Logo
>

Cadangan Nikel RI Tertinggi, Capai 17,3 miliar Ton di 2023

Ditulis oleh KabarBursa.com
Cadangan Nikel RI Tertinggi, Capai 17,3 miliar Ton di 2023

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Badan Geologi mengumumkan bahwa total sumber daya bijih nikel di Indonesia mencapai 17,3 miliar ton, dengan sumber daya logam nikel sebesar 174,2 juta ton pada 2023.

    Cadangan bijih nikel Indonesia tercatat sebesar 5 miliar ton, sementara cadangan logamnya mencapai 77 juta ton. Produksi nikel Indonesia pada tahun 2023 adalah 175 juta ton.

    "[Data] nikel hanya 54 persen saja yang melaporkan data angka-angka ke kami berasal dari laporan eksplorasi, laporan MS maupun laporan rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB)," ujar Ketua Tim Kerja Keprospekan dan Evaluasi Sumber Daya dan Cadangan Mineral-PSDMBP Moehamad Awaludin dalam agenda Kolokium Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Minerba dan Panas Bumi 2023 yang disiarkan secara virtual, dikutip Jumat 2 Agustus 2024.

    Awaludin menambahkan bahwa data sumber daya dan cadangan minerba Indonesia dicantumkan dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 132.KG/L.01/MEM.G/2024 tentang Neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral dan Batu Bara.

    Tahun 2024 menjadi periode penting bagi industri pertambangan Indonesia, dengan berbagai keuntungan yang dapat diperoleh dari hasil tambang.

    Sektor pertambangan berkontribusi signifikan terhadap pendapatan negara melalui pajak dan royalti. Dengan tingginya harga komoditas seperti nikel dan tembaga, pemerintah berpotensi mendapatkan pemasukan lebih besar dari sektor ini. Pendapatan tambahan ini sangat penting untuk mendanai berbagai program pembangunan dan infrastruktur di seluruh negeri.

    Ketersediaan sumber daya mineral yang melimpah menarik minat investor asing dan domestik. Investasi dalam sektor pertambangan dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan keterampilan tenaga kerja, dan merangsang pertumbuhan ekonomi di daerah penghasil tambang.

    Hasil tambang yang meningkat mendukung pembangunan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, dan fasilitas transportasi. Infrastruktur yang baik tidak hanya mempermudah proses ekstraksi dan distribusi mineral tetapi juga memperkuat konektivitas antarwilayah, mendorong pertumbuhan ekonomi regional.

    Indonesia sebagai salah satu penghasil utama komoditas mineral dunia, seperti nikel dan tembaga, menikmati manfaat dari ekspor yang kuat. Permintaan global yang tinggi untuk logam-logam ini memperbaiki neraca perdagangan Indonesia dan memperkuat posisi ekonomi negara di pasar internasional.

    Keberhasilan sektor pertambangan berperan dalam diversifikasi ekonomi Indonesia, mengurangi ketergantungan pada sektor-sektor lain seperti minyak dan gas. Diversifikasi ini membantu menstabilkan ekonomi terhadap fluktuasi harga komoditas global dan krisis ekonomi internasional.

    Dengan adanya pendapatan dari sektor tambang, pemerintah dapat meningkatkan program-program sosial dan kesejahteraan masyarakat. Investasi dalam pendidikan, kesehatan, dan fasilitas umum di daerah penghasil tambang memberikan manfaat langsung bagi penduduk lokal.

    Permintaan tinggi akan teknologi tambang yang efisien dan ramah lingkungan mendorong inovasi di sektor ini. Perusahaan tambang yang berinvestasi dalam teknologi baru tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga mengurangi dampak lingkungan, yang sejalan dengan upaya keberlanjutan global.

    Dengan keuntungan-keuntungan tersebut, tahun 2024 menjadi kesempatan emas bagi Indonesia untuk memaksimalkan potensi sektor pertambangan dan memperkuat fondasi ekonomi nasional.

