KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan penurunan nilai pada perdagangan terakhir, Rabu, 12 Juni 2024. IHSG bertahan di 6.850,09 pada penutupan perdagangan dengan mencatatkan pelemahan 0,08 persen dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Index saham LQ45 yang berisikan saham-saham unggulan juga ikut melemah, dan menetap di zona merah, dengan kehilangan 4,91 poin atau 0,57 persen ke posisi 862,86.
Saham-saham teknologi unggulan menjadi pemberat laju IHSG sepanjang hari, dengan terjungkal 2,23 persen, dan menyusul saham-saham keuangan yang tertekan 0,78 persen. Kedua sektoral saham ini ditutup di zona merah imbas wait and see kebijakan suku bunga acuan, juga inflasi AS.
Bank Sentral Amerika Serikat (AS) menyeret IHSG ke zona merah. Imbal hasil treasury selama dua tahun, yang lebih sensitif terhadap pergerakan Bank Sentral terlihat masih stabil. Bloomberg Dollar Spot Index mengalami kenaikan dibandingkan level kemarin.
Sebelum keputusan dari Bank Sentral AS, malam ini akan menjadi sorotan dengan rilis data Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI), yang akan mempengaruhi sentimen pasar untuk minggu ini. Pasar masih terkejut dengan data Non-Farm Payrolls (NFP) pekan lalu yang menunjukkan peningkatan tenaga kerja yang jauh melampaui perkiraan.
Data inflasi inti yang akan dirilis malam ini akan memberikan gambaran apakah kekhawatiran tentang berhentinya disinflasi berdasar atau justru sebaliknya, memberikan harapan bagi pasar bahwa kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan The Fed masih terbuka.
Kepala Ekonom Bloomberg Economics, Anna Wong, menganggap FOMC Juni ini sebagai momen penting di mana Gubernur The Fed, Jerome Powell, kemungkinan akan memberikan petunjuk yang lebih jelas tentang kapan pemangkasan suku bunga acuan akan dimulai.
Dengan indikator yang secara konsisten menunjukkan kejutan terkait pemangkasan sejak pertemuan FOMC awal Mei, bahkan saat data inflasi tidak sesuai ekspektasi, ekonom Bloomberg memperkirakan Powell akan mengadopsi sikap yang lebih lunak (Dovish) dalam konferensi pers Kamis, 13 Juni 2024 ini.
Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada kisaran 5,25 persen sampai 5,50 persen pada bulan Juni.
Dengan inflasi yang tampak kembali pada jalur moderat, diharapkan para pejabat akan mengabaikan kalimat seperti. Dalam beberapa bulan terakhir, kemajuan lebih lanjut menuju sasaran inflasi 2 persen yang ditetapkan oleh Komite masih kurang dalam pernyataan mereka nanti.
Namun, kecuali ada penurunan yang mengejutkan dalam laporan ketenagakerjaan berikutnya, data inflasi saja tidak akan cukup untuk mendorong The Fed menurunkan suku bunga acuan pada bulan Juli, menurut ekonom Bloomberg Economics. Artinya, hanya ada tiga pertemuan FOMC tersisa pada bulan September, November, dan Desember, jika The Fed berencana untuk memulai pemangkasan suku bunga tahun ini.
Pengaruh Bursa Asia
"Bursa saham Asia mencatat pergerakan campuran karena para pelaku pasar bersikap menunggu dan melihat data inflasi serta tingkat suku bunga Amerika Serikat (AS) pada minggu ini," ungkap Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam analisisnya di Jakarta, Rabu.
Menurut proyeksi Pilarmas Investindo Sekuritas, inflasi AS diperkirakan akan tetap berada pada level yang sama, yakni 3,4 persen year on year (yoy), sementara tingkat suku bunga AS diproyeksikan akan bertahan pada kisaran 5,25 sampai 5,5 persen.
Di Britania Raya, data Gross Domestic Product (GDP) menurun secara bulanan dari sebelumnya 0,4 persen menjadi 0 persen, dan secara tahunan turun dari sebelumnya 0,7 persen menjadi 0,6 persen. Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya output industri dan konstruksi sementara sektor jasa mengalami kenaikan.
Di China, inflasi dipertahankan pada level 0,3 persen (yoy), menunjukkan bahwa permintaan dan daya beli dalam negeri masih belum tumbuh signifikan, sehingga pemerintah China kemungkinan akan memberikan stimulus tambahan.
Di Jepang, Bank of Japan (BoJ) akan mengadakan pertemuan untuk menetapkan tingkat suku bunga acuannya, yang diperkirakan akan tetap pada level 0,1 persen, karena kenaikan suku bunga masih dianggap tidak layak mengingat daya beli dalam negeri yang masih rendah.
Di pasar komoditas, harga emas masih berfluktuasi menunggu keputusan kebijakan suku bunga AS pada Kamis, 13 Juni 2024 yang diperkirakan akan tetap berada pada kisaran 5,25 sampai 5,5 persen.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka dengan penguatan namun kemudian bergerak ke zona negatif hingga penutupan sesi perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG bertahan di zona merah hingga penutupan.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, satu sektor mengalami kenaikan yaitu sektor kesehatan yang naik sebesar 0,21 persen. Sementara itu, sepuluh sektor mengalami penurunan, dengan sektor teknologi mengalami penurunan paling dalam yaitu minus 2,24 persen, diikuti oleh sektor transportasi & logistik dan sektor barang baku masing-masing minus 1,73 persen dan 1,04 persen.
Saham-saham yang mengalami kenaikan terbesar antara lain TOPS, TAXI, PAMG, PTPS, dan HUMI, sedangkan saham-saham yang mengalami penurunan terbesar antara lain CAMP, BATR, HYGN, PRIM, dan PSAB.
Frekuensi perdagangan saham mencapai 894.969 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 19,88 miliar lembar saham senilai Rp10,43 triliun. Sebanyak 141 saham mengalami kenaikan, 418 saham mengalami penurunan, dan 224 saham stagnan.
Di bursa saham regional Asia, indeks Nikkei mengalami penurunan sebesar 258,10 poin atau 0,66 persen ke 38.876,69, indeks Hang Seng turun 238,50 poin atau 1,31 persen ke 17.937,83, indeks Shanghai menguat 9,41 poin atau 0,31 persen ke 3.037,46, dan indeks Strait Times turun 1,77 poin atau 0,05 persen ke 3.307,43. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.