KABARBURSA.COM - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyatakan bahwa pembangunan fasilitas pemurnian mineral (smelter) menghadapi tantangan besar, terutama dalam penyediaan tenaga listrik.
Arifin menjelaskan, smelter membutuhkan pasokan listrik yang sangat besar. Saat ini, sebagian besar listrik tersebut masih dihasilkan oleh pembangkit berbahan bakar batu bara yang mengeluarkan emisi gas buang signifikan.
"Di Sulawesi, smelter yang ada mengonsumsi sekitar 20 GW, dan mayoritas dari batu bara. Jika dihitung, emisi karbonnya mencapai jutaan ton. Ini jelas menjadi tantangan bagi industri smelter di sini," ujarnya di Jakarta, Kamis 4 Juli 2024.
Ia menambahkan, dunia kini menuntut produk-produk yang dihasilkan dari energi bersih. Negara-negara Eropa sudah mulai menerapkan mekanisme yang disebut 'Cross Border Carbon Mechanism', yang ke depan akan mengenakan pajak emisi CO2. Hal ini membuat produk industri dalam negeri terbebani pajak karbon, sehingga menjadi mahal dan kurang kompetitif.
Pemerintah saat ini tengah menyusun rencana untuk menyediakan listrik dengan energi beremisi karbon rendah. Indonesia memiliki sumber daya alam besar seperti gas di Blok Masela, yang diproyeksikan akan memproduksi 10,5 juta ton LNG per tahun pada 2030. Selain itu, ada lapangan gas di Selat Makassar milik ENI yang akan berproduksi pada 2027-2028, serta Blok Andaman di Sumatera Utara.
Arifin juga menyoroti potensi besar energi matahari dan angin di Indonesia. Namun, karena keterbatasan industri pendukung, potensi tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Selain itu, potensi hidro di Kalimantan dan Papua.
Dengan memanfaatkan potensi-potensi tersebut, maka produk-produk yang dihasilkan berasal dari energi yang rendah emisi sehingga harganya bisa kompetitif.
"Tentu saja itu bisa menjadi peluang besar yang bisa ditangkap oleh industri, bagaimana kita itu bisa menyiapkan produk-produk yang didukung oleh energi bersih untuk bisa bersaing secara global. Produk kita pun juga tidak tergantung kepada satu pasar yang belum menerapkan Cross Border Carbon Mechanism, karena produknya sudah standar internasional dan kompetitif, pungkasnya.".
Kawasan Ekonomi Khusus
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meresmikan pengoperasian smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur.
Smelter PTFI adalah fasilitas pemurnian tembaga dengan desain jalur tunggal terbesar di dunia, memiliki kapasitas pemurnian mencapai 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun.
“Kita beri tepuk tangan kepada manajemen yang luar biasa. Pabrik yang dibangun pun luar biasa, sangat tepat waktu. Saat ini, energi terbarukan menjadi tren dan tren tersebut memerlukan mineral kritis. Salah satunya adalah tembaga,” kata Airlangga dalam keterangannya di Jakarta, Jumat 28 Juni 2024.
Airlangga menjelaskan, proyek yang menempati lahan seluas 100 hektar ini memiliki nilai investasi kumulatif mencapai 3,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp58 triliun.
Investasi tersebut tidak hanya memberikan manfaat bagi perusahaan konstruksi dalam negeri, tetapi juga menciptakan efek berganda bagi masyarakat di Kabupaten Gresik.
Bersama dengan smelter yang dioperasikan PT Smelting, keduanya akan memurnikan 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun dengan produksi sekitar 600.000 ton katoda tembaga, 50 ton emas, dan 200 ton perak per tahun.
Dengan beroperasinya smelter ini, seluruh konsentrat tembaga yang diproduksi oleh PTFI dapat diproses dan dimurnikan di dalam negeri, termasuk lumpur anoda dari PT Smelting.
“Ini merupakan integrasi pertama dari tambang hingga produk akhir. Dengan integrasi ini, produksi emas sebesar 50 ton akan membayar royalti. Karena ini terintegrasi dari tambang sampai hilir, produksi perak juga akan membayar royalti. Pendapatan pemerintah pun akan meningkat,” ujarnya.
Kehadiran PTFI di KEK Gresik diharapkan dapat menjadi katalisator dalam membentuk kawasan dengan ekosistem yang mendukung hilirisasi, khususnya kendaraan listrik (EV). Hingga Maret 2024, KEK Gresik telah mencatatkan nilai investasi sebesar Rp75,2 triliun dan menyerap lebih dari 35.000 tenaga kerja.
“Ke depan, Indonesia akan mampu meningkatkan ekspor. Jika ekspor kita kuat, maka rupiah bisa stabil. Sebagai contoh, dari nikel dan kelapa sawit, ekspor kita mencapai 55 miliar dolar AS, sementara impor minyak 40 miliar dolar AS. Jadi terjadi natural hedging,” jelas Airlangga.
Operasional Smelter
Selain meresmikan operasional smelter PTFI, Airlangga beserta rombongan juga meninjau kawasan smelter PTFI dengan mengunjungi area jetty, anode casting, dan central control building.
Airlangga juga menyampaikan kepada media terkait peran operasional smelter PTFI dalam menjaga ketahanan ekonomi nasional.
Pemerintah menggagas kebijakan hilirisasi industri yang diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah perekonomian nasional dan menjadi kunci dalam menjaga resiliensi ekonomi.
Untuk mendukung kebijakan hilirisasi, peran off-takers domestik sangat penting termasuk pengguna bahan baku tembaga.
Saat ini, pasokan produk hilirisasi tembaga Indonesia masih mengandalkan produk impor seperti copper tube, copper tape, evaporator tembaga, serta komponen-komponen dalam produksi EV seperti kabel, inverter, hingga baterai. Pemerintah terus mendorong industri pengolahan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk melakukan hilirisasi.
Penyaluran Kredit Industri
Sejumlah bank di Indonesia optimis bahwa penyaluran kredit ke sektor smelter akan meningkat signifikan tahun ini. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai insentif terkait hilirisasi industri pengolahan sebagai upaya untuk mempercepat pertumbuhan sektor ini.
Bank Indonesia (BI) terus memperkuat Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) guna meningkatkan penyaluran kredit perbankan. Penguatan KLM dilakukan dengan memperluas sektor prioritas yang berhak menerima insentif tersebut.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.