KABARBURSA.COM - PT Multi Spunindo Jaya Tbk (MSJA) mengumumkan rencana pembelian kembali saham atau buyback sebagai langkah antisipatif dalam menjaga stabilitas harga saham di tengah ketidakpastian pasar.
Direktur PT Multi Spunindo Jaya Tbk, Roslin Oktavia Basuki, mengatakan rencana pembelian saham kembali dilakukan dengan mengacu pada ketentuan POJK No. 13 Tahun 2023 dan POJK No. 29 Tahun 2023 yang memungkinkan perusahaan terbuka melakukan buyback tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Menurut dia buyback merupakan bentuk komitmen Perseroan dalam melindungi nilai pemegang saham dan menciptakan struktur permodalan yang lebih optimal.
“Perseroan tidak akan memberikan dampak material terhadap kegiatan usaha Perseroan, termasuk dampak terhadap penurunan pendapatan. Hal ini mengingat Perseroan memiliki modal kerja dan arus kas yang cukup untuk melakukan pembiayaan transaksi bersamaan dengan kegiatan usaha ,” ujar Roslin dalam keterangan resminya dikutip Rabu, 14 Mei 2025.
Periode pelaksanaan buyback akan berlangsung selama tiga bulan, mulai 14 Mei hingga 13 Agustus 2025, dengan jumlah saham yang dibeli kembali sebanyak-banyaknya 7 persen dari modal disetor. Dana yang disiapkan mencapai USD3.262.808 atau USD3,2 juta, seluruhnya berasal dari kas internal tanpa melibatkan pinjaman atau hasil penawaran umum.
Perseroan akan menyimpan saham hasil buyback sebagai saham treasury selama maksimal tiga tahun. "Pembelian dilakukan baik secara bertahap maupun sekaligus, melalui maupun di luar Bursa Efek Indonesia, dengan mempertimbangkan kondisi pasar dan peraturan yang berlaku," ujar dia.
Buyback saham atau pembelian kembali saham menjadi strategi perusahaan dalam menstabilkan harga saham yang tengah mengalami tekanan di pasar.
Analis Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai aksi korporasi ini dapat menjadi katalis positif, namun investor perlu mencermati eksekusi buyback secara saksama.
Nafan menjelaskan bahwa buyback saham bertujuan untuk memperkuat performa harga saham agar lebih mencerminkan nilai fundamentalnya. Namun, menurutnya, hingga saat ini belum ada informasi pasti terkait harga pelaksanaan buyback.
"Kita belum tahu di harga berapa buyback akan dieksekusi. Jadi, investor harus mencermati pergerakan harga sahamnya. Jika harga saham terus turun di bulan Maret, bisa jadi buyback belum terlaksana. Sebaliknya, jika harga mulai naik signifikan, ada kemungkinan buyback sudah dilakukan," kepada Kabarbursa.com pada Jumat, 28 Februari 2025.
Menurutnya, selain memperkuat fundamental, buyback juga berperan dalam menjaga likuiditas saham serta memberikan sinyal positif bagi investor retail. Dengan adanya aksi ini, perusahaan menunjukkan komitmennya dalam menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) untuk meningkatkan kepercayaan pasar.
"Buyback saham juga dapat mendorong investor retail untuk mempertimbangkan akumulasi beli, karena ini bagian dari strategi perusahaan dalam menjaga stabilitas harga sahamnya," kata Nafan.
Ke depan, investor disarankan untuk memantau perkembangan aksi buyback ini serta melihat bagaimana dampaknya terhadap pergerakan saham dan kondisi pasar secara keseluruhan.(*)
Dampak terhadap Kinerja Keuangan Multi Spunindo Jaya
Manajemen MSJA menyatakan bahwa pelaksanaan buyback tidak akan memberikan dampak negatif yang material terhadap kondisi keuangan Perseroan.
Berdasarkan laporan keuangan audited per 31 Desember 2024, total aset MSJA akan berkurang sekitar 2,8 persen, dari sebelumnya USD111,8 juta menjadi USD108,6 juta setelah buyback. Ekuitas perusahaan juga turun dari USD87,5 juta menjadi USD84,3 juta.
Namun demikian, tidak terdapat perubahan pada laba bersih, yang tetap berada di angka USD5,6 juta. Karena jumlah saham beredar akan berkurang, laba bersih per saham justru mengalami peningkatan dari USD0,00094 menjadi USD0,00096.
Kinerja rasio profitabilitas pun mengalami perbaikan, di mana Return on Assets (ROA) naik dari 5,00 persen menjadi 5,15 persen, dan Return on Equity (ROE) meningkat dari 6,39 persen menjadi 6,64 persen.
“Dengan kondisi keuangan yang solid, aksi buyback ini tidak akan mengganggu operasional maupun rencana ekspansi jangka panjang kami,” tambah Roslin.
MSJA memastikan bahwa saham treasury hasil buyback tidak akan memiliki hak suara dalam RUPS, tidak memperoleh dividen, dan tidak diperhitungkan dalam kuorum RUPS, sebagaimana diatur dalam ketentuan POJK. Perseroan juga menyampaikan bahwa aksi korporasi ini dilakukan secara transparan dan sesuai prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG).
