KABARBURSA.COM - Penurunan yang signifikan terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang perdagangan hari ini. Pada awal Sesi II, IHSG telah turun sebesar 103,71 poin atau setara dengan 1,45 persen, mencapai level 7.063.
Tanda-tanda pelemahan IHSG sudah terlihat sejak awal perdagangan pagi, ketika IHSG dibuka dengan penurunan lebih dari 0,96 persen ke level 7.101. Penurunan ini semakin dalam selama perdagangan pagi, bahkan sempat menyentuh level 7.036.
Data dari Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa volume transaksi didominasi oleh aksi jual, mencapai 10,93 miliar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp6,31 triliun. Frekuensi transaksi mencapai 797 ribu kali.
IHSG turun seiring dengan penurunan pada beberapa bursa Asia lainnya. Di antaranya adalah Weighted Index (Taiwan), NIKKEI225 (Tokyo), TOPIX (Jepang), SETI (Thailand), KOSPI (Korea Selatan), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), PSEI (Filipina), Hang Seng (Hong Kong), CSI300 (China), Shenzhen Comp. (China), Straits Times (Singapura), Shanghai Composite (China), dan SENSEX (India), yang masing-masing terpangkas sebesar 3,81 persen, 2,67 persen, 1,91 persen, 1,84 persen, 1,64 persen, 1,35 persen, 1,23 persen, 0,99 persen, 0,87 persen, 0,87 persen, 0.44 persen, 0,41 persen, dan 0,34 persen.
Dengan demikian, IHSG adalah indeks dengan pelemahan terdalam ke-enam di Asia.
Sentimen yang mewarnai laju indeks Asia hari ini adalah datang dari makin meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang memicu investor untuk menghindari aset-aset berisiko, seperti saham.
Pada Jumat 19 April 2024, Israel melancarkan serangan misil ke Iran kurang dari sepekan setelah serangan roket dan drone Teheran, menurut dua pejabat Amerika Serikat mengabarkan.
Sebuah ledakan terdengar di kota pusat Iran, Isfahan, kantor berita semi-resmi Fars melaporkan, di tengah meningkatnya kekhawatiran akan pembalasan Israel.
Penerbangan ditangguhkan di Isfahan dan kota-kota Iran, Teheran dan Shiraz, serta bandara-bandara di seluruh perbatasan barat negara itu, kantor berita Iran Mehr juga melaporkan.
Mengutip pemberitaan AlJazeera, Jumat, televisi Pemerintah Iran melaporkan adanya ledakan di Isfahan.
Atas kejadian tersebut, Pemerintah Australia mendesak warganya untuk meninggalkan Israel. Imbauan tersebut disampaikan menyusul laporan terkait serangan Israel terhadap Iran.
"Ada ancaman besar pembalasan militer dan serangan terhadap Israel, dan kepentingan Israel di kawasan ini. Situasi keamanan bisa memburuk dengan cepat," kata Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia di akun SmartTraveller di X.
"Kami mendesak warga Australia yang berada di Israel atau wilayah pendudukan Palestina untuk pergi," tegasnya.
Sentimen selanjutnya, data perekonomian terbaru Amerika Serikat yang keluar lebih baik juga lebih kokoh dari perkiraan pasar menambah skeptisisme tentang ‘Kapan’ pelonggaran kebijakan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed), menyusul serangkaian komentar Hawkish dari para pejabat baru-baru ini.
Gubernur Federal Reserve Bank of New York, John Williams mengatakan, bahwa tidak perlu terburu-buru untuk menurunkan suku bunga dan data ekonomi akan menentukan waktunya.
Williams mengatakan bahwa kebijakan moneter berada di "Tempat yang baik." Ketika ditanya tentang kemungkinan menaikkan biaya pinjaman, Williams mengatakan hal itu bukanlah ekspektasi awal, tetapi menambahkan bahwa hal itu mungkin saja terjadi jika data ekonomi mendukung untuk mencapai target inflasi The Fed.
Gubernur Federal Reserve Jerome Powell pada Selasa mengisyaratkan kekuatan berkelanjutan di pasar tenaga kerja dan kurangnya kemajuan dalam pengendalian inflasi dapat menyebabkan pembuat kebijakan mempertahankan suku bunga tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Bahkan Gubernur The Fed Minneapolis Neel Kashkari menilai, bukan tidak mungkin suku bunga acuan Federal Fund Rate akan dipertahankan sepanjang tahun ini terutama apabila data inflasi tidak memperlihatkan terjadinya penurunan.
Sebelumnya, Gubernur The Fed Bank of Cleveland Loretta Mester memberi pernyataan yang seolah-olah memberi sinyal agar para pelaku pasar bersiap apabila tahun ini pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat mungkin tidak akan sesuai seperti harapan sebelumnya.