KABARBURSA.COM – Direktur Bisnis BNI Finance Albertus Hendi Trianto mengungkapkan, pencapaian pembiayaan kendaraaan BNI Finance periode Januari-Mei 2024 sebesar Rp2,43 triliun. Pencapaian ini masih sejalan dengan target sampai akhir tahun, yaitu sebesar Rp5,25 triliun meski market lagi turun. Hingga akhir tahun dicanangkan hingga Rp6 triliun.
Menurutnya, ada beberapa hal yang membuat pencapaian BNI Finance tetap sesuai target. Salah satu strategi BNI Finance adalah menambah cabang di beberapa daerah.
“Kita baru masuk bisnis tahun 2023, kemudian kita nambah cabang. Nah, cabang kita yang tahun lalu 30 cabang sekarang Februari 2024 tambah lagi 20 cabang. Nanti ada dua wilayah baru,” jelasnya.
Penambahan cabang baru tersebut, kata Albertus, adalah cara untuk menambah wilayah pemasaran baru. Hal inilah yang membuat targetnya dapat terpenuhi meski target penjualan mobil secara nasional sedang turun.
Albertus mengakui, jika semua perusahaan pembiayaan yang bermain di segmen new car akan terkena dampak pelemahan nilai tukar karena market turun dan persaingan semakin ketat.
Menurutnya, semua perusahaan pembiayaan terkena dampak kenaikan non-performing loan (NPL) dibandingkan tahun sebelumnya. Hal inilah yang membuat perusahaan pembiayaan mau tidak mau harus memperketat pemberian kredit mobil.
“Efeknya akan dobel, di mana demand dari masyarakat sedikit terhambat. Kedua ada kenaikan harga, ketiga cost of fund juga mahal untuk kredit, dan pihak leasing akan menahan tingkat kualitas kredit yang semakin jelas,” terangnya.
Agar tidak semakin terpuruk karena peningkatan NPL, perusahaan pembiayaan juga menghindari daerah-daerah yang masuk dalam kategori red zone atau dikuasai ormas. Menurutnya, keterlibatan ormas yang mengail di air keruh turut memperburuk situasi, khususnya perusahaan pembiayaan.
“Ada oknum ormas yang memanfaatkan situasi ini atau konsumen tidak mungkin bayar sehingga motornya ditampung sehingga pindah tangan. Ini yang membikin NPL perusahaan semakin tergerus. Karena kalau sudah dipegang ormas, cost untuk penarikan itu tinggi,” jelasnya.
Selain menghindari daerah yang masuk kategori red zone, pihaknya juga menghindari jenis-jenis kendaraan tertentu yang paling banyak bermasalah. Salah satu kendaraan yang paling tidak diminati leasing adalah mobil komersial ringan seperti pikap.
“Leasing lebih senang membiayai mobil listrik. Karena ormas tidak tertarik dengan mobil listrik sehingga aman untuk dibiayai,” katanya.
Penjualan Mobil Terus Merosot
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) penjualan mobil pada kuartal pertama 2024 turun sebesar 22 persen. Penurunan ini disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah atas dolar yang membuat harga kendaraan naik karena cost bahan baku kendaraan juga ikut meningkat.
Penurunan kendaraan juga terjadi karena penurunan daya beli masyarakat. Di sisi lain, perusahaan pembiayaan juga memperketat persyaratan kredit mobil karena banyak terjadi gagal bayar atau kredit macet.
Albertus juga mengakui jika penjualan kendaraan akan sulit bangkit pada tahun ini. Pelemahan nilai tukar rupiah pada bulan Mei 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal pertama 2024. Ia memprediksi Rupiah dapat mencapai ke Rp17 ribu.
“Efeknya dengan permintaan yang sedikit tersendat dan harga juga naik pasti efeknya di tahun ini apakah target Gaikindo di 1 juta unit itu bisa tercapai, itu tidak akan tercapai. Itu tantangannya,” katanya.
Meski ada banyak tantangan dalam penjualan mobil baru, ia mengaku jika BNI Finance belum tertarik bermain di segmen mobil bekas. Menurutnya, sudah banyak perusahaan pembiayaan yang juga bermain di segmen mobil bekas karena marketnya terus mingkat.
“Kalau BNI Finance masih fokus di new car karena didukung oleh induk dengan modal yang relatif cukup bagus dari cost of fund-nya sehingga kami masih niat jualan new car. Penjualan new car memang turun dan masih kecil tapi kami masih bisa tumbuh dibanding tahun sebelumnya,” ujarnya.
Menurutnya, beralih membiayai mobil bekas belum menjadi pilihan mendesak. Selain itu, BNI Finance juga belum memiliki data base yang dapat diolah. Selain itu, meski penjualan mobil bekas meningkat, membiayai mobil bekas adalah sesuatu yang berbeda karena model bisnisnya juga berbeda.
Industri otomotif kini sedang berupaya untuk mengatasi tantangan ini dengan menggencarkan promosi dan penawaran khusus, serta fokus pada pengembangan mobil ramah lingkungan dan teknologi terkini untuk menarik kembali minat konsumen.
Meskipun demikian, prospek industri otomotif untuk memulihkan penjualan masih menantang di tengah kondisi ekonomi yang belum stabil dan ketidakpastian global yang berkelanjutan.(cit/*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.