Logo
>

Cuan Tebal Produsen Mie Instan Pertegas Bergesernya Kelas Menengah?

Ditulis oleh Yunila Wati
Cuan Tebal Produsen Mie Instan Pertegas Bergesernya Kelas Menengah?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Beberapa produsen mie instan berhasil mengumpulkan cuan tebal dari perdagangan produksinya. Kondisi tersebut semakin mempertegas bahwa kelas menengah memang sudah bergeser atau kian menghilang.

    Salah satu emiten mie instan adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan produk andalannya adalah Indomie. Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan Jumat, 1 November 2024, perseroan berhasil mengumpulkan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp9,37 triliun atau meningkat dari posisi periode sama 2023, yaitu sebanyak Rp8,11 triliun.

    Tidak hanya laba bersih tahun berjalan, perseroan juga mencatatkan kenaikan penjualan neto konsolidasi sebesar 8 persen, menjadi Rp55,49 triliun. Juga, kenaikan laba usaha sebesar 10 persen, menjadi Rp12,00 triliun, dan margin laba usaha membaik menjadi 21,6 persen dari tahun sebelumnya 21,2 persen.

    Dengan tidak memperhitungkan akun non-recurring dan selisih kurs, core profit yang mencerminkan kinerja operasional perseroan tumbuh 15 persen menjadi Rp8,03 triliun, dari Rp8,97 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

    "Ke depannya, kami akan senantiasa beradaptasi terhadap perubahan secara dinamis, namun tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam meraih pertumbuhan berkelanjutan serta mempertahankan posisi keuangan yang sehat," kata Direktur Utama dan Chief Executive Officer ICBP Anthoni Salim.

    Anthoni juga menegaskan, kinerja perseroan tetap tangguh di periode sembilan bulan tahun 2024, di mana seluruhnya mampu mencatatkan pertumbuhan penjualan maupun laba usaha.

    Namun begitu, pada perdagangan saham hari ini, ICBP tidak moncer. Saham ICBP ditutup turun sebesar 1,01 persen atau setara dengan 125 poin dan berada di level Rp12.200.  ICBP sempat menyentuh harga tertinggi pada perdagangan hari ini yaitu Rp12.450 dan harga terendah Rp12.125 sebelum berada di posisi saat ini.

    Saham ICBP diperdagangkan sebanyak 16 ribu lot dengan nilai transaksi sebesar Rp19 miliar, dengan harga rata-rata Rp12.233. Secara keseluruhan, meskipun terdapat tekanan jual yang menurunkan harga, namun volume transaksi yang stabil dapat menunjukkan bahwa minat terhadap saham ICBP masih ada di pasar.

    Bergesernya Kelas Menengah

    Kelas menengah di Indonesia kini dalam sorotan. Sebab, sepanjang lima tahun terakhir, jumlahnya turun signifikan. Padahal, kelas menengah merupakan motor konsumsi rumah tangga, yang juga merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi.

    Dengan kata lain, selama kelas menengah baik-baik saja, asumsinya kondisi Indonesia juga akan baik-baik saja. Tapi sayangnya, kondisi nyata menyebabkan kelas menengah bergeser. Tekanan ekonomi terus menggerus daya beli.

    Sebuah kajian yang dilakukan oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia yang diberi judul "Indonesia Economic Outlook 2024 for Q3 2024" mencatat, tahun lalu jumlah kelas menengah diperkirakan sebanyak 53,83 juta jiwa atau turun dibandingkan dengan tahun 2018 yang sebanyak 60 juta jiwa.

    Namun pada tahun ini, BPS menyebut jumlah penduduk yang masuk kategori kelas menengah semakin turun, yaitu dari 57,33 juta pada 2019, susut menjadi 47,85 juta orang di tahun ini. Artinya, sedikitnya 9,5 juta orang terdegradasi dari kelas menengah sehingga turun kelas dan masuk dalam kelompok menuju atau calon kelas menengah.

    Diketahui, pada kuartal kedua 2024, pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya 4,91 persen atau lebih rendah dari kuartal kedua tahun sebelumnya yang sebesar 5,22 persen.

    Pergeseran kelas menengah ke strata yang lebih rendah ini ditandai dengan beberapa hal, seperti perubahan dalam daya beli, di mana masyarakat cenderung mengurangi konsumsi barang-barang non esensial dan lebih fokus pada kebutuhan dasar. Hal ini bisa disebabkan oleh inflasi, stagnasi upah, atau peningkatan biaya hidup.

    Tanda lainnya adalah dalam pola konsumsi, seperti beralih ke produk yang lebih ramah lingkungan atau lebih murah, bahkan berinvestasi dalam pendidikan dan kesehatan berkualitas tinggi. Masyarakat juga cenderung kehilangan daya beli dan gaya hidup yang sebelumnya dinikmati.

    Ciri selanjutnya, banyaknya masyarakat yang mulai gemar makan tabungan. Menurut data Mandiri Spending Index (MSI), Indeks Nilai Belanja masyarakat kelas bawah per 25 Februari 2024 mencapai 263,8, mengalami kenaikan dari posisi 28 Januari 2024 yang mencapai 243,8. Namun, Indeks Tabungan kelompok ini turun dari 42,2 per 28 Januari 2024 menjadi 39,8 per 25 Februari 2024.

    Sementara itu, di kalangan kelompok menengah, Indeks Belanja mencapai 239,7, naik dari 227,6 pada 28 Januari 2024, sementara Indeks Tabungan mereka stagnan di level 96,6. Untuk kelompok atas, Indeks Belanja turun tipis menjadi 162,4 dari 163,7 pada 28 Januari 2024, dengan Indeks Tabungan yang cenderung stagnan di level 96,8.

    Salah satu isu utama yang muncul adalah pergeseran dan penurunan kelas menengah di Indonesia. Jumlah kelas menengah terus menurun sejak 2018, dari 60 juta jiwa menjadi 47,85 juta jiwa pada 2024. Hal ini disebabkan oleh tekanan ekonomi seperti inflasi, stagnasi upah, dan meningkatnya biaya hidup yang mengurangi daya beli masyarakat.

    Pergeseran kelas menengah berdampak pada pola konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal kedua 2024 hanya mencapai 4,91 persen, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (5,22 persen). Masyarakat cenderung mengurangi pengeluaran untuk barang non-esensial dan lebih fokus pada kebutuhan dasar.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79