Logo
>

BSI (BRIS) Tunjuk Muhadjir Effendy Jadi Komisaris Utama

Pemegang saham Bank Syariah Indonesia resmi mengangkat Muhadjir Effendy sebagai komisaris utama dalam RUPST 2025 yang juga menetapkan perubahan direksi dan strategi perseroan.

Ditulis oleh Syahrianto
BSI (BRIS) Tunjuk Muhadjir Effendy Jadi Komisaris Utama
Gedung Bank Syariah Indonesia (BSI) di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta, Rabu, 22 April 2025. (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM - PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) resmi menunjuk Muhadjir Effendy sebagai Komisaris Utama menggantikan Muliaman D. Hadad dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar Jumat, 16 Mei 2025. 

Penunjukan tokoh nasional yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) sekaligus tokoh penting dari Muhammadiyah ini menandai babak baru arah pengawasan strategis bank syariah terbesar di Indonesia. 

Kehadirannya di pucuk komisaris menjadi sorotan tajam, mengingat latar belakang birokrasi dan kebijakan publik yang dibawanya ke dalam struktur pengurus BRIS.

Rapat yang berlangsung di Aryanusa Ballroom, Menara Danareksa, Jakarta Pusat pukul 14.00 WIB itu juga memutuskan beberapa agenda strategis lain. Salah satu keputusan signifikan lainnya adalah pengangkatan Anggoro Eko Cahyo, mantan Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan, sebagai Direktur Utama baru menggantikan Hery Gunardi, yang kini dipercaya menjadi Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI (BBRI). 

Transformasi komposisi manajemen ini sejalan dengan strategi penguatan tata kelola dan penetrasi pasar bank syariah di tengah tantangan perekonomian global dan domestik.

Agenda Lengkap RUPST BSI (BRIS): dari Kinerja hingga Recovery Plan

RUPST tahunan BSI kali ini diselenggarakan dengan merujuk pada tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2024. Pemegang saham yang tercatat dalam daftar per 23 April 2025 memiliki hak hadir dan memberikan suara dalam forum yang berlangsung tertib ini. Secara keseluruhan, delapan agenda dibahas dan disetujui oleh para pemegang saham.

Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia, Kepala Divisi Komunikasi BSI Wisnu Sunandar menjelaskan bahwa pemegang saham yang berhak hadir dalam RUPST adalah mereka yang tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) per 23 April 2025.

“Agenda yang dibahas meliputi delapan poin penting, mulai dari pengesahan laporan keuangan hingga pengangkatan pengurus baru,” ujar Wisnu Sunandar dalam dokumen keterbukaan informasi yang dipublikasikan perusahaan.

Agenda pertama mencakup persetujuan laporan tahunan, pengesahan laporan keuangan 2024, serta pemberian volledig acquit et de charge kepada direksi dan dewan komisaris atas kinerja tahun buku 2024. Laba bersih tahun tersebut pun ditetapkan penggunaannya dalam agenda kedua.

Pada agenda ketiga, pemegang saham sepakat menunjuk kantor akuntan publik untuk tahun buku 2025. Agenda keempat menetapkan tantiem dan bonus untuk direksi, komisaris, serta Dewan Pengawas Syariah. 

Tidak kalah penting, RUPST juga mengumumkan realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum sukuk mudharabah tahap I tahun 2024, menyetujui pemutakhiran Rencana Aksi Pemulihan (Recovery Plan), dan plafon hapus buku piutang macet.

Agenda terakhir, yakni kedelapan, menjadi sorotan utama dengan perubahan pengurus perseroan, termasuk pengangkatan tokoh-tokoh baru dalam komisaris dan direksi.

Kinerja Keuangan BSI: Stabil, tapi Ruang Efisiensi Masih Luas

Laporan keuangan tahun buku 2024 menunjukkan bahwa Bank Syariah Indonesia atau BSI mencetak laba bersih sebesar Rp7,01 triliun, meningkat 22,8 persen (year on year/yoy) dibandingkan tahun 2023 yang sebesar Rp5,70 triliun. Pendapatan dari pengelolaan dana sebagai mudharib mencapai Rp17,41 triliun, sementara pendapatan usaha lainnya menyumbang Rp5,56 triliun. 

