Logo
>

BTPN Guyur USD10 Juta ke SUN Energy, Ekspansi Energi Surya?

Ditulis oleh Syahrianto
BTPN Guyur USD10 Juta ke SUN Energy, Ekspansi Energi Surya?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Surya Utama Nuansa (SUN Energy), salah satu pengembang energi surya terbesar di Indonesia, telah berhasil memperoleh fasilitas pembiayaan senilai USD10 juta dari PT Bank SMBC Indonesia Tbk (BTPN). Pendanaan ini ditujukan untuk mendukung operasional dan ekspansi proyek energi surya di sektor komersial dan industri (C&I).

    Dana yang diperoleh akan digunakan untuk pengadaan bahan baku energi surya, langkah strategis yang bertujuan meningkatkan daya saing perusahaan dalam tender proyek.

    "Dengan tersedianya bahan baku yang memadai, SUN Energy dapat menjamin keberlangsungan proyek strategis," ujar Nathan Christianto, Head of Wholesale, Commercial, and Transaction Banking BTPN, dalam keterbukaan informasi pada Selasa, 24 Desember 2024.

    Pembiayaan ini dirancang untuk membantu SUN Energy memenuhi persyaratan tender, seperti jaminan keuangan dan pengadaan material awal.

    Dengan dukungan tersebut, peluang perusahaan untuk memenangkan proyek strategis di sektor energi terbarukan meningkat secara signifikan. Kerja sama ini juga mencerminkan komitmen kedua perusahaan terhadap pengembangan energi bersih di Indonesia.

    Vicky Lono, Group Head Corporate Finance SUN Energy, menyampaikan apresiasinya atas dukungan yang diberikan oleh BTPN.

    "Fasilitas ini memberikan fleksibilitas bagi kami untuk terus berinovasi dan memperluas portofolio proyek. Kami berterima kasih kepada SMBC Indonesia atas dukungan menuju masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan," ungkapnya.

    Di sisi lain, SMBC Indonesia mencatatkan pertumbuhan penyaluran pinjaman berkelanjutan sebesar hampir Rp17,3 triliun hingga akhir September 2024, meningkat 18 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pembiayaan ini mencakup berbagai sektor, termasuk energi terbarukan, yang menjadi salah satu fokus utama perusahaan.

    Melalui pendanaan ini, SUN Energy dan BTPN menunjukkan kolaborasi strategis dalam mempercepat transisi menuju energi hijau di Indonesia.

    Kerja sama ini tidak hanya memperkuat posisi SUN Energy sebagai pemain utama dalam industri energi terbarukan, tetapi juga menggarisbawahi peran penting SMBC Indonesia dalam mendukung inisiatif keberlanjutan nasional.

    BTPN Terbitkan Obligasi

    BTPN akan menerbitkan surat utang atau obligasi senilai Rp1,39 triliun per 30 September 2024 sebagai bagian dari Obligasi Berkelanjutan V dengan total target Rp3 triliun.

    Obligasi Tahap II ini terdiri dari dua seri, yaitu Seri A senilai Rp429,91 miliar dan Seri B sebesar Rp966,5 miliar. Keduanya menawarkan tingkat bunga yang kompetitif, masing-masing sebesar 6,70 persen dan 6,95 persen per tahun, dengan jangka waktu 3 tahun untuk Seri A dan 5 tahun untuk Seri B.

    Pembayaran pokok obligasi akan dilakukan secara penuh pada saat jatuh tempo.

    Obligasi ini ditawarkan dengan harga 100 persen dari nilai nominal, dan bunga obligasi akan dibayarkan setiap triwulan.

    Pembayaran bunga pertama dijadwalkan pada 17 Maret 2025, sementara pembayaran bunga terakhir sekaligus jatuh tempo ditetapkan pada 17 Desember 2027 untuk Seri A dan 17 Desember 2029 untuk Seri B.

    Dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum, setelah dikurangi biaya emisi, akan dialokasikan untuk mendukung pertumbuhan usaha Bank SMBC Indonesia, terutama melalui penyaluran kredit.

    Penerbitan obligasi ini ditangani oleh lima penjamin pelaksana emisi, yaitu Aldiracita Sekuritas Indonesia, BCA Sekuritas, INA Sekuritas, Indo Premier Sekuritas, dan Mandiri Sekuritas, dengan Bank Mega bertindak sebagai Wali Amanat.

    Surat utang ini telah mendapatkan peringkat idAAA dari Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), yang mencerminkan kemampuan sangat kuat dari penerbit untuk memenuhi kewajiban finansialnya.

    Tahapan penawaran obligasi meliputi masa penawaran umum pada 11-12 Desember 2024, penjatahan pada 13 Desember 2024, pengembalian uang pesanan pada 16 Desember 2024, distribusi secara elektronik pada 17 Desember 2024, dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia pada 18 Desember 2024.

    Obligasi ini memberikan peluang menarik bagi investor yang mencari instrumen dengan profil risiko rendah dan imbal hasil stabil, didukung oleh fundamental kuat Bank SMBC Indonesia serta dukungan dari penjamin pelaksana emisi yang berpengalaman.

    Peringkat idAAA juga menambah daya tarik investasi, menjadikan obligasi ini salah satu instrumen yang layak dipertimbangkan untuk diversifikasi portofolio.

    Kinerja Keuangan BTPN

    Berdasarkan data keuangan yang tersedia, BTPN menunjukkan beberapa potensi sekaligus tantangan yang perlu diperhatikan oleh investor.

    Dari sisi profitabilitas, margin laba bersih sebesar 12,10 persen dan margin laba operasional sebesar 20,40 persen, mencerminkan kemampuan bank dalam mengelola pendapatan dan biaya dengan cukup baik.

    Namun, Return on Equity (ROE) sebesar 4,82 persen dan Return on Assets (ROA) sebesar 0,99 persen masih berada di bawah standar yang sering dijadikan acuan oleh Buffett, yaitu ROE di atas 10 persen. Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi pengelolaan modal dan aset masih bisa ditingkatkan untuk menghasilkan laba yang lebih optimal.

    Kinerja pertumbuhan BTPN juga menunjukkan tren yang positif, terutama dari sisi pendapatan yang tumbuh sebesar 31,77 persen secara tahunan (YoY). Laba bersih yang meningkat 19,23 persen memperlihatkan potensi pertumbuhan yang menjanjikan, meskipun pertumbuhan ini belum sepenuhnya sejalan dengan peningkatan pendapatan, sehingga menekan margin laba bersih.

    Di sisi lain, valuasi saham yang dihitung menggunakan rasio Price-to-Book Value (P/B) sebesar 0,52 menjadi salah satu daya tarik utama. Saham BTPN diperdagangkan di bawah nilai bukunya, yang sering kali menjadi sinyal undervaluation bagi investor nilai.

    Namun, terdapat beberapa faktor risiko yang perlu diantisipasi. Altman Z-Score BTPN yang berada di angka 0,79 menandakan potensi risiko keuangan yang tinggi.

    Walaupun struktur modal terlihat sehat dengan Debt-to-Equity Ratio sebesar 0,28 dan leverage yang wajar untuk sektor perbankan, risiko solvabilitas tetap menjadi perhatian. Hal ini semakin relevan mengingat tren penurunan harga saham dalam beberapa tahun terakhir, yang menunjukkan kurangnya sentimen positif dari pasar.

    Dari segi dividen, BTPN menawarkan yield sebesar 1,93 persen dengan payout ratio sebesar 17,74 persen. Hal ini menunjukkan perusahaan masih menyisihkan sebagian besar labanya untuk reinvestasi, yang dapat mendukung pertumbuhan jangka panjang jika digunakan secara efektif. Namun, mengingat tingkat pengembalian ekuitas yang rendah, dampak reinvestasi ini perlu diawasi. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.