KABARBURSA.COM - PT Bali Bintang Sejahtera Tbk. (BOLA) mengumumkan adanya transaksi afiliasi terkait penjualan saham PT Kreasi Karya Bangsa (KKB) kepada PT Rahasia Gadis Nusantara (RGN) pada 16 Agustus 2024.
Direktur BOLA, Yabes Tanuri mengungkapkan bahwa KKB menjual 2.916 saham atau setara 36,45 persen kepada RGN dengan nilai Rp3,47 miliar. Transaksi ini melibatkan hubungan afiliasi, di mana Putri Paramita Sudali menjabat sebagai komisaris di RGN, sementara Andhikaputri Himawan dan Adellene Odelia Tanuri masing-masing menjabat sebagai Direktur Utama dan Direktur di perusahaan tersebut. Seperti dalam keterangannya di Jakarta, Jumat 23 Agustus 2024.
Menurut Yabes, penjualan saham ini dilakukan dengan pertimbangan untuk memperkuat posisi likuiditas dan solvabilitas BOLA secara konsolidasi, terutama dengan adanya tambahan kas dan setara kas dari transaksi ini. Ia juga menambahkan bahwa pasca transaksi, diharapkan kinerja RGN akan semakin optimal karena kepemilikan saham mayoritas oleh individu yang juga menjadi direksi dan komisaris RGN, sehingga mereka dapat lebih fokus dalam pengelolaannya.
Sebagai informasi, KKB merupakan entitas anak BOLA dengan kepemilikan saham sebesar 90 persen. Adellene Odelia Tanuri sendiri adalah putri dari Pieter Tanuri, pemilik 40,98 persen saham BOLA. Sementara itu, KKB adalah perusahaan tertutup yang memiliki 60 persen saham di RGN.
Struktur kepemilikan saham di RGN juga mencerminkan afiliasi dengan Putri Paramita Sudali yang memiliki 10 persen saham RGN dan 1,13 persen saham KKB; Andhikaputri Himawan dengan kepemilikan 10 persen saham RGN dan 0,77 persen saham KKB; serta Adellene Odelia Tanuri dengan 7 persen saham RGN dan 1,33 persen saham KKB. Kondisi ini membuat transaksi tersebut masuk dalam kategori afiliasi sesuai ketentuan OJK dalam POJK 42/2020.
Yabes menegaskan bahwa transaksi ini tidak memberikan dampak negatif terhadap operasional, hukum, kondisi keuangan, maupun kelangsungan usaha BOLA.
Pengunaan Dana IPO
PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA), klub sepak bola milik Peter Tanuri, baru saja mengungkapkan laporan terbaru mengenai penggunaan dana dari penawaran umum perdana (IPO) per 30 Juni 2024. Dalam laporannya, BOLA menyampaikan perkembangan menarik terkait dana yang berhasil dihimpun melalui IPO mereka.
Yohanes Ade Bunian Moniaga, Corporate Secretary BOLA, mengungkapkan bahwa perusahaan meraih hasil penawaran umum IPO yang efektif pada 17 Juni 2019 sebesar Rp350 miliar. Setelah memperhitungkan biaya terkait sebesar Rp12,23 miliar, BOLA berhasil memperoleh hasil bersih dari IPO sebesar Rp337,76 miliar.
Dari total dana tersebut, BOLA telah merealisasikan penggunaan dana sebagai berikut:
Facilities dan Business: Rp13,45 miliar, terdiri dari Rp10,75 miliar untuk fasilitas dan Rp3,9 miliar untuk sektor olahraga. Entitas Anak: Rp153,49 miliar. Working Capital: Rp128,3 miliar.
Dengan realisasi ini, BOLA telah menggunakan dana IPO sebesar Rp309,9 miliar, meninggalkan sisa dana sebesar Rp27,7 miliar. Sisa dana ini terbagi sebagai berikut:
Giro di BRI: Rp2,1 miliar, Giro di BCA: Rp299,7 juta,Giro di Bank INA: Rp1,4 miliar, Reksadana Fixed Income – Trimegah: Rp15 miliar, Portfolio Management – PT Nusadana Investama Indonesia: Rp9 miliar
Dengan rincian tersebut, BOLA menunjukkan komitmennya dalam penggunaan dana IPO yang transparan dan efisien, mendukung pengembangan fasilitas, bisnis, serta sektor olahraga mereka.