    Dengan harga komoditas yang tinggi dan permintaan global yang kuat, pendapatan negara dari sektor tambang pada tahun 2024 diperkirakan mengalami peningkatan signifikan. Kinerja sektor tambang, yang mencakup nikel, tembaga, bauksit, dan emas, diharapkan memberikan kontribusi yang stabil terhadap anggaran negara, membantu mendanai berbagai program pembangunan dan kebijakan ekonomi.

    Pendapatan negara dari sektor tambang sebagian besar berasal dari royalti dan pajak yang dikenakan kepada perusahaan-perusahaan tambang. Royalti tambang, yang dihitung berdasarkan volume atau nilai komoditas yang ditambang, memberikan aliran pendapatan langsung ke kas negara. Selain itu, pajak penghasilan perusahaan tambang juga menyumbang bagian penting dari total pendapatan negara.

    Indonesia, sebagai salah satu penghasil utama komoditas seperti nikel, tembaga, dan bauksit, mendapatkan pendapatan tambahan dari pajak ekspor. Kenaikan harga komoditas di pasar internasional berpotensi meningkatkan pajak ekspor yang diterima oleh pemerintah, memperkuat neraca perdagangan dan pendapatan negara.

    Dengan banyaknya investasi asing yang masuk ke sektor pertambangan, negara menerima pendapatan dari berbagai biaya dan pungutan yang terkait dengan kegiatan investasi. Investasi asing tidak hanya membawa modal tetapi juga mendorong pembangunan infrastruktur yang dapat menguntungkan ekonomi lokal dan negara secara keseluruhan.

    Pemerintah juga mendapatkan pendapatan dari biaya izin dan lisensi yang dibayar oleh perusahaan tambang untuk eksplorasi dan produksi. Biaya ini mencakup izin lingkungan, izin penambangan, dan lisensi eksplorasi yang diperlukan untuk operasional tambang.

    Beberapa perusahaan tambang juga berpartisipasi dalam program Corporate Social Responsibility (CSR), yang mendukung berbagai inisiatif sosial dan lingkungan. Meskipun tidak langsung berkontribusi pada pendapatan negara, program CSR ini memperkuat hubungan antara perusahaan tambang dan masyarakat lokal, menciptakan dampak positif yang lebih luas.

    Cadangan Komoditas Minerba:

    Nikel

    • Sumber daya bijih: 17,3 miliar ton
    • Sumber daya logam: 174,2 juta ton
    • Cadangan bijih: 5 miliar ton
    • Cadangan logam: 55 juta ton
    • Produksi 2023: 175 juta ton

    Tembaga

    • Sumber daya bijih: 15,8 miliar ton
    • Sumber daya logam: 66,1 juta ton
    • Cadangan bijih: 3 miliar ton
    • Cadangan logam: 20,2 juta ton
    • Produksi 2023: 132 juta ton

    Timah

    • Sumber daya bijih: 7,3 miliar ton
    • Sumber daya logam: 2,5 juta ton
    • Cadangan bijih: 6,9 miliar ton
    • Cadangan logam: 2,2 juta ton
    • Produksi 2023: 67 ribu ton

    Bauksit

    • Sumber daya bijih: 6,2 miliar ton
    • Sumber daya logam: 1,1 miliar ton
    • Cadangan bijih: 3,1 miliar ton
    • Cadangan logam: 533 juta ton
    • Produksi 2023: 7 juta ton

    Emas Primer

    • Sumber daya bijih: 16,4 miliar ton
    • Sumber daya logam: 12,2 ribu ton
    • Cadangan bijih: 3,8 miliar ton
    • Cadangan logam: 3,3 ribu ton
    • Produksi logam 2023: 69 ton

    Logam Tanah Jarang

    • Sumber daya bijih: 136 juta ton
    • Sumber daya logam: 118 ribu ton. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi