KABARBURSA.COM - Citigroup Inc melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) di Amerika Serikat (AS) minggu lalu, dalam rangka menyelesaikan restrukturisasi yang telah direncanakan. Raksasa keuangan ini telah menargetkan pemangkasan 20.000 pekerjaan dengan target rampung akhir kuartal pertama. Chief Executive Officer Citibank Jane Fraser telah menjelaskan pada awal tahun bahwa bank akan merampingkan operasinya dengan menghilangkan 20.000 pekerjaan, dengan harapan menyelesaikan pemangkasan tersebut pada akhir kuartal pertama.
Berdasarkan informasi dari sumber, bidang yang paling terdampak adalah teknologi, media, dan telekomunikasi. Beberapa bankir senior dan juga mereka yang berada di posisi yang lebih junior terkena dampaknya. Direktur Pelaksana Citibank Yaseen Choudhury dan Abhi Singhal, yang keduanya termasuk dalam tim teknologi keuangan, telah meninggalkan bank. Keduanya bergabung dengan Citibank pada tahun 2022 dan sekarang telah meninggalkan bank Wall Street, menurut profil LinkedIn mereka.
PHK Citibank juga menyasar karyawan di bidang pasar modal ekuitas, pasar pinjaman modal, keuangan, dan teknologi perbankan. Juan Carlos George, direktur pelaksana yang berbasis di New York yang mengepalai ECM untuk Amerika Latin, juga telah pergi.
Perwakilan Citigroup menolak berkomentar mengenai masalah ini. Choudhury, Singhal dan George tidak menanggapi permintaan komentar.
PHK ini terjadi ketika Citigroup mengatakan bahwa mereka telah menyelesaikan “tindakan-tindakan besar” terkait rencana reorganisasi, menurut sebuah pernyataan minggu lalu.
Citigroup memberitahukan kepada regulator mengenai rencana PHK terhadap 430 orang, menurut pengajuan ke Departemen Tenaga Kerja Negara Bagian New York tertanggal 1 April.
Pemberitahuan serupa dilakukan pada bulan Februari tentang 286 PHK, menurut pengajuan tersebut.
New York mewajibkan para pengusaha untuk menyerahkan pemberitahuan kepada departemen tersebut setidaknya 90 hari kalender sebelum melakukan PHK massal yang melibatkan 25 atau lebih karyawan tetap.
Sebaliknya, Citibank di Indonesia Cetak Laba
Di tengah isu PHK dan reorganisasi global di Amerika Serikat. Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) membukukan laba bersih sebesar Rp2,5 Triliun, meningkat 82 persen dibandingkan tahun 2022, terutama disebabkan oleh meningkatnya pendapatan bunga bersih di lini bisnis institutional banking dan pendapatan non- operasional lainnya.
Peningkatan laba bersih ini memberikan kontribusi pada peningkatan Return on Asset (ROA) menjadi 3,27 persen dari sebelumnya 2,27 persen di tahun 2022 dan peningkatan Return on Equity (ROE) menjadi 14,14 persen dari 9,01 persen. Rasio Liquidity Coverage (LCR) dan Rasio Net Stable Funding (NSFR) Citi Indonesia tetap kuat di 267 persen dan 126 persen, di atas ketentuan minimum.
Citi Indonesia memiliki modal yang kuat dengan Rasio Kewajiban Penyediaan Modal (KPMM) sebesar 37,85 persen, meningkat 27,51 persen dibandingkan tahun 2022.
CEO Citi Indonesia Batara Sianturi menerangkan penjualan bisnis consumer banking Citi di Indonesia yang merupakan bagian dari upaya pembaruan strategi Citigroup memungkinkan kami untuk lebih fokus menjadi mitra perbankan terkemuka bagi lembaga- lembaga dengan kebutuhan lintas negara.
"Indonesia tetap menjadi pasar yang penting bagi Citi, dan ke depannya, kami akan terus memanfaatkan jaringan global kami, Citi terus berkomitmen melalui bisnis perbankan institusional yang meliputi lini bisnis perbankan korporat, perbankan komersial, markets, treasury and trade aolutions dan layanan sekuritas," terangnnya dalam acara Konferensi Pers Citi, Selasa 2 April 2024.
Di lini bisnis Perbankan Korporat, Citi terus menyediakan layanan dan solusi end-to-end kepada para klien perusahaan lokal, multinasional, lembaga keuangan, dan sektor publik. Sepanjang tahun 2023, bisnis Institutional Banking mencatat pertumbuhan pinjaman sebesar 15 persen, terutama dikontribusi oleh pertumbuhan sektor perantara keuangan.