KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa suku bunga kredit stabil pada bulan April 2024, sementara suku bunga simpanan atau deposito mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya.
Menurut laporan BI yang dirilis pada 27 Mei 2024, suku bunga kredit tetap pada levelnya, namun suku bunga simpanan tercatat mengalami peningkatan.
Dalam laporan tersebut, BI mencatat bahwa suku bunga simpanan berjangka dengan tenor 1 bulan naik menjadi 4,62 persen dari sebelumnya 4,58 persen.
Sementara itu, suku bunga simpanan berjangka dengan tenor 3 bulan turun menjadi 5,32 persen dari sebelumnya 5,36 persen.
Pada tenor 6 bulan, terjadi kenaikan suku bunga menjadi 5,72 persen dari sebelumnya 5,69 persen.
Selanjutnya, suku bunga untuk tenor 12 bulan naik menjadi 5,88 persen dari sebelumnya 5,88 persen, sementara suku bunga untuk tenor 24 bulan mengalami peningkatan menjadi 4,05 persen dari sebelumnya 3,94 persen.
Sementara itu, suku bunga kredit pada bulan April 2024 tetap stabil di level 9,25 persen, sama seperti bulan sebelumnya. Namun, pada bulan Februari, suku bunga simpanan tercatat sebesar 9,28 persen.
Selain itu, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bahwa pertumbuhan kredit mencapai 13,09 persen year-on-year (yoy) pada bulan April. Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan pada bulan Maret yang mencapai 11,8 persen.
Pertumbuhan kredit didorong oleh pertumbuhan di berbagai sektor industri, jasa dunia usaha, dan perdagangan yang sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, ujar Perry dalam jumpa pers setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Mei.
Pertumbuhan kredit didukung oleh permintaan yang tinggi dan keinginan perbankan yang terjaga karena permodalan yang kuat. Pertumbuhan kredit juga ditopang oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai 8,1 persen.
Dari sisi permintaan, tambah Perry, permintaan kredit didukung oleh kinerja korporasi dan rumah tangga yang stabil. Kredit investasi, modal kerja, dan konsumsi tumbuh masing-masing sebesar 15,69 persen, 13,25 persen, dan 10,34 persen.
Pembiayaan syariah juga tercatat tumbuh sebesar 14,88 persen pada bulan April, sementara kredit untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tumbuh sebesar 7,3 persen.
Tabungan Anjlok
Sementara itu, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melaporkan penurunan dalam pertumbuhan tabungan dengan saldo di bawah Rp100 juta. Sebaliknya, tabungan milik kaum kaya dengan saldo di atas Rp2 miliar justru tumbuh pesat.
Pada April 2024, pertumbuhan tabungan dengan saldo di atas Rp2 miliar meningkat sebesar 10,11 persen, lebih cepat dibandingkan Maret 2024 yang hanya tumbuh 8,9 persen.
“Jadi, pertumbuhannya sangat cepat. Hal ini bisa diartikan baik maupun buruk. Baiknya, orang kaya atau perusahaan memiliki lebih banyak uang. Buruknya, mereka mungkin sedang wait and see, sehingga menumpuk uangnya di tabungan,” jelas Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa, dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa, 28 Mei 2024.
Sebaliknya, pertumbuhan tabungan di bawah Rp500 juta mengalami perlambatan. Purbaya mengungkapkan bahwa yang paling terdampak adalah tabungan di bawah Rp100 juta, yang mengalami penurunan 4,06 persen pada April 2024. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh peningkatan pengeluaran masyarakat selama masa liburan.
“Secara makro, mungkin mereka mulai mengurangi tabungannya untuk memenuhi kebutuhan mendesak, baik jangka pendek maupun panjang,” kata Purbaya.
Kenaikan harga kebutuhan pokok dan tingkat suku bunga yang lebih tinggi berdampak pada kemampuan masyarakat untuk menabung. Daya beli melemah karena pendapatan mereka lebih banyak tersedot untuk memenuhi kebutuhan pokok, terutama bagi yang memiliki angsuran dan terkena dampak kenaikan suku bunga.
Sebagai informasi, LPS memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga penjaminan (TBP) bank umum di level 4,25 persen dan bank perkreditan rakyat (BPR) di 6,75 persen. Sementara itu, TBP valas tetap di 2,25 persen. Tingkat suku bunga tersebut efektif dari 1 Juni 2024 hingga 30 September 2024.