MSJA merupakan perusahaan manufaktur di bidang industri nonwoven, yang memproduksi lembaran nonwoven untuk berbagai sektor industri, termasuk kesehatan, konstruksi, dan pertanian. Produk-produk nonwoven yang dihasilkan oleh perusahaan ini digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan popok, pembalut wanita, masker dan lainnya.
Perusahaan ini beroperasi dengan pendekatan business-to-business (B2B) dan memiliki fasilitas produksi yang luas di Desa Jabaran, Kecamatan Balongbendo, Krian, Sidoarjo, Jawa Timur.
Sementara untuk laporan keuangannya per akhir kuartal I-2025, MSJA membukukan laba bersih sebesar Rp5 miliar, relatif stabil dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Meski pendapatan menurun sebesar 5,8 persen secara tahunan (year-on-year) menjadi Rp1,070 miliar dalam 12 bulan terakhir (TTM), laba bersih tetap mampu mencapai Rp88 miliar. Margin laba bersih perusahaan saat ini tercatat 2 persen, sedangkan margin laba kotor berada di level 14,57 persen.
MSJA mencatat arus kas operasi sebesar Rp103 miliar dan arus kas bebas (free cash flow) Rp35 miliar. Posisi kas perusahaan sangat sehat dengan saldo kas kuartalan mencapai Rp350 miliar, sementara total utang hanya Rp217 miliar.
Bahkan, posisi kas bersih (net debt) negatif Rp132 miliar menunjukkan bahwa perusahaan memiliki likuiditas tinggi dan nyaris tanpa tekanan utang. Rasio lancar (current ratio) mencapai 2,83, sedangkan debt-to-equity ratio hanya 0,15, mencerminkan struktur permodalan yang konservatif.
Menariknya, MSJA tetap konsisten membagikan dividen tunai sebesar Rp5,00 per saham, dengan tanggal ex-dividend pada 28 Juni 2024 dan pembayaran pada 19 Juli 2024. Namun, rasio pembayaran dividen (payout ratio) melonjak menjadi 143,49 persen dari laba bersih, menunjukkan perusahaan membagikan dividen di atas kemampuan laba tahunan, praktik yang bisa positif bagi investor jangka pendek, namun perlu dicermati dari sisi keberlanjutan.
Pantauan Kabarbursa.com hari ini Rabu, 14 Mei 2025 harga saham MSJA di level Rp298 per lembarnya atau naik 1.36 persen.
Valuasi Saham MSJA, Apakah Sudah Mahal?
Dari sisi valuasi, saham MSJA terbilang premium. Rasio price-to-earnings (PE) TTM berada di level 20, jauh di atas median IHSG yang hanya 7,87. Bahkan, PE annualisasi lebih tinggi lagi, menyentuh 85,52. Rasio price-to-book value (PBV) di 1,24 masih dalam batas wajar, namun price-to-free cashflow menyentuh 50,70 dan price-to-cashflow berada di level 16,94.
Rasio PEG (Price/Earnings to Growth) juga negatif di -0,59, menunjukkan pertumbuhan laba yang stagnan atau menurun. Hal ini diperkuat oleh data pertumbuhan laba bersih yang turun 5,26 persen dan penurunan laba kotor sebesar 17,26 persen dalam laporan kuartal terbaru.
Dengan kapitalisasi pasar Rp1,753 triliun dan enterprise value Rp1,662 triliun, valuasi MSJA cenderung mahal untuk skala fundamental yang moderat. Earnings yield hanya 5 persen, relatif rendah jika dibandingkan imbal hasil obligasi atau aset lain yang kurang berisiko.
Dari sisi harga, saham MSJA mengalami penurunan sebesar 11,31 persen secara year-to-date (YtD), dan minus 1,32 persen dalam setahun terakhir. Saat ini saham diperdagangkan di kisaran Rp298—masih cukup jauh dari level tertinggi 52 minggu di Rp440, namun belum menyentuh level terendah Rp252.
Piotroski F-Score MSJA tercatat cukup baik di angka 7 dari 9, menandakan kekuatan fundamental perusahaan. Namun, Relative Strength Rating hanya 26 persen, mencerminkan lemahnya momentum harga saham dibandingkan pasar secara umum.
Secara fundamental, MSJA adalah perusahaan dengan keuangan yang solid, arus kas sehat, dan minim utang. Namun, dari sisi valuasi, saham ini cenderung mahal, dengan PE dan price-to-cashflow yang tinggi serta pertumbuhan laba yang melambat. Pembagian dividen tetap menjadi daya tarik, walau payout ratio tinggi perlu dicermati.
Untuk investor jangka panjang, saham ini lebih cocok bagi mereka yang mengutamakan kestabilan fundamental daripada potensi pertumbuhan atau valuasi murah.
Saham MSJA bisa dikategorikan mahal secara valuasi, namun aman secara fundamental. Cocok untuk portofolio defensif, tapi kurang ideal bagi investor yang mencari pertumbuhan agresif. (*)