Dari sisi beban, total beban usaha tercatat sebesar Rp11,79 triliun, naik dari tahun sebelumnya Rp10,25 triliun, mencerminkan eskalasi biaya operasional yang perlu dikaji ulang.

Kinerja kuartal I 2025 tetap menunjukkan tren positif dengan laba bersih Rp1,88 triliun, naik dari Rp1,71 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan laba ini ditopang oleh pendapatan dari jual beli sebesar Rp3,43 triliun dan pendapatan bagi hasil sebesar Rp2,38 triliun. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) juga sedikit membaik.

Namun demikian, jika dibandingkan dengan periode kepemimpinan Komisaris Utama sebelumnya, Muliaman D. Hadad, efektivitas pengawasan strategis masih menjadi catatan. 

Di bawah kepemimpinan Muliaman, transformasi pasca-merger tiga bank syariah (BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri) sukses dijalankan. 

Namun, perlu diakui bahwa ekspansi ke segmen digital dan penetrasi di sektor mikro belum setajam harapan pemegang saham, khususnya dalam memperluas basis nasabah ritel dan meningkatkan fee-based income secara signifikan.

Dengan masuknya Muhadjir Effendy ke dalam jajaran pengurus, diharapkan pendekatan holistik terhadap pengembangan keuangan syariah dapat lebih terarah. 

Latar belakang akademik dan birokratis Muhadjir, terutama dalam isu pembangunan manusia dan pendidikan, dapat menjadi bekal penting bagi BSI dalam menyasar program inklusi keuangan berbasis syariah.

Harapan Investor dan Tantangan ke Depan

Penunjukan Muhadjir Effendy dan Anggoro Eko Cahyo merupakan strategi segar dalam mendorong sinergi antara pemangku kepentingan publik dan korporasi syariah. Pemegang saham pun menaruh harapan besar agar kinerja fundamental BSI tetap terjaga, sekaligus mampu memperluas peran sistem perbankan syariah di Indonesia.

Dengan total aset mencapai Rp400,88 triliun per 31 Maret 2025 dan ekuitas yang tumbuh menjadi Rp46,92 triliun, BSI berada dalam posisi strategis untuk ekspansi lebih lanjut. Namun, tantangan efisiensi, digitalisasi layanan, dan penetrasi pasar yang lebih dalam di sektor UMKM masih harus menjadi prioritas utama manajemen baru.

Transformasi struktur pengurus ini menjadi sinyal positif bagi pelaku pasar. Dengan arah kebijakan baru yang berpotensi menitikberatkan pada kolaborasi sosial-keuangan dan pemberdayaan berbasis syariah, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. diharapkan mampu mencetak prestasi baru dalam industri keuangan nasional. 

Data Perdagangan Saham BRIS: Stabil di Tengah Transisi

Di pasar saham, BRIS tercatat ditutup pada harga Rp2.870 pada Jumat, 16 Mei 2025 pukul 16:14 WIB, turun 30 poin atau 1,03 persen dibandingkan hari sebelumnya. 

Saham BRIS sempat menyentuh level tertinggi harian di Rp2.940 dan terendah di Rp2.850 dengan total nilai transaksi mencapai Rp80,4 miliar. 

Volume perdagangan mencapai 27,92 juta saham, di bawah rata-rata volume harian 45,65 juta saham. Asing mencatatkan net buy sebesar Rp47,7 miliar dan net sell sebesar Rp7,9 miliar dengan total 6.480 frekuensi transaksi.

Dengan penutupan tersebut, valuasi saham BRIS relatif stabil di tengah pergantian manajemen. Harga saham masih berada dalam kisaran yang mencerminkan sentimen positif terhadap prospek keuangan perusahaan, namun pasar juga mencermati bagaimana struktur manajemen baru akan menjalankan strategi pertumbuhan berikutnya. (*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.