KABARBURSA.COM - PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) menggelar public expose insidentil pada Senin, 28 April 2025, untuk menjelaskan kondisi terbaru perusahaan kepada publik.
Acara tersebut dilaksanakan setelah saham CENT mengalami lonjakan aktivitas perdagangan yang tidak biasa (Unusual Market Activity/UMA) berdasarkan pengumuman Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 17 April 2025 lalu.
Menyusul hal itu, BEI diketahui telah menghentikan sementara perdagangan saham CENT di pasar reguler dan pasar tunai mulai 23 April 2025 untuk memberikan perlindungan bagi investor.
Sebagai tindak lanjut, BEI juga mengirimkan surat permintaan resmi kepada CENT pada 23 April 2025 untuk menyelenggarakan public expose insidentil agar mereka memberikan penjelasan kepada para pemegang saham dan investor sebenarnya bagaimana kondisi perusahaan mereka.
Direktur Utama CENT, Yan Raymond Jafri, menjelaskan bagaimana cara perusahaannya bekerja. Ia memaparkan perseroannya telah berdiri sejak 1987 dengan nama awal PT Sentrin Utama, kemudian mereka mengalami beberapa kali perubahan nama hingga akhirnya menjadi Centratama pada tahun 2013.
CENT bergerak di bidang infrastruktur telekomunikasi dengan empat entitas anak yaitu PT Centratama Menara Indonesia (CMI) dan PT EPID Menara Assetco (EMA) di bidang infrastruktur menara, PT Max Sarana Jaya (MSJ) untuk layanan in-building distributed antenna system (IBS/IBC), serta PT Fastel Sarana Indonesia (FSI) untuk jaringan kabel serat optik.
Struktur pemegang saham CENT per 31 Desember 2024 mencatat EPID Holdings Pte Ltd sebagai pemegang saham utama dan pengendali dengan kepemilikan sebesar 92,169 persen. Sementara jajaran direksi dan komisaris diisi oleh figur profesional, antara lain Yan Raymond Jafri (Direktur Utama), Caba Pinter, James John Burns dan Jacopo Rigamonti sebagai Direktur, serta Ronald Waas (Komisaris Utama Independen), Rizal Sattar, Arief Musta'in, Suresh Sidhu, dan Daragh O'Nell di jajaran komisaris.
Menanggapi dinamika saham CENT, Yan Raymond menegaskan bahwa seluruh pergerakan harga dan volume murni merupakan mekanisme pasar. "Perseroan tidak memiliki informasi, fakta, atau kejadian material lainnya yang belum kami sampaikan kepada publik yang dapat mempengaruhi nilai efek kami," ujar Yan secara daring pada Senin, 28 April 2025..
Sebagai bentuk transparansi, CENT telah melaporkan seluruh keterbukaan informasi kepada BEI dan OJK, termasuk laporan keuangan tahunan per 31 Desember 2024, pengumuman rencana RUPST dan RUPSLB, rencana perluasan kegiatan usaha entitas anak, serta rencana penyampaian laporan keuangan kuartal I 2025.
Ia menegaskan manajemen CENT berkomitmen untuk senantiasa menjaga kepatuhan terhadap seluruh peraturan dan ketentuan pasar modal yang berlaku.
Direktur CENT, Caba Pinter, menyebutkan bahwa perseroan membukukan pertumbuhan konsisten dari 2020 hingga 2024, didukung oleh strategi pertumbuhan organik dan inorganik. "Margin EBITDA kami stabil di kisaran 86,8 persen selama dua hingga tiga tahun terakhir berkat efisiensi biaya operasional dan pemeliharaan," ungkapnya.
Selain itu, CENT mencatat peningkatan arus kas operasi dan realisasi pendanaan tambahan sekitar Rp0,5 triliun sepanjang 2024.
Saat ini CENT mengelola 797 gedung IBS/IBC dengan rasio penyewa 1,66x, serta jaringan kabel serat optik sepanjang 2.776 km dengan tingkat ketersewaan ekuivalen 4.678 km (rasio 1,68x). Geografis distribusi aset menunjukkan konsentrasi terbesar di Pulau Jawa 55 persen untuk menara dan 74 persen untuk IBS.
Perseroan membukukan pertumbuhan jumlah site dengan compound annual growth rate (CAGR) sebesar 24 persen dalam empat tahun terakhir, dan pertumbuhan jumlah penyewa mencapai 25 persen.
Untuk rencana ke depan, ia menegaskan lima fokus utama yakni peningkatan rasio penyewaan, ekspansi organik dan in organik, peningkatan layanan pelanggan, perluasan infrastruktur fiber-to-the-tower untuk mendukung jaringan 4G dan 5G, serta pengembangan layanan power as a service untuk mendukung kebutuhan jaringan masa depan.