Sentuh ARA
PT Bali Bintang Sejahtera Tbk. (BOLA), emiten terbaru yang mengelola klub sepakbola Bali United, mencatatkan debut spektakuler di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 17 Juli 2024. Saham BOLA melesat melampaui batas auto reject atas saat pertama kali diperdagangkan, menandai langkah awal yang mengesankan untuk perusahaan ini.
Saat sesi perdagangan dimulai, saham BOLA langsung melambung 69,14 persen ke level Rp296 dari harga penawaran umum sebesar Rp175. Pada pembukaan perdagangan, saham ini diperdagangkan dengan volume 1.295 saham dan frekuensi 20 kali transaksi. Lonjakan ini mencerminkan antusiasme pasar yang tinggi terhadap emiten baru ini.
Sistem auto rejection di BEI menetapkan batas maksimal perubahan harga saham pada hari pertama listing. Untuk saham dengan rentang harga Rp50-Rp200, batas maksimalnya adalah 70 persen. Saham dengan rentang harga Rp200-Rp5.000 memiliki batas 50 persen, sementara saham dengan harga di atas Rp5.000 memiliki batas 40 persen. Untuk saham yang sudah diperdagangkan secara umum, batas auto rejection adalah 35 persen untuk rentang harga Rp50-Rp200, 25 persen untuk rentang harga Rp200-Rp5.000, dan 20 persen untuk harga di atas Rp5.000.
Pada pukul 10.47 WIB, saham BOLA terpantau menguat 69,14 persen ke level Rp296 dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp1,78 triliun. Lonjakan harga yang signifikan ini menunjukkan minat investor yang kuat terhadap saham BOLA dan mempertegas keberhasilan debut perdana emiten ini di bursa.
Dengan performa yang mengesankan ini, PT Bali Bintang Sejahtera Tbk. menunjukkan potensi besar sebagai pemain baru di pasar saham Indonesia, berkat kombinasi antara kekuatan brand klub sepakbola yang dikelolanya dan ketertarikan investor.
Penurunan Kinerja Kuartal I 2024
PT Bali Bintang Sejahtera Tbk. (BOLA), klub sepak bola yang dikenal dengan Bali United, mengalami penurunan kinerja yang signifikan pada kuartal pertama tahun ini.
Pada kuartal I 2024, BOLA mencatat pendapatan sebesar Rp56,55 miliar, mengalami penurunan sekitar 31,87 persen year on year (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp83,01 miliar. Direktur BOLA, Yohanes Ade, menjelaskan bahwa penurunan ini juga berdampak pada laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk, yang hanya mencapai Rp16,59 juta. Angka ini menurun drastis dari laba kuartal I 2023 sebesar Rp36,65 miliar.
Menurut Yohanes, penurunan pendapatan tidak dapat menutupi beban operasi yang sebagian besar bersifat tetap. Biaya operasional pada kuartal I 2024 tercatat sebesar Rp74,9 miliar, menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp82 miliar. Meskipun biaya operasional turun, BOLA masih mengalami rugi operasi sebesar Rp18,36 miliar, berbeda jauh dari laba operasi yang tercatat sebesar Rp975,78 juta pada kuartal I 2023.
Salah satu penyebab utama penurunan pendapatan adalah penurunan signifikan dalam pendapatan dari sponsorship. Pada kuartal I 2024, pendapatan dari sponsorship hanya mencapai Rp8,5 miliar, jauh menurun dibandingkan raihan kuartal I 2023 yang mencapai Rp45 miliar. Sumber pendapatan pada kuartal pertama tahun ini terbagi dari manajemen klub sebesar 55,1 persen, agen olahraga sebesar 43,5 persen, dan pendapatan lainnya sebesar 1,4 persen.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.