KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penguatan setelah sebelumnya mengalami tekanan jual. Salah satu sentimen yang menjadi perhatian pasar adalah kebijakan buyback saham oleh emiten tanpa perlu melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Founder WH Project, William Hartanto, menilai kebijakan buyback ini bisa menjadi sentimen positif, tetapi efektivitasnya tetap bergantung pada keputusan masing-masing emiten. Emiten harus mempertimbangkan kesiapan dana serta kondisi pasar sebelum melakukan buyback.
“Emiten bisa buyback tanpa RUPS, tapi apakah mereka akan melakukannya atau tidak, itu kembali pada pertimbangan mereka sendiri. Mereka harus melihat apakah dana yang dimiliki cukup serta bagaimana kondisi pasar saat ini,” ujar William dalam Dialog Analis di program Kabar Bursa Hari Ini, Rabu, 19 Maret 2025.
Ia menjelaskan bahwa dalam kondisi pasar yang penuh kepanikan, tekanan jual yang tinggi bisa membuat buyback kurang efektif. Jika pasar masih didominasi sentimen negatif, buyback hanya akan menjadi sarana menampung aksi jual investor panik tanpa benar-benar mendorong harga saham naik secara signifikan.
Selain itu, William menekankan pentingnya pengumuman resmi dari emiten terkait besaran dana yang dialokasikan untuk buyback serta pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham dalam enam bulan ke depan. Jika buyback mampu menahan tekanan jual dan stabilisasi harga saham, hal ini bisa meningkatkan optimisme investor ritel yang cenderung melakukan trading jangka pendek.
Di sisi lain, William juga menyoroti peran investor asing dalam menentukan kepercayaan pasar. Menurutnya, aktivitas investor asing dalam membeli atau menjual saham dalam jumlah besar menjadi indikator utama sentimen pasar. Saham yang terus mengalami tekanan jual dari investor asing perlu diwaspadai oleh pelaku pasar.
“Jika ada saham yang mengalami net sell asing dalam jumlah besar dan terus berulang setiap hari, ini patut diwaspadai. Sebaliknya, saham yang masih memiliki tren penguatan layak untuk dipantau,” tambahnya.
Dengan kondisi pasar yang masih fluktuatif, William menyarankan investor untuk bersikap wait and see. Tren transaksi harian IHSG yang turun di bawah Rp10 triliun menunjukkan bahwa banyak pelaku pasar juga memilih untuk menunggu kejelasan sentimen sebelum mengambil keputusan investasi lebih lanjut.
IHSG Rebound tapi Uptrend Masih Jauh
Sementara itu, William menilai kondisi IHSG rebound merupakan fenomena yang lazim terjadi di pasar saham.
“Kalau turunnya signifikan seperti kemarin, akan ada teknikal rebound. Jadi ini kondisi yang sudah umum terjadi dan sudah terekspektasi untuk hari ini, walaupun memang masih di bawah level psikologi,” ujar William.
Menurutnya, IHSG berpotensi mencapai level psikologis dalam sisa dua hari perdagangan pekan ini, meskipun kemungkinan tersebut masih terbatas. Salah satu sentimen yang disambut positif oleh pasar adalah kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengizinkan buyback saham oleh emiten untuk meredam tekanan jual.
“Hal ini memicu optimisme pasar karena ada peran dari emiten dalam membeli sahamnya sendiri. Namun, volume perdagangan hari ini masih kecil, sehingga penguatan yang terjadi diperkirakan masih bersifat terbatas,” jelasnya.
William menambahkan bahwa sejak November 2024, tren IHSG cenderung melemah dan belum menunjukkan tanda-tanda perubahan menuju tren naik. “Pergerakan IHSG masih dalam tren pelemahan dan belum kembali ke fase uptrend,” pungkasnya.
Dengan kondisi ini, investor diimbau untuk tetap mencermati pergerakan pasar dan mempertimbangkan berbagai faktor sebelum mengambil keputusan investasi.
Salah satu sentimen positif datang dari kebijakan OJK yang mengizinkan buyback saham oleh emiten, meski volume perdagangan yang masih rendah membuat pemulihan belum cukup kuat.
Tren IHSG sejak November 2024 masih menunjukkan pelemahan, sehingga investor disarankan tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi.
Buyback Saham Tanpa RUPS
OJK resmi memberlakukan buyback saham tanpa mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, mengatakan kebijakan tersebut diambil untuk menstabilkan pasar. Seperti diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat dibekukan sementara pada Rabu, 19 Maret 2025.
"Kami mengumumkan kebijakan perusahaan terbuka dapat melakukan pembelian kembali saham atau buyback tanpa memperoleh persetujuan RUPS sesuai dengan Ketentuan 7 POJK No. 13 Tahun 2023," jelasnya dalam konferensi pers di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa, 19 Maret 2025.
Dalam mengimplementasikan kebijakan itu, perusahaan harus memenuhi ketentuan PJOK No.29 tahun 2023, tentang pembelian kembali saham yang dikeluarkan oleh perusahaan terbuka.
Inarno menjelaskan buyback saham tanpa RUPS ini akan berlaku hingga 6 bulan setelah tanggal surat ketika dikeluarkan oleh OJK yakni pada 18 Maret 2025.
Dia berharap kebijakan buyback tanpa RUPS dapat memberikan sinyal positif dengan memberikan market confident kepada para investor.
"Serta memberikan fleksibilitas bagi perusahaan terbuka dalam melakukan aksi korporasi untuk mengurangi tekanan harga saham," ujarnya.
Langkah ini merupakan salah satu kebijakan yang sering dikeluarkan oleh OJK di sektor pasar modal. Inarno mengklaim, cara ini dapat memberikan fleksibilitas bagi emiten untuk menstabilkan harga saham.
Lebih jauh dia mengakui, kondisi pasar saat penuh dengan tantangan. Namun dirinya yakin bahwa dengan kerjasama yang erat antara regulator, pelaku pasar, dan seluruh pemangku kepentingan, pihaknya dapat melewati fase ini dengan baik.
"Kami sebagai regulator juga akan terus melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala serta memastikan seluruh langkah kebijakan yang dilaksanakan secara transparan dan dapat menjaga keseimbangan di pasar terhadap pelaksanaan kebijakan buyback tanpa RUPS," ujarnya. (*)