Perkuat Fundamental Bisnis
PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) menatap tahun 2025 dengan optimisme tinggi meski kinerja keuangannya masih dibayangi tantangan.
Direktur Utama CENT, Yan Raymond Jafri, menegaskan kesiapan perseroan memperkuat fundamental bisnis sekaligus membuka peluang pendanaan baru guna mendukung ekspansi jangka panjang.
Raymond menyampaikan bahwa opsi penggalangan dana, termasuk penerbitan obligasi atau efek bersifat utang, memang masuk dalam radar perusahaan. "Tentu opsi-opsi yang disebutkan terkait obligasi atau efek bersifat utang itu masuk dalam option yang kami pertimbangkan," kata Raymond dalam sesi tanya jawab dalam acara public expose yang digelar secara daring pada Senin, 28 April 2025.
"Tentu sekarang kita masih melihat sesuai dengan pertumbuhan dan kebutuhan dana dan tentu saja itu akan masuk dalam salah satu opsi yang akan kami pertimbangkan untuk jangka panjang," ujarnya, menambahkan.
CENT saat ini tengah mengandalkan lima pilar pengembangan bisnis yang diyakini dapat mendongkrak pendapatan (revenue) dan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA). Fokus utama perseroan adalah memperkuat arus kas dari pertumbuhan top line.
"Tentu itu akan membuat pertumbuhan top line dulu, revenue, kemudian EBITDA itu adalah dua hal yang paling utama sehingga cash flow dapat kami terus pastikan pertumbuhannya," ujar Raymond.
Kendati demikian, ia juga mengakui bahwa upaya untuk memulihkan kerugian tahun lalu tidak hanya bergantung pada operasional internal, melainkan juga faktor eksternal, seperti fluktuasi nilai tukar. "Dalam hal net loss atau kerugian yang disampaikan tentu itu kita juga bergantung dengan kondisi makro ekonomi yang ada, terutama forex exchange," tutur Raymond.
Lebih jauh, CENT juga mempersiapkan ekspansi baru dengan menambahkan bidang usaha melalui revisi Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), khususnya dalam penyediaan layanan kelistrikan atau power as a service. Layanan ini merupakan pengembangan dari infrastruktur pasif yang sudah disediakan perusahaan, mencakup pengelolaan listrik, rectifier, hingga baterai yang diperlukan oleh operator untuk mengoperasikan menara.
"Yang dimaksud dengan power as a service ini adalah instead of hanya menara, kami juga akan cover energi yang dibutuhkan ke listrik, rectifier, baterai yang diperlukan oleh operator untuk beroperasi di site kami," ungkap Raymond.
Melalui strategi ini, CENT berharap bisa menjadi penyedia infrastruktur terintegrasi bagi operator telekomunikasi, memperkuat posisi di pasar menara, in-building coverage, fiber optic, hingga persiapan menyambut ekspansi 5G di Indonesia. "Bisnis utama dari perseroan akan tetap di menara, kemudian in-building coverage dan fiber optic. Ini yang sekarang sedang kita fokuskan." kata dia.
Dengan konsumsi data yang terus melonjak dan rencana pemerintah mendorong adopsi 5G, CENT menilai permintaan terhadap infrastruktur baru akan meningkat signifikan. "Pertumbuhan setiap tahun akan terus ada. Dengan rencana pemerintah juga ke depannya akan menentukan spektrum 5G secara massive commercial akan membantu teman-teman operator di dalam menggelar 5G infrastruktur mereka, dan in the long run tentu mereka membutuhkan lebih banyak infrastruktur pool ataupun menara," papar Raymond.
Strategi lima pilar, ekspansi bisnis baru, dan opsi pendanaan strategis, perusahaan berada di jalur yang tepat untuk memperkuat performa finansial sekaligus menciptakan nilai tambah berkelanjutan bagi pemegang saham.
CENT adalah emiten yang di bidang infrastruktur telekomunikasi. Perusahaan ini terlah berdiri sejak 1987 lalu dengan nama yang berbeda. Kemudian resmi menggunakan identitas Centratama pada 2013.
Saat ini CENT memiliki empat anak entitas usaha yakni PT EPID Menara Assetco (EMA) di bidang infrastruktur menara, PT Max Sarana Jaya (MSJ) untuk layanan in-building distributed antenna system (IBS/IBC), serta PT Fastel Sarana Indonesia (FSI) untuk jaringan kabel serat optik.(*)