleh peningkatan DPK, Loan-to-Deposit Ratio (LDR) BBNI meningkat ke 96,8 persen, dibandingkan dengan Desember 2024 yang berada di 96,1 persen.
Pertumbuhan laba yang signifikan ini menunjukkan bahwa BBNI masih mampu menjaga profitabilitas meskipun ada tekanan di sektor perbankan. Kenaikan laba bulanan yang mencapai 17 persen mom mengindikasikan pemulihan yang kuat dari bulan sebelumnya. Namun, tantangan tetap ada, terutama dari sisi efisiensi operasional dan tekanan pada NIM yang bisa mempengaruhi profitabilitas di bulan-bulan berikutnya.(infobks/*)