Logo
>

CDIA Masih Diincar Orang Dalam, Berikut Rincian Transaksinya

Setelah IPO, CDIA jadi sorotan usai dua pejabat internal membeli puluhan juta lembar saham. Aksi ini dinilai sebagai sinyal optimisme jangka panjang.

Ditulis oleh Desty Luthfiani
CDIA Masih Diincar Orang Dalam, Berikut Rincian Transaksinya
Ilustrasi: Fasilitas milik Chandra Asri Pacific atau TPIA. (Foto: Dok. Chandra Asri)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Gelombang aksi beli oleh jajaran manajemen dan komisaris PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) terus berlanjut. Setelah sebelumnya Jonathan Kandinata, salah satu direktur aktif perusahaan, memborong 5 juta saham pada 17 Juli 2025, kini giliran Andre Khor Kah Hin.

    Komisaris independen sekaligus eksekutif senior dari induk usaha CDIA itu memperkuat kepemilikan langsung di emiten infrastruktur ini dengan membeli 15 juta saham senilai Rp12 miliar.

    Langkah ini mempertegas tren akumulasi oleh internal perusahaan terhadap saham CDIA yang belum lama ini melantai di Bursa Efek Indonesia. 

    CDIA resmi melakukan penawaran umum perdana (IPO) pada 9 Juli 2025, dengan harga penawaran Rp620 per saham. Hanya dalam waktu kurang dari tiga pekan, saham ini telah melonjak signifikan dan menarik perhatian investor ritel maupun institusional.

    Jonathan Kandinata tercatat membeli saham CDIA pada 17 Juli 2025 sebanyak 5 juta lembar dengan harga Rp800 per saham. Nilai total transaksinya mencapai Rp4 miliar. Dalam keterangannya kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jonathan menyebut bahwa transaksi tersebut bersifat investasi dan merupakan kepemilikan langsung, tanpa status pengendalian atas perusahaan.

    Jika dibandingkan dengan harga IPO, harga pembelian Jonathan lebih tinggi sekitar 29 persen. Langkah ini diklaim sebagai tanda tingginya keyakinan terhadap prospek jangka menengah CDIA.

    Transaksi ini terjadi dua hari setelah harga saham CDIA diperdagangkan stabil di kisaran Rp795, sebelum mengalami penguatan lanjutan menuju Rp820 pada 23 Juli 2025, sehari sebelum laporan kepemilikan resmi diumumkan.

    Jonathan Kandinata sendiri bukan figur yang sering disorot di pasar modal Indonesia, namun pembeliannya atas saham CDIA langsung menarik perhatian. Pasalnya, CDIA merupakan bagian dari strategi korporasi Grup Chandra Asri dalam memperluas diversifikasi bisnis ke sektor logistik, ekspor digital, dan internet wholesale melalui anak usaha PT Indonesia Jasa Ekspor (IJE). CDIA berperan sebagai holding company dari lini bisnis strategis ini.

    Langkah Jonathan kini disusul oleh Andre Khor Kah Hin asal Malaysia, komisaris independen yang juga menjabat sebagai Direktur di PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), pemilik mayoritas saham CDIA.

    Dalam laporan pembeliannya di keterbukaan informasi, Andre melakukan pembelian 15 juta saham CDIA pada 21 Juli 2025 dengan harga yang sama, yakni Rp800 per saham. Transaksi ini membuatnya secara resmi menggenggam 0,012 persen saham CDIA secara langsung.

    Andre Khor dikenal luas di lingkungan korporasi Asia Tenggara. Sebelum bergabung dengan Chandra Asri Group, ia berkarier panjang di Shell selama lebih dari satu dekade dan sempat menjabat sebagai eksekutif di Golden Agri Resources, anak usaha Grup Sinarmas di sektor agribisnis. Kiprahnya di Chandra Asri dimulai sejak 2019 sebagai bagian dari restrukturisasi tata kelola perusahaan dan ekspansi bisnis nonpetrokimia grup tersebut.

    Dalam laporan kepada OJK, Andre menyampaikan bahwa pembelian saham CDIA ini bertujuan investasi jangka panjang. Harga pembelian sebesar Rp800 per saham juga menunjukkan Andre masuk di saat saham CDIA tengah mengalami tren konsolidasi, setelah mencetak reli tajam dari harga IPO-nya yang hanya Rp620 per saham.

    Setelah IPO, saham CDIA sempat naik tajam hingga menyentuh level Rp1.515 pada pertengahan Juli 2025. Kenaikan diklaim mencerminkan minat pasar terhadap perusahaan yang fokus pada pengembangan infrastruktur strategis seperti pelabuhan, penyimpanan energi, pengelolaan air bersih, dan logistik kawasan industri.

    Namun, dengan hanya sekitar 10 persen saham yang beredar di publik, volatilitas harga CDIA tetap tinggi, sehingga aksi beli dari pihak internal menjadi penting sebagai sinyal stabilisasi.

    Corporate Secretary CDIA, Jaka Dibya Ananta Satari, menegaskan bahwa seluruh transaksi kepemilikan saham oleh direksi dan komisaris telah dilaporkan sesuai dengan ketentuan Peraturan OJK Nomor 04 Tahun 2024 tentang Laporan Kepemilikan dan Perubahan Kepemilikan Saham Perusahaan Terbuka.

    “Setiap pembelian atau perubahan kepemilikan saham oleh manajemen harus transparan dan dilaporkan dalam waktu 5 hari kerja sejak transaksi dilakukan,” ujarnya dikutip Senin, 28 Juli 2025.

    Baik Jonathan maupun Andre tercatat membeli saham dengan harga yang masih lebih rendah dibandingkan rata-rata perdagangan harian CDIA sejak pertengahan Juli. Hal ini memberi sinyal bahwa internal perusahaan menilai valuasi CDIA masih berada dalam zona wajar dan memiliki ruang pertumbuhan lebih lanjut, seiring realisasi proyek-proyek infrastruktur strategis dalam pipeline bisnis grup.

    Dengan langkah pembelian dari jajaran internal ini, CDIA menjadi salah satu emiten yang menunjukkan sinyal kepercayaan tinggi dari manajemen terhadap kinerja jangka panjang perusahaan. Pasar akan terus memantau apakah langkah ini akan diikuti oleh aksi korporasi lainnya seperti penambahan proyek strategis, pembentukan anak usaha baru, atau perluasan jaringan logistik di luar Jawa.

    Kini, setelah aksi Jonathan dan Andre, pelaku pasar akan mencermati kemungkinan akumulasi lanjutan dari pemegang saham lainnya atau bahkan konsolidasi saham oleh investor institusional. Bagi investor ritel, perkembangan ini menjadi salah satu penanda penting bahwa CDIA sedang menyiapkan fondasi untuk menjadi emiten infrastruktur dengan valuasi yang berkelanjutan.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Desty Luthfiani

    Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

    Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

    Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

    